☁️ㅣ44. Tetap Menerima Hadiah?

4.2K 494 89
                                    

Seperti malam biasanya, Agraska hendak menemui Rembulan dengan cara memanjat tembok, lantas menuju ke kamar gadisnya lewat jendela yang tak terkunci

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti malam biasanya, Agraska hendak menemui Rembulan dengan cara memanjat tembok, lantas menuju ke kamar gadisnya lewat jendela yang tak terkunci. Sekarang, ia berdiri memperhatiakn tembok yang menjulang di hadapannya, tetapi ia belum bergerak sama sekali. Mendadak Agraska memikirkan hal rumit yang ia dapatkan baru-baru ini. Hal yang tak bisa membuatnya fokus karena ia ingin segera menyelesaikannya.

Terdiam cukup lama, akhirnya Agraska memutuskan untuk menaiki tangga dengan sebelah tangan membawa buket bunga lavender. Begitu melewati tembok, Agraska mengarahkan pandang ke atas, jantungnya langsung berdetak kencang sekali, kala tatapannya bertemu dengan manik seorang gadis yang tengah menyingkap gorden, melambaikan tangan pada Agraska dengan senyuman cantik dan memesona.

Melebarkan senyum, Agraska cepat-cepat membawa tangga yang tadi ia gunakan dan kini ia memanjat menuju balkon kecil di sana. Begitu tiba, ia langsung masuk lewat jendela yang terbuka lebar.

"Obat nyamuk, My Moon."

Rembulan menerima buket bunga lavendernya dengan senang hati. Kedua tangannya kini merentang, menyambut kedatangan Agraska hingga lelaki itu masuk ke dalam dekapannya, membuat hangat satu sama lain, menepis rasa rindu yang tak bisa terwujud kala matahari datang.

Agraska menyamankan dirinya, menghirup rakus aroma lavender yang selalu menguar dari Rembulan, lantas ia memejamkan mata ketika kepalanya bersandar pada bahu kecil Rembulan.

"My Moon, Agar mau tanya." Masih dalam posisi yang sama, Agraska bertanya pelan. Langkah tanpa suaranya kini membawa Rembulan untuk duduk di tempat tidur, agar kaki Rembulan tak pegal karena harus berdiri.

"Tanya apa, Agar?" Tangan Rembulan bergerak mengelus puncak kepala Agraska. Rambut hitam lurus milik lelaki itu sangat halus, membuat Rembulan senang menyentuhnya terus menerus.

"Kasus penculikan itu tetep mau ditanganin sama om Anggara? Dia masih nunggu bukti dari Agar 'kan?"

Rembulan tersenyum, sebelah tangan yang memegang buket bunga lavender kini dilepaskannya, ditaruh di samping tubuh. Lantas Rembulan menarik diri, kedua tangannya digunakan untuk menangkup wajah Agraska. "Agar, jangan terlalu dipaksa, ya?"

Rembulan tahu, Agraska berusaha keras untuk menemukan bukti-bukti yang akan ditunjukkan pada Anggara. Rembulan pun mendukungnya penuh. Namun, melihat Agraska yang tampak kelelahan jika mendatanginya setiap malam, Rembulan jadi khawatir. Agraska berusaha keras, Rembulan yakin itu, tetapi hal buruknya adalah, Agraska tidak mempedulikan kondisi dirinya sendiri.

"Papa pasti bakalan temuin pelakunya, dalang dari semuanya. Papa, Kak Rion, sama Bang Zero gak diam aja, Agar. Mereka bolak-balik ke kantor polisi buat kasus ini, mereka juga bilang kalau mereka udah nemuin sisa anggota geng motor yang terlibat."

"Tapi mereka gak akan ngasih jawaban." Agraska menyahutnya cepat. "Mereka gak terlibat. Agar udah nemuin Rey, dan dia gak akan ngasih informasi penting tentang pelaku karena pelakunya gak turun secara langsung."

Awan untuk RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang