02. Bertemu Lagi

2.1K 233 13
                                        

Pagi ini cerah, dan bahkan jam baru menunjukkan pukul sembilan pagi.
Claudine terlihat manis dengan dress merah muda dan rambutnya yang dikepang dengan hiasan mawar senada.
Gadis itu baru saja menyelesaikan kelas etiketnya.

"Kerja bagus juga hari ini, Claudine. Kamu semakin mahir saja,"

Marchioness Lestart menatap Claudine dengan bangga.
Menjadi guru etiket keluarga Brandt selama ini, tentu membuatnya mengetahui sedikit dari banyaknya konflik internal keluarga.
Tapi tahu apa? Marchioness Lestart yang terkenal sebagai 'pembawa gosip' di kekaisaran Berg ternyata masih punya sisi baik juga.

Wanita itu cukup tahu diri untuk tidak membeberkan semua masalah pribadi keluarga Brandt.

"Terimakasih, Marchioness." Claudine tersenyum tenang.

"Ah, sehabis ini kamu akan melakukan apa?" Marchioness bertanya lalu menyesap teh lippenya.

"Saya belum merencanakan apapun, Marchioness. Mungkin saya akan membaca buku di taman." Jawab Claudine dengan sopan.

Akhir-akhir ini gadis itu sering membaca buku. Entah kenapa tiba-tiba sekali dirinya jadi menyukai novel klasik dengan genre romance.

"Hm... Begitu rupanya."

-·-

"Bagaimana hari ini?"

Suara itu adalah suara ibunya, nyonya Brandt.
Beliau terlihat sedang menyulam sesuatu, sedangkan Claudine tengah membaca buku.
Claudine menoleh dengan pandangan lembutnya dan senyum tipis.

"Baik. Marchioness juga memuji peningkatan ku." Jawab Claudine.

Nyonya Brandt mengangguk-angguk paham, lalu kembali fokus pada sulamannya sebelum sebuah senyuman miris terukir di wajahnya.

"Sulit dipercaya. Penggosip nomor satu di Berg tidak membicarakan masalah keluarga kita." Ucapan nyonya Brandt membuat Claudine menoleh dengan alis terangkat satu.

"Aku rasa Marchioness masih punya rasa empati." Kata Claudine asal.

"Tentu saja. Melihat mu dibentak dan ditampar Count, memang tidak membuat orang merasa empati?" Perkataan nyonya Brandt membuat tangan Claudine yang akan membalikkan halaman novel terhenti.

Pandangan gadis itu terlihat sendu.
Hari itu, ya?
Hari dimana dirinya membantah perkataan ayahnya, Count Brandt, lalu berakhir dibentak dan ditampar.

Saat itu musim gugur, Claudine seharusnya ikut kelas etiket Marchioness.
Namun gadis itu keras kepala dan berkata dia akan pergi ke toko untuk membeli perhiasaan.

Karna marah, Count Brandt malah membentak dan menamparnya.

Mengabaikan ucapan nyonya Brandt, Claudine hanya diam dan kembali membaca novelnya.

"Oh iya, nanti sore kita akan pergi ke kediaman Herhardt. Nyonya Elysse meminta kita untuk ikut makan malam disana."

Claudine merasa perasaannya tidak enak. Gadis itu masih tetap membaca novel mencoba menghiraukan ucapan nyonya Brandt.

"Claudine, apa kau mendengarkan ibu?"

"Iya, ibu."

Nyonya Brandt tersenyum puas.
Bukankah ini kesempatan untuk mengambil hati nyonya Herhardt agar putri semata wayangnya bisa bersanding dengan Mahakarya Arvis itu?
Dan tentu akan menjadi Duchess di masa depan.

Tight-RopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang