"Apakah nona melukis beliau lagi?"
Lippe datang dengan troller(?) makanannya, di sana terdapat beberapa manisan dan juga secangkir teh hangat.
Cuaca musim panas cocok untuk bersantai, maka Ruelle memilih untuk bersantai di gazebo nya dengan peralatan lukis favoritnya.Kanvas berukuran lumayan besar sudah berada tepat di hadapannya, nampak jelas gadis itu ingin membuat karya seni lain.
Mendengar penuturan Lippe, pipi Ruelle terlihat bersemu tipis.
"Ah.. Iya,"
Suasana hening, Lippe berdiri di depan gazebo dan Ruelle sibuk melukis sesuatu.
Apa itu? Nampaknya lukisan dengan wajah Duke Herhardt."Aku tak tahu kenapa aku selalu mengaguminya," gumam Ruelle dengan pandangan berbinar.
Wajah sempurna bak mahakarya itu terlukis indah di kanvasnya, Duke Herhardt dengan mata birunya yang indah.
"Kenapa nona tidak mengirim surat saja pada Duke Herhardt?" Pertanyaan Lippe dibalas kekehan kecil.
"Untuk apa, Lippe? Keluarga kami tidak memiliki hubungan bisnis... Mau bertemu juga sulit." Kata Ruelle. Tangan lentiknya yang memegang kuas, nampak mencoret abstrak mewarnai lukisan itu. Sedangkan pandangannya terlihat sedikit sendu.
Mendengar hal itu, Lippe hanya bisa diam. Bibirnya tertutup rapat.
Ruelle tidak buta dan tidak juga bodoh. Dia melihat jelas kelakuan Lippe di pesta kala itu, merusak penampilan lady Brandt yang merupakan tunangan Duke Herhardt.
Ruelle marah rasanya, Lippe malah merusak pesta yang telah ia tunggu-tunggu selama ini.Walaupun Ruelle tidak menyukai bagaimana perkataan lady Brandt yang seakan menyindirnya, namun gadis itu bersumpah dirinya sama sekali tak mau kejadian itu terjadi.
"Lippe," panggil Ruelle.
"Ya, nona?"
Ruelle menghela nafas pelan, "apa kamu membuat kericuhan saat di pesta itu?" Pertanyaan lembut Ruelle membuat Lippe nampak panik.
"N-nona, apa maksud anda...?"
Ruelle menoleh, menatap langsung pada mata Lippe. Jelas gadis pelayan itu terlihat ketakutan.
"Apa kamu pikir, karna aku seorang yang ceroboh dan naif, kamu bisa menjadikan ku sebagai alasan? Agar mereka berpikir aku lah yang menyuruh mu melakukan itu??" Tanya Ruelle.
Wajahnya terlihat tak bersahabat, tentu dia emosi pada Lippe.
Pelayan yang baru mengabdikan diri selama 1 tahun itu sudah berbuat seenaknya saja."Lippe, apa alasan mu berbuat itu?" Tanya Ruelle lagi.
Lippe mati kutu. Tak tahu harus menjawab apa.
Pupil matanya bergetar menatap Ruelle di hadapannya."N-nona.. Saya... Hanya tidak tega melihat anda bersedih begitu... Saya tidak terima anda diperlakukan seperti itu oleh lady Brandt..."
Jawaban lirih Lippe membuat Ruelle menghela nafas pelan. Gadis itu kembali menaruh palet dan kuasnya di meja, lalu berjalan keluar gazebo, mengabaikan manisan dan teh hangat yang telah disiapkan.
"Hari ini aku mau jalan-jalan ke kota saja."
-·-
"Bagaimana dengan yang ini? Permata ruby nya senada dengan rambut anda, lady."
Penjual toko perhiasan terkenal di Ratz, toko Xanthe.
Pita dengan bandul permata ruby, sepertinya cocok untuk Ruelle.
Gadis itu mengulas senyum tipis, lalu mencoba memasang pita tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tight-Rope
Fantasy"Menyerahlah, Claudine. sejauh apapun kau mau kabur dari ku, aku akan tetap bisa menemukanmu." ini tentang Claudine von Brandt, antagonis dalam novel yang kembali mengulang waktu. ⚠️ - alur lambat - fanfiksi dari webtoon - original story by Solche...