16. Broken Engangedment

2K 125 12
                                    

"Lepas! Aku bisa pergi sendiri!"

Suaranya gemetar, gadis itu terlihat ketakutan.
Tangan ringkihnya berusaha menepis tangan pria yang mencengkramnya.

Matthias jelas terusik dengan suara itu. Malam ini bagai malam terburuknya, dan seseorang yang berisik malah semakin mengacau.
Matthias memilih menghabiskan malamnya di tempat sepi daripada kamar vip yang dia sewa. tepatnya air mancur di balai kota. Pria itu tertidur dengan posisi tangan yang menutupi wajahnya.

Penampilannya benar-benar berantakan, bahkan rambutnya sudah acak-acakan dan jauh dari gaya rambut biasanya.
Matthias mendengus kasar, lalu bangun dari posisinya.
Tak jauh dari dia berdiri, ada gadis familiar dengan rambut merahnya. Kelihatannya dia kesulitan karna diganggu oleh beberapa pria asing.

"Hei, lepaskan dia." Matthias berjalan ke arah mereka, tatapannya semakin tajam dan dingin.

Untuk sesaat, keadaan menjadi hening.
Gadis itu menatap Matthias dengan kaget, seakan tak percaya dia bertemu dengan Matthias.

Salah satu preman menaikkan alisnya, "heh. Memangnya kau siapa? Berani sekali mencampuri urusan kita." Katanya, menantang.

"Benar, tuh!" Sahut preman lain.

Matthias terkekeh pelan. Tangannya menarik tangan si gadis agar mendekatinya.

"Lebih baik kalian pergi." Kata Matthias dengan tajam.
Ruelle, gadis itu terlihat sedikit gemetar di samping Matthias.

Jelas sekali wajah Matthias seperti orang mabuk. Pipinya sedikit memerah dan matanya agak sayu, semua orang bisa menebak dengan mudah bahwa dirinya tengah mabuk.

"Apakah kalian tidak tahu beliau ini siapa?!" Ruelle memekik pada para preman itu, matanya melotot kesal.

"Dia... Dia Duke Arvis."

Mendengar ucapan Ruelle, para preman mati kutu. Mereka terlihat kaget sekaligus ketakutan.
Tanpa bicara lagi, para preman itu kabur begitu saja, meninggalkan Matthias dan Ruelle berdua di dekat air mancur.

"Terimakasih banyak, tuan Duke." Ruelle membungkuk sopan. Dia sedikit lega, karna dia kira Matthias gugur dalam perang. Tapi itu mustahil, mengingat posisi pria tersebut sebagai mayor.

"...aku sepertinya pernah melihatmu.."

Matthias mendekat, tangannya bergerak mengelus pipi Ruelle.
Ruelle tentu kaget, dia mundur namun Matthias menarik pergelangannya. Seakan tidak mau kalau Ruelle pergi.

"Tolong sadar, tuan Duke. Anda mabuk." Ucapan Ruelle sedikit gemetar, dia berusaha melepaskan cengkramannya tapi malah semakin kuat.

Matthias menyeringai, mata sayunya terlihat menyala dengan titik merah, seakan-akan itu adalah tanda bahaya.

"Aku rasa aku belum mabuk." Katanya dengan suara beratnya.

Ruelle merinding takut.
Berduaan saja dengan tunangan seorang lady, apakah itu hal terpuji? Bisa-bisa wajah Ruelle ada di surat kabar besok pagi; memberitakan tentang perselingkuhan aristokrat terkenal di Berg dan seorang lady yang tidak terkenal di sosialita.

Benar... Mereka itu jauh sekali.
Saat melihat Matthias, Ruelle melihatnya sebagai 'idola'.
Dia cukup tahu diri untuk tidak mengganggu hubungan orang lain.

Ruelle dan Matthias itu berbeda 180°.
Perbedaannya terlalu besar sampai rasanya tak akan mungkin untuk bersatu. Matthias adalah bangsawan paling berkelas di seluruh Berg. Sedangkan Ruelle? Bahkan dia tidak aktif di sosialita.

"Saya mohon undur diri, tuan Duke." Tangannya berhasil lepas dari cengkraman Matthias, gadis itu mundur dan membungkuk lagi sebelum berbalik badan akan pergi.

Tight-RopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang