☁️ㅣ37. Kita Harus Bertemu

4.4K 554 172
                                    

Moonread'z harus inget Agar itu punya 1001 cara buat nemuin pujaan hati wkwk.

Moonread'z harus inget Agar itu punya 1001 cara buat nemuin pujaan hati wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Agar di mana?"

"Masih di taksi."

"Agar datang, ya? CCTV udah Bulan matiin di bagian samping rumah. Agar tinggal manjat tembok, terus manjat ke jendela kamar Bulan." 

Agraska tersenyum mendengar suara sosok gadis yang ia rindukan di seberang telepon. "Iya, Bulan. Tunggu, ya." 

"Bulan selalu nunggu." 

"Bulan tidur aja, udah malam. Nanti Agar pasti datang." Setelah mengatakan itu dan mendapat persetujuan, Agraska mematikan sambungan teleponnya, matanya yang bengkak karena luka kini mengarah ke bunga lavender yang ada di pangkuan lantas ia beralih menatap jalanan.

Sepanjang sore ini, Agraska hanya berkeliling menggunakan taksi. Ia tidak pulang atau kembali ke rumah sakit untuk menghindari para sahabatnya yang pastinya akan mengamuk. Hingga ia mendapat kesempatan untuk menghubungi Rembulan saat Laila menghubunginya.

Dengan kesempatan itu, Agraska memanfaatkannya. Ia menyuruh Rembulan untuk tidak mengunci jendela kamarnya. Tentu saja, untuk akses masuk dirinya ke sana. Tanpa diduga, Rembulan kembali menghubunginya lagi barusan, mengabarkan jika gadis itu sudah mematikan CCTV. Agraska tak bisa menahan senyumnya, padahal ia tak menyuruh gadis itu untuk melakukannya. 

"Pak, di sini aja." Agraska berkata pada supir taksi membuat mobil itu terhenti. Setelah membayar lewat ponsel, ia segera turun. Agraska sengaja berhenti jauh dari kediaman Zanava agar usaha Rembulan malam ini tidak sia-sia. 

Berjalan dengan pakaian rumah sakit yang menempel, perban membalut kening, dan sandal jepit, Agraska tampak seperti orang hilang. Saat ia tiba di depan rumah yang ia tuju, segera ia mengendap ke bagian kiri rumah. Seperti yang diinstruksikan Rembulan, ia memanjat tembok yang berhadapan langsung dengan jendela kamar Rembulan. 

Agraska masih berusaha melompat-lompat meraih tembok untuk ia panjat, tetapi tembok itu terlalu tinggi. Agraska terdiam untuk memikirkan jalan keluar, hingga ia tersentak saat ada yang menepuk pundak kanannya. 

Jantung Agraska rasanya langsung meluncur ke bawah begitu saja, apalagi melihat penjaga rumah kediaman Zanava berdiri menjulang di hadapannya. 

"Gak usah takut, saya diperintahkan nyonya. Ini tangga buat kamu." 

Agraska mengerjap, menatap pria itu dan tangga yang dibawanya bergantian. 

"Nunggu apa? Cepet, saya harus kerja lagi. Inget, batas kamu cuman sampai jam tiga pagi, karena setelah itu bukan saya yang jaga."

"Eh, i-iya iya. Makasih, Pak." Agraska tersenyum lebar dan menerima tangganya. Lantas ia naik ke atas tembok yang bahkan tangga saja hanya mencapai setengahnya. Jadinya Agraska harus berusaha lagi untuk memanjat bagian atas, beruntungnya ia berhasil. Tentu saja ditemani sebuket bunga lavender yang ia bawa.

Awan untuk RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang