Bab 16

14.6K 1.4K 97
                                    

Halo! Apa kabar?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo! Apa kabar?

Seberapa kangen kalian sama Kamaruna????

Boleh kirim ombaknya yang buaanyaak? 🌊🌊🌊🌊

Maaf baru update, happy reading.

***


Jangan berharap apapun pada pasangan yang punya pekerjaan sama-sama dokter. Sebagai dokter spesialis mungkin banyak orang mengira bahwa waktunya akan lebih fleksibel daripada dokter muda yang tiap hari ngekos di rumah sakit. Sayangnya kenyataan tidak demikian. Kama mendapat panggilan bahwa terjadi kecelakaan cukup hebat yang membuatnya harus segera pergi untuk operasi.

Ya, memang Kama cukup sibuk. Dokter ortopedi kebanyakan kasusnya memang kasus trauma, kecuali pasiennya orang tua yang rata-rata kena osteoporosis. Jadi aku sangat sangat memahami kalau Kama akan selalu tiba-tiba panggilan ke rumah sakit seperti sekarang.

Oke. Aku kembali tidur di kasur ku. Ya, sendirian.

Namun jujur saja, aku tak bisa mengenyahkan rasa membuncah dalam hatiku. Hal-hal yang kulakukan tadi membuatku tersipu bahkan sampai sekarang. Astaga bagaimana aku bisa seberani itu? Aku memegang perut Kama dan… kita berciuman. Kulitku masih terasa panas dan terbakar oleh jejak-jejak bibirnya.

Oh astaga! Bekas ciumannya!

Kama benar-benar. Dia membuat leherku seperti polkadot. Bagaimana aku pergi ke kampus hari ini? Bisa saja aku tutup dengan foundation, namun aku takut kalau mudah luntur. Masa iya aku pakai setting spray di leher?

Untung saja hari ini aku hanya perlu ke perpustakaan untuk belajar mandiri. Dosenku tidak bisa datang dan harus diganti dengan kelas asinkron. Coba bayangkan kalau aku masuk kelas, banyak orang mengenalku, lalu tiba-tiba leher polkadot ini mulai luntur dan semua orang menatapku. Oke oke, terlalu lebay. Tapi meskipun lingkunganku menganut budaya liberal yang…. ya kalian tahu sendiri, tapi tetap saja aku memegang erat budaya asia khususnya jawa.

Setelah hampir setengah hari aku berada di luar, dan harus bolak-balik kamar mandi untuk mengecek apakah foundationku luntur, untung saja hari ini berjalan dengan aman.

"Hai honey," ucap seseorang yang merampas tempat kosong di sampingku. Aku tahu di sini aku masih belum menemukan teman yang cocok, tapi kenapa Tuhan harus membuatku bertemu dengan Anthony setiap hari?

"Honey honey. Diem!" jawabku sengaja menggunakan bahasa Indonesia.

"Ugh. You say with your bahasa again," keluhnya seraya membuka buku dan laptopnya.

Aku memang secara gak sengaja kadang berbicara dengan bahasa Indonesia, apalagi kalau lagi mengumpat. Uhm, ya hanya belum terbiasa saja. 

"Tenggorokanmu sakit?" tanyanya.

A Reason to be With You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang