Bab 8

14.2K 1.5K 36
                                    

Halo! Apa kabar?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo! Apa kabar?

Siapa yang menanti cerita ini?

LESGOOOO!!!

***

Australia

Empat bulan kemudian

Aku pulang larut malam setelah seharian berkutat dengan Fundamentals of Epidemiology dan Introduction to Health Services Research and Policy. Sebenarnya hanya dua mata kuliah hari ini, namun aku harus berkutat lebih lama di perpustakaan untuk mempelajari mata kuliah yang cukup asing bagiku.

Gimana gak asing aku sekarang harus mempelajari analisis kebijakan untuk sistem kesehatan. Memang ada saat semester empat dulu mata kuliah ilmu kesehatan masyarakat, tapi itu hanya dua sks dan sudah beberapa tahun lalu. Jelas otakku butuh waktu lagi untuk mempelajari semuanya.

Apalagi kendala bahasa yang aku rasakan sedikit lumayan serius. Nilai IELTS band 8 gak menjamin telingaku paham ketika mereka berkomunikasi dengan sangat cepat. Sampai berkali-kali aku cuma 'hah hoh' doang saking cepatnya mereka berbicara.

Aku berkutat dengan puluhan text book yang berkaitan dengan health service research. Intinya, Health Service Research atau HSR bukan hanya membahas tentang metriks-metriks dalam meningkatkan pelayanan pasien, namun juga memahami suatu penyakit yang mencakup kualitas hidup sebagai kunci untuk mengembangkan kualitas layanan.

Selama ini mungkin aku hanya fokus pada pasien saja. Mempelajari penyakit berdasarkan keluhan pasien, mendiagnosis, lalu menentukan manajemen pengobatan. Tidak sampai layanan kesehatan hingga kebijakan yang harus diperlakukan.

Makannya aku baru bisa pulang pukul satu malam!

Aku melakukan stretching kecil setelah turun dari bus. Tempat tinggalku disini memang tidak terlalu jauh dari kampus juga rumah sakit tempat Kama menjalankan fellowship. Tapi kalau dibandingkan dengan Indonesia, jujur saja jaraknya cukup jauh. Namun karena transportasi umum di sini sangat sangat bagus serta udaranya yang bersih, jalan jauh gak terasa melelahkan.

Bohong. Capek banget.

Bayangkan baru hari pertama aku riwa-riwi ngurus dokumen aku baru setengah hari sudah berjalan sekitar 13.000 langkah. Wow. Hal yang tak mungkin aku dapatkan di Indonesia. Kalaupun bisa kayaknya pulang-pulang badanku langsung jadi sosis bakar saking panasnya.

"Baru pulang?" sapa Kama yang tumben banget berbicara denganku.

Aku cuma mengangguk seraya melepas alas kaki dan meletakkannya di rak dekat pintu.

"Dari mana saja sampai malam sekali?"

"Nongkrong," balasku asal. Kayak peduli aja sih ini orang. Aku kesana-kemari ngurus berkas juga dia diam aja.

A Reason to be With You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang