Di lantai tiga, dengan kondisi televisi menyala, Hana dan Hanina memperhatikan sekitar dengan cermat. Ada Rembulan yang duduk tenang di hadapan meja lipat untuk mengerjakan soal latihan ditemani Alvaro yang membimbingnya. Lalu Alzero dan Alvano sedang sibuk bermain ular tangga berdua, di paling ujung, Alderion tengah merapikan beberapa kertas HVS serta beberapa alat tulisnya.
Tampak normal seperti biasa. Niat hati, Hana dan Hanina berkunjung setelah pulang sekolah kemari adalah memastikan dan mengamati bagaimana keempat lelaki itu menanggapi Hana dan Hanina di sini. Dengan begitu, Hana dan Hanina bisa menebak dan menilai siapa di antaranya yang berani melakukan teror. Namun, tidak seperti dugaan. Keempat lelaki itu tampak biasa saja. Tidak ada yang berubah.
Ataukah mungkin mereka hanya berpura-pura?
"Di antara Varo atau Vano." Hana berbisik pada Hanina. "Mereka gak akan biarin pelakunya gitu aja, Nin."
"Na, Bang Rion sama bang Zero juga bisa." Hanina balas berbisik. "Semuanya harus dicurigain."
Benar. Mereka yang berada di pihak Rembulan tidak bisa diabaikan begitu saja. Hana dan Hanina yakin, pasti di antara empat lelaki yang ada di kediaman Zanava.
"Kalau gitu, sekarang kita laporin ke Nenek?" tanya Hana. "Pasti ini bakalan cepet ketemu kalau sama Nenek."
"Ya udah." Hanina bersiap-siap untuk pergi dari tempatnya bersama Hana, namun pergerakan mereka terhenti saat Rembulan ikut berdiri dibantu Alvaro.
"Ke mana, Bulan?" tanya Alvano melihat Rembulan bangkit.
"Mau ke bawah, Bang. Alkuna mau ke sini," jawab Rembulan.
Kening Alvano jadi mengernyit. "Kok dia sering banget ke sini, sih? Cowok yang ngasih sepatu itu 'kan?"
"Iya," jawab Rembulan lantas tersenyum. "Alkuna sering ke sini soalnya dia suka ke gramedia, Bang. Sekalian Bulan suruh mampir ke sini dulu kalau ada waktu."
"Gak papa, Vano. Alkuna itu baik, kok." Alderion terkekeh melihat wajah Alvano yang menyiratkan permusuhan.
"Iya, lagian ini di rumah." Alzero menambahkan. "Buruan lanjut lempar dadu."
Mau tak mau Alvano membiarkan Rembulan diantar oleh Alvaro ke lantai satu, sementara dirinya melanjutkan permainan bersama Alzero.
Melihat Alvaro dan Rembulan yang memasuki lift, Hana dan Hanina segera bangkit dan mengikuti, mereka juga hendak ke lantai bawah untuk melihat sosok Alkuna yang Rembulan maksud. Mereka tahu, Alkuna adalah lelaki yang menyelamatkan Rembulan saat mengalami penculikan, hanya saja mereka belum melihatnya secara jelas, mereka belum sempat mengamati dan menilainya.
Begitu lift terbuka, Alvaro menuntun Rembulan untuk berjalan pelan-pelan menuju ke ruang tamu. Di sana, seorang lelaki berkacamata tengah duduk mengobrol dengan Laila.
"Pelan-pelan." Alvaro berkata begitu Rembulan hendak duduk.
"Kalau gitu, Mama tinggal ya." Laila berpamitan, tidak mau mengganggu obrolan remaja yang ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awan untuk Rembulan
Teen Fiction"Kalau panas mataharinya nyakitin kulit lo, gue bisa jadi awan yang halangin sinarnya." ☁️ Agraska Galelio Therta, tertarik pada seorang gadis lembut yang merupakan adik dari mantan musuhnya. Ia pikir, semua itu mudah. Ia hanya tinggal menaklukan...