☁️ㅣ51. Perihal Masa Lalu

3.5K 491 230
                                    

"Sekarang, gimana keadaan lo?" Alkuna mengalihkan pandangannya dari gelas yang ia pegang, pada Rembulan di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sekarang, gimana keadaan lo?" Alkuna mengalihkan pandangannya dari gelas yang ia pegang, pada Rembulan di hadapannya. Berhubung siang ini ia tak memiliki kegiatan apapun setelah pulang sekolah, Alkuna memilih mampir ke sini. Apalagi ia sudah mengetahui berita yang ramai tentang keluarga Zanava yang terlibat dalam kasus penculikan Rembulan. 

"Mmm, biasa aja ... mungkin." Rembulan terkekeh kecil. Ia benar-benar tidak tahu keadaannya sekarang, setelah menerima fakta jika semalam Agraska memilih menyuruh penjual keliling untuk memberi pesan, dibandingkan menghampiri. 

"Ya, lagi pula semuanya punya proses untuk jadi baik-baik aja," tanggap Alkuna, kini ia menoleh ke sekeliling rumah, niatnya ingin meminta izin pada Laila tapi wanita itu tidak terlihat. Jadinya Alkuna beranjak berdiri. "Mau jalan-jalan gak? Ke perpustakaan atau gramedia? Kita cari tempat adem." 

Rembulan mendongak, menatap Alkuna yang berdiri menjulang di sampingnya lalu mengulurkan tangan. Tersenyum, Rembulan mengangguk dan menerima uluran itu. Mungkin Alkuna juga bosan jika harus berdiam diri, mereka berdua tak pandai mencari topik hingga bisa mencairkan suasana. 

Rembulan juga tidak seperti sedang bersama Agraska. Jika ia diam, Agraska akan banyak berceloteh dan menggodanya, Agraska punya seribu satu cara untuk membuat keadaan menjadi seru dan ramai. Namun untuk saat ini, Rembulan tak boleh mengeluh karena Alkuna bukanlah Agraska. 

"Kamu mau izin sama siapa? Semua abang Bulan ada di lantai tiga," ucap Rembulan membuat langkah Alkuna terhenti. 

Lelaki berkacamata itu menggaruk tengkuk, menatap Rembulan dengan canggung sebelum akhirnya berdeham. "Lewat jalur tante Laila aja, biar gampang." 

Rembulan tertawa pelan, hingga lift terbuka dan Laila datang. Langsung saja Alkuna berjalan menghampiri, tak lupa sebelah tangannya menggenggam erat tangan Rembulan. 

"Tante, Kuna mau minta izin ajak Bulan keluar. Harus bikin rundown, gak?" 

Pertanyaan yang mendadak membuat Laila mengerjap dan terdiam. Ia memperhatikan Alkuna dan Rembulan bergantian lantas tersenyum lembut. "Boleh. Kalau ada wartawan, langsung sembunyi aja, kasusnya emang udah reda sedikit, tapi belum selesai. Gak perlu rundown, kok." 

Secara tak sadar Alkuna mengembuskan napasnya dengan lega. "Makasih, Tante. Kuna izin bawa Bulannya." 

Laila mengangguk, mengantar kedua remaja itu ke depan rumah lalu melambai pada Rembulan yang sudah duduk di boncengan motor Alkuna. Setelahnya ia kembali masuk. Niatnya Laila akan segera mengabarkan hal ini pada empat saudara Rembulan yang tadi berada di lantai tiga untuk berkumpul, tapi ia jadi ingat jika belum menghubungi seseorang. 

Agraska

Nak, kamu ke mana aja? Kenapa belum ke sini lagi?

Papa mau ketemu sama kamu

Kita ngobrol lagi, emangnya kamu gak kangen Bulan? 

Awan untuk RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang