Bab 6

15.1K 1.6K 123
                                    

Halo!!! Selamat lebaran bagi yang merayakan! Bagi yg ngerayain atau enggak, aku minta maaf kalau semisal aku ada salah dalam perkataan atau perbuatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Halo!!! Selamat lebaran bagi yang merayakan! Bagi yg ngerayain atau enggak, aku minta maaf kalau semisal aku ada salah dalam perkataan atau perbuatan. Terima kasih juga atas saran-saran kalian untuk perbaikan tulisanku yaa. 

Semoga kita terus menjalani kehidupan di jalan-jalan terbaik. 

Happy Reading!!

***

Sebuah pesan singkat dari Kama membuatku berjengit kaget. Setelah beberapa waktu lalu pria itu sempat menghubungiku dan aku mengiranya phising, sekarang nomornya sudah tersimpan di hpku. 

Dokter Kama

15 menit sampai

Pria itu sangat sangat presisi. Tepat lima belas menit setelahnya Kama benar-benar datang. Untung saja aku sudah mengira bahwa ia memang setepat waktu itu

Karena rencananya hari ini kita hanya akan mencari cincin, maka aku hanya memakai pakaian kasual saja. Kaos putih, cardigan stripes, dan celana jeans. Ugh, selera fashionku jelek kan? Hidup di IGD seolah membuat tembok besar antara aku dan dunia luar alias kuper. Aku bahkan tak ingat kapan terakhir kali membeli baju bagus. 

"Hai... mas," sapaku dari balik kaca mobilnya. 

Kama kemudian membuka pintu mobil, menjulang tinggi, dan perlahan berjalan ke arahku. Astaga! Apa-apaan Kama! Kenapa... kenapa dia bisa berubah jadi seperti ini. Aku tersikap beberapa detik karena ketampanannya. Celana kain dipadukan dengan kemeja yang dua kancing atasnya terbuka. Menampakkan leher jenjang beserta tulang selangka lelaki itu yang mempesona. 

"Kita pamit dulu sama orang tua kamu," ucapnya membuatku tersadar. Mulutku ternyata sejak tadi sedikit terbuka. 

"Hm? Oh gak usah. Saya udah bilang tadi." 

Sadarkan dirimu Aruna! Walaupun ini terlihat tidak adil, sangat jomplang. Aku seperti upik abu, sedangkan dia seperti pangeran. 

Lagian kenapa Kama bisa berubah drastis seperti ini? Maksudku, ya memang dalam dunia kedokteran penampilan juga hal paling penting. Bisa dilihat kan mahasiswa kedokteran itu good looking semua. Seolah-olah terlahir dari keluarga crazy rich—ya walaupun sebagian besar memang iya. Tapi dibalik itu semua, kami memang diharuskan untuk berpenampilan rapi dan menawan. Bahkan di beberapa kampus, perempuan diwajibkan pakai rok kecuali saat memakai scrub. 

"Saya belum," ucapnya seperti tak mendengarkanku bicara. Ya terserah lah. 

"Saya izin bawa Aruna untuk cari cincin ya, bu. Mungkin sampai malam."

Untuk apa? Paling dua-tiga jam juga sudah selesai. Memangnya Kama mau ngajak aku beli cincin dimana sih. 

"Hati-hati ya le. Gak usah ngebut," ucap ibuku dengan lembut. Ibu sejak Kama pertama ke sini dan berhasil menyihir orang tuaku dengan kata-katanya, selalu membicarakan Kama. 'Nduk, nak Kama gimana? Nduk, nak Kama jam segini udah pulang' 

A Reason to be With You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang