"....aku memilih Riette."
Suara itu terdengar sedikit bergetar, tangan ringkihnya mencengkram erat piyamanya.
Claudine masih ragu.
Walaupun begitu, tentu keinginannya agar Riette selamat lebih besar.
Jika dia memilih Matthias... Apakah Riette akan meninggal? Apakah Riette akan kembali mengulang takdirnya seperti di kehidupan lampau?
Claudine tak ingin hal itu terjadi.Dia tak sampai hati, bahkan bayangan saat dirinya menangis sambil memeluk surat dari Riette masih teringat jelas, dan bagaimana rasa perih dan sakit saat pisau makan itu menyayat lehernya.
Claudine tidak bodoh untuk tidak sadar akan hal itu."Lalu, bagaimana dengan Matthias? Apa yang akan kamu lakukan padanya nanti? Apa kamu juga mencintainya?" Pertanyaan Horae membuat Claudine bungkam.
Dia tak bohong bahwa dia masih membenci Matthias. Orang nomor satu yang menghancurkan hidupnya di masa lampau, lalu untuk apa Claudine menyerahkan dirinya untuk orang itu?
Claudine sadar, Matthias mencintainya.
Tapi pria itu terlalu bodoh dan gegabah, tak tahu caranya jatuh cinta dan memberikan afeksi.
Matthias terlalu naif akan cinta.
Kehidupannya sebagai Duke of Herhardt yang sempurna, membuatnya terlalu sibuk sampai tak memiliki waktu untuk belajar tentang cinta atau bahkan jatuh cinta.Namun, lagi dan lagi Claudine akan menolaknya.
Claudine tak memiliki rasa untuk Matthias. Hanya sebatas formalitas sebagai sesama 'partner' pertunangan politik ini."Aku tidak mencintai Matthias. Dan aku harap, dia akan mendapatkan cinta sejatinya." Jawab Claudine.
Dia siap untuk menerima resiko. Sebesar apapun itu, atau bahkan sampai harus kabur bersama Riette, mungkin akan ia terima.
Claudine kembali terdiam.
Bukankah Layla sudah bertunangan dengan Kyle? Lalu bagaimana dengan nasib Matthias nantinya?
Padahal seharusnya Matthias lah yang akan menjadi pasangan hidup Layla.Apa benar bahwa Matthias tak memiliki perasaan pada Layla? Gadis itu tumbuh menjadi wanita yang cantik.
Sangat cantik."Tapi, apakah Matthias akan mendapatkan pasangannya? Siapa yang akan bersamanya?" Suara Claudine kembali terdengar setelah selang beberapa menit.
Horae tersenyum tipis, lalu mengambil posisi untuk duduk di samping Claudine.
"Kita tidak tahu. Hanya Moirai, para dewa-dewi takdir yang menentukan itu." Ujar Horae.
Horae kemudian mengangkat tangannya, membuat pose seakan dia menyentuh bulan. Cahaya keemasan terlihat samar mengelilingi tangannya.
"Claudine, nampaknya kamu berhasil mengubah takdir." Kata Horae. Wanita itu tersenyum manis, "apa menurutmu, jika Riette tidak gugur, maka akan ada seseorang yang menggantikannya?"
Pertanyaan itu membuat Claudine terkesiap.
Gadis itu menoleh pada Horae dengan pandangan sulit, seakan meminta agar semua orang selamat.Claudine tak polos, dia mengerti jelas perkataan Horae.
Sesuai dengan perkiraannya, mungkin jika Riette tidak gugur di medan perang, maka Matthias lah yang meninggal."Aku harap mereka selamat. Tolong, Horae. Tolong selamatkan mereka,"
Tanpa sadar, air mata mengalir dari manik biru Claudine.
Tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nantinya jika salah satu dari mereka akan meninggal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tight-Rope
Fantasy"Menyerahlah, Claudine. sejauh apapun kau mau kabur dari ku, aku akan tetap bisa menemukanmu." ini tentang Claudine von Brandt, antagonis dalam novel yang kembali mengulang waktu. ⚠️ - alur lambat - fanfiksi dari webtoon - original story by Solche...