Bab 4

17.2K 1.7K 95
                                    

Halo!! Apa kabar?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo!! Apa kabar?

Kangen gak sama Kama yang ngegass? Ombaknya dulu dong yang banyaakkk 🌊🌊🌊🌊

Happy Reading!

***

Aku mengabaikan ucapannya. Ya, aku terus berjalan dan tak menghiraukan ajakannya yang terdengar gila. Jantungku memang sempat berhenti mendengarnya yang malah berbalik mengajakku menikah. Oh ayolah, ini bukan permainan namun dia seolah-olah sedang bermain.

Bagaimana mungkin sekarang posisinya terbalik?

"Bisa kita berjalan lebih lambat? Sepertinya kamu akan tersandung kalau berjalan secepat itu."

"Saya terbiasa jalan cepat kok," balasku padanya.

"Saya gak masalah, kaki saya panjang. Secara fisiologi satu langkah saya bisa menyamai dua langkah kaki kamu. Tapi kaki kecil kamu berpotensi membuat kamu jatuh dengan kecepatan itu."

Aku menghirup napas panjang. Menahan rasa kesal yang entah kenapa datang saat lelaki itu mengucapkan sesuatu.

Setelah merasa cukup jauh dari IGD dan sepertinya tak ada orang yang akan mengenali kami, aku berbalik. Menatap wajah Kama yang lempeng dengan kedua tangannya yang ia simpan di saku celana.

"Dokter ngapain nunggu saya?" tanyaku terus terang.

"Menjelaskan ucapan saya kemarin malam. Sepertinya kamu belum mendengarnya."

Aku menggeram dalam hati. Hanya orang tuli yang gak mendengar ucapan keras dari mulut dokter ortopedi satu ini.

"Saya dengar," kataku jelas.

Kama mengangguk. "Bagus. Berarti telinga kamu gak bermasalah. Saya khawatir kamu perlu ke THT. Saya punya kenalan dokter THT bagus kalau misal kamu—"

Aku menatapnya melongo. Kenapa bawa-bawa rekomendasi dokter THT sih?! "I've heard, oke. Dan saya memang sengaja gak menanggapi ucapan dokter."

"Kenapa?" tanyanya penuh selidik.

"Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya. Saya menarik kata-kata atau ajakan konyol saya. Saya gak jadi ngajak dokter menikah. Maaf saya lancang."

"Ya saya tahu."

Terus?! Terus kenapa lelaki ini malah balik mengajakku dan bahkan menungguku di IGD selama dua jam?!

"Silahkan kalau kamu menarik ucapan kamu, tapi sekarang saya yang sedang mengajak kamu menikah."

Dia... apa? Aku mengakui bahwa seharian ini aku merasa takut dan tak percaya kalau Kama benar mengajakku menikah. Seharian ini aku mengalihkan pikiranku dari persepsi konyol yang aku buat sendiri.

A Reason to be With You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang