Bab 3

16.8K 1.8K 71
                                    

Hai! Apa kabar?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai! Apa kabar?

Cek ombak dulu yang penasaran dengan ajakannya pak dokter, kira-kira di tolak apa gas aja nih?

Happy Reading!!!

***


Mobil ambulan yang baru saja datang menjadi alarm untukku dan beberapa perawat lain untuk siap siaga di pintu masuk IGD. Panggilan lima belas menit lalu datang dari seorang laki-laki berumur 50 tahunan yang mengeluh sesak napas dan nyeri dada selama lebih dari 20 menit.

"Apa yang dirasakan pak?" tanyaku sambil memeriksa keadaan pasien.

"Dokter tolong suami saya dokter. Saya gak tahu tiba-tiba tadi mengeluh sakit, terus mau mati gitu katanya dokter," ucap sang istri seraya menangis meraung-raung.

Aku mencoba menenangkan diri tak ikut terbawa emosi. Sudah biasa memang keadaan seperti ini pasti bagi keluarga adalah hal yang mengejutkan. Namun sebagai dokter aku dituntut untuk tetap tenang dalam segala kondisi. Lagipula kejadian ini bukan sekali aku alami. Serangan jantung adalah penyebab kematian paling tinggi di Indonesia bahkan di dunia.

"Mohon tenang sebentar ya ibu. Akan kita lakukan pemeriksaan dulu. Sebelumnya apakah ibu sudah mendaftar?" tanyaku pelan.

"Belum dok."

"Silahkan mendaftar dulu, nanti kami akan melanjutkan proses pemeriksaan."

Aku kembali memfokuskan diriku pada borang pemeriksaan singkat pasien berupa cek identitas dan analisis singkat soal keluhan pasien. Seharian ini pasien IGD tak terduga jumlahnya karena ada kecelakaan besar yang terjadi di persimpangan jalan ringroad. Truk dan mobil kecil. Sudah pasti aku tak hanya akan fokus pada satu pasien, maka setelah ini pemeriksaan akan dilanjutkan oleh Pak Jono, perawat senior yang sudah cukup lama bekerja di sini.

Pak Jono dengan cekatan memasang tensi untuk mengecek tekanan darah pasien. Setelah memenuhi formulir, aku dan Pak Jono segera mendorong ranjang menuju jalur triase merah.

"Pak Jo, tolong lanjutkan pemeriksaan ya," kataku lantas berjalan menuju pasien lain. Aku meninggalkan Pak Jono yang sedang memasang oksigen, bed side monitor beserta pulse oximeter ke dada pasien.

Kalau ditanya capek atau enggak, jelas capek. Aku bahkan gak perlu olahraga untuk bisa mengecilkan badanku meski harus makan banyak—oh makan saja mungkin tak sempat.

Beberapa menit saat aku meninggalkan pasienku sebelumnya untuk beralih ke pasien lain, tiba-tiba terdengar suara sirine berbunyi code blue yang langsung membuatku berlari.

Pak Jono telah berdiri dengan kedua tangan menekan jantung pasien untuk melakukan RJP. Aku beserta Bu Rini mendekati pasien membawa defilibrator dengan tergesa.

A Reason to be With You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang