☁️ㅣ35. Bukan Hanya Teman

4.2K 519 90
                                    

Hai, hai! Awan kembali lagi. Jangan sampai lupa komentarnya!

Suara keras tercipta saat Agraska menghentikan mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara keras tercipta saat Agraska menghentikan mobilnya. Ia menginjak rem tak tepat waktu karena kesadarannya sudah menipis membuatnya terpaksa menabrak pagar markas hingga bunyi nyaring mengejutkan yang ada di dalam.

Sekuat tenaga, Agraska turun dari mobilnya untuk meminta bantuan, tetapi kedua kakinya tak bisa lagi menopang berat tubuhnya hingga ia tergeletak begitu saja di jalan.

"GRA?!" Genta yang berjaga dengan beberapa anggota di markasnya terkejut saat pagar ambruk dan seseorang tergeletak di dekat mobil. Genta tahu sekali itu siapa, seragam sekolahnya masih sama, hanya saja banyak sekali noda darah yang mengotori. "Gra, lo kenapa bisa gini?!"

Agraska meringis, merasakan nyeri di bagian pundak, wajah, dan sekujur tubuh yang mendapatkan beberapa luka.

"Bulan ... di-dia hilang. B-bantu gue cari." Agraska mengatakannya dengan susah payah, napasnya tersendat dengan kesadaran yang semakin menipis.

"PERSETAN, GRA! LO SEKARAT, JANGAN MIKIRIN ORANG LAIN!" Genta berteriak marah, segera ia membawa tubuh Agraska untuk bangkit. "Bantu gue! Kita ke rumah sakit!" teriaknya pada yang lain.

Genta tak habis pikir dengan Agraska. Luka dalam akibat benda tajam di pundak kirinya pasti perih sekali, dan lebam di seluruh wajah juga semakin menambah nyeri bukan mengurangi. Agraska babak belur total. Kenapa bisa lelaki itu tetap memikirkan hal lain di saat seperti ini?! Dan bodohnya, mengapa Agraska tak langsung ke rumah sakit dibanding jauh-jauh ke markas?!

"Gra, sialan lo!" Genta berusaha menutup luka di pundak Agraska dengan bajunya yang ia robek. Tangannya mulai gemetar melihat Agraska tak sadarkan diri di dalam mobil sementara darah terus mengalir di pundak serta kepalanya.

"BUKA MATA LO, ANJIR!" Genta berteriak panik, menepuk-nepuk pipi Agraska saat ia tak mendengar deru napas lelaki itu. "BEGO LO! HARUSNYA LO NYELAMATIN DIRI LO SEBELUM LO MAU NYELAMATIN ORANG LAIN! BEGO!"

Gibran yang kebetulan mengendarai mobil milik Agraska itu semakin menancap gas. Ia juga kalap melihat Agraska datang dengan kondisi parah. Padahal satu jam yang lalu, ia sudah menerka-nerka hal buruk tentang Agraska yang membawa Rembulan pergi. Alvaro sampai datang ke markas, menghampirinya hingga menghajar dan berteriak menanyakan Agraska.

Gibran pikir, Agraska punya rencana untuk membawa Rembulan pergi. Namun entah bagaimana bisa, justru Agraska yang terluka amat parah saat kembali.

"Genta." Gibran menghentikan laju mobilnya, ia berbalik ke kursi belakang dengan raut wajah panik. "Macet. Ini gimana? Gak ada jalan lain, Gen!"

"Si bangsat." Genta mengumpat, tangan gemetarnya segera meraih ponsel dan menelepon ambulans. Ia harap, mereka tak terlambat untuk menyelamatkan Agraska yang sudah sangat pucat.

.☁️.

Alkuna menyimpan gelas berisi air hangat di meja makan, duduk sendirian di kursinya. Ia berada di kediaman Zanava. Hampir pukul 01.00 malam dan ia memilih menuju dapur untuk mengambil air minum supaya tenggorokannya lega.

Awan untuk RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang