☁️ㅣ23. Permintaan Maafnya

6.2K 773 232
                                    

Awan kembali! Yang kangen siapa?
Oh iya, kayak biasa. Mulai chapter 20-an ini panjang banget, jadi bacanya nyantai ya!

Ramein dulu chapter ini, baru up lagi! ~

"Kalau kerjaan Papa belum selesai, gak perlu pulang dulu, Pa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau kerjaan Papa belum selesai, gak perlu pulang dulu, Pa. Besok Bulan mau ke rumah sakit, buat belajar berdiri sekalian minta maaf ke Nenek. Bulan juga minta maaf sama Papa, udah repotin Papa."

Di layar laptop Rembulan, Anggara tersenyum teduh, lega mendengar ucapan Rembulan yang tenang seperti biasanya. Anggara menghubungi Rembulan tentu saja karena kejadian yang menimpa ibu kandungnya di rumah. Laila yang menghubunginya lebih awal disusul dengan Alderion. Keduanya menjelaskan secara detail bagaimana kejadiannya. Dari sudut pandang Laila, serta dari sudut pandang Alderion setelah berbicara dengan Rembulan, keduanya sama, tak ada hal ganjal yang menjadi perbedaan untuk mencurigai Rembulan.

Lagi pula, Anggara tidak mau memutuskan secara sepihak. Ia tidak mau egois seperti dulu, hingga mengacaukan keluarganya sendiri. Anggara juga mengerti. Rembulan kehilangan ayah kandungnya saat masih membutuhkannya, gadis itu harus tinggal bersama ibunya di keadaan yang susah, hanya ibunya harapan satu-satunya, ibunya yang berjuang untuk dirinya. Melihat akan semua perjuangan Laila atas Rembulan, apakah Rembulan menerima jika Laila dihina dan terus disudutkan oleh orang yang bahkan tak tahu apa-apa?

Kalaupun Anggara berada di posisi Rembulan saat itu, ia yakin, ia akan berbuat lebih parah.

"Maafin Nenek ya, Bulan. Seharusnya dia lebih mengerti," ucap Anggara dengan helaan napas. Meskipun begitu, ada rasa cemas juga yang melingkupi Anggara saat ini.

Kepala Rembulan menggeleng. "Papa jangan minta maaf kalau Papa gak terlibat. Mungkin Bulan harus ngertiin Nenek dulu, kenapa Nenek gak suka sama kami. Jadi ... ini memang salah Bulan yang kebawa emosi, Pa."

Anggara tersenyum lagi, ia melihat jam di ruangannya, sekitar dua puluh menit lagi ia harus kembali bekerja. Ia berdeham lalu memperbaiki posisi duduknya.

"Bulan, Nenek nggak suka sama orang-orang yang katakanlah kurang mampu, karena dulu Nenek pernah terluka parah. Ada pencuri ke rumah, ngelukain Nenek sampai nenek harus dirawat lama di rumah sakit. Setelah diselidiki, pencuri itu ternyata sopir Nenek sendiri, yang terpaksa karena butuh uang."

Rembulan mengerjap mendengar penjelasan dari Anggara. Jadi itulah alasan Isabela tak bisa menerima Laila dan Rembulan? Hanya karena mereka berasal dari keluarga miskin, maka Isabela menyimpulkan jika mereka juga memiliki pemikiran sama dengan sopirnya dulu?

"Padahal udah Papa bilang berkali-kali, setiap orang itu berbeda. Bahkan orang-orang kaya saja tidak sama. Ada yang dermawan tanpa menyebarluaskan kebaikannya, ada yang disebut dermawan karena selalu memublikasikan perbuatan terpujinya. Semua orang tidak sama," ucap Anggara lagi saat ia melihat Rembulan termenung.

Awan untuk RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang