"Youngeun?"
"Kenapa dia ada di sini?"
Dua orang lain telah bergabung bersama Dabeom di ruang peralatan. Mereka baru memasuki ruangan dan tak menyangka melihat bukan hanya satu, tetapi dua orang tergeletak di sana.
Kyungjun dan Youngeun.
Ini bukan seperti yang direncanakan.
"Youngeun tahu jika aku adalah Mafia," gumam Dabeom dengan resah. "Jika kita membunuh Kyungjun, dia akan memberitahu pada semua orang jika aku yang membunuhnya."
"Bagus." Si gadis berkata sarkastik. "Dan sekarang kita hanya bisa membunuh satu orang."
"Apa yang terjadi jika kita melanggarnya?" Ada harapan di suara Dabeom, namun kedua sekutunya masih memasang wajah datar.
"Mungkin kita semua akan mati." Yang lebih tinggi menjawab.
"Haruskah kita bunuh Youngeun saja? Mereka tak akan mempercayai Kyungjun lagi jika kita menjebaknya seperti malam sebelumnya." Gadis itu memberi saran.
"Tidak sekarang. Sudah kubilang kita urus Youngeun belakangan."
"Dan membuat identitas kita terkuak? Aku tahu kamu menyukainya, tapi pakai otakmu sesekali." Si gadis mendesis kesal.
"Ini bukan soal itu—"
"Lalu apa gunanya? Dia juga akan mati di akhir permainan. Ingat, rencana kita sudah hampir sempurna. Jangan mengacaukannya hanya karena sisi emosionalmu itu. Kita harus menang."
"Kamu juga tak akan suka jika kita membunuh Junhee lebih awal."
Si gadis terdiam. Perkataan itu tepat sasaran. Ya, dia juga tidak akan mau jika mereka membunuh Junhee. Untungnya di pemungutan suara sebelumnya Dokter menyelamatkan si ketua kelas. Paling tidak, dia masih bisa bersamanya sampai akhir permainan.
"Aku setuju dengannya. Kita... kita harus membunuh Youngeun." Dabeom berkata dengan gemetaran. Keringat dingin membasahi dahinya. Dia tidak mau membiarkan Youngeun hidup begitu saja karena sudah pasti si wakil ketua kelasnya itu akan berhasil meyakinkan semua orang.
"Dua lawan satu, kamu kalah." Gadis itu mengambil pisau dari tangan Dabeom yang tremor. "Pergilah. Biar aku yang mengurusnya."
"Berengsek." Yang tak setuju menggertakan giginya, tangannya mengepal erat. "Kamu sungguh akan membunuh temanmu sendiri?"
Gadis itu melihat ke arahnya dengan dingin, alisnya terangkat, "Memangnya kamu tidak pernah? Kamu melakukannya dengan lebih licik."
Dabeom melihat ke arah dua mafia lain dengan cemas, mereka semakin tidak akur seiring berjalannya permainan. Akhirnya, saat temannya yang lebih tinggi keluar dengan langkah kesal, Dabeom mengikutinya keluar.
Gadis itu menyeringai puas, menggenggam pisau di tangannya dengan lebih erat.
Sudah diputuskan.
Yoo Youngeun, sayang sekali kamu harus mati saat ini.
Semoga kamu bukan Warga biasa.
Sang gadis langsung menikam perut Youngeun yang tergeletak pulas di lantai.
Darah menggenangi lantai di bawahnya, dia dengan cerdas menghindar agar tak mengotori seragam dan sepatunya dengan sengaja. Baju seragam Youngeun kini merah dan terkoyak, siapa sangka dia yang akhirnya menghabisinya sendiri.
Maaf, Youngeun, tapi kamu yang membawa dirimu sendiri dalam bahaya.
Apa dia bahkan menyadarinya..?
Jika dia yang membunuhnya.
Orang itu adalah...

KAMU SEDANG MEMBACA
𝗥𝗲𝗱 𝗟𝗶𝗴𝗵𝘁
Фанфик𝘈𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘳𝘦𝘵𝘳𝘦𝘵 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘤𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘶𝘣𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘮𝘪𝘮𝘱𝘪 𝘣𝘶𝘳𝘶𝘬 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘴𝘦𝘬𝘦𝘭𝘰𝘮𝘱𝘰𝘬 𝘴𝘪𝘴𝘸𝘢 𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘦𝘣𝘢𝘬 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘱𝘦𝘳𝘮𝘢𝘪𝘯𝘢𝘯 𝘔𝘢𝘧𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘳𝘪�...