Halo apa kabar?
Makasih ya udah nungguin Kamaruna. Happy Reading!!
***
Aku bergegas menemui profesor Emily, ya dia adalah tujuan utamaku untuk nekat belajar di sini dan memulai segala drama dalam hidupku. Kalau gak karena dia, aku mungkin gak akan menikah dengan Kama. Jadi apa aku perlu berterima kasih dengannya?
Euhm... sepertinya gak usah, toh profesor Emily baru mengenalku tiga puluh menit lalu lewat pesan singkat.
Aku tergopoh membawa kertas-kertas berisi jurnal penelitian yang sudah aku pelajari. Meskipun thesis masih lebih dari satu tahun lagi, namun tak mungkin aku tak memikirkan topikku. Asal kalian tahu prof Samsul secara aktif menghubungiku, bertanya tentang progress thesisku. Oh yang benar saja, aku selama berminggu-minggu masih berusaha beradaptasi dengan lingkungan dan cuaca, namun prof Samsul sudah menodongku dengan topik thesis.
"Hai Kinanti, silahkan duduk. Maaf saya menghubungi kamu mendadak." Profesor Emiliy melepas jaketnya sebelum ikut duduk di sampingku. Rencana pertemuan kami sebenarnya besok, namun mendadak harus diganti hari ini karena ia lupa kalau besok harus menghadiri conference.
"It's oke. Kebetulan saya juga gak ada kelas." Kelasku baru saja selesai setelah prof Emily menghubungiku. Aku buru-buru kembali ke apartemen untuk membawa tumpukan jurnal dan catatakanku ke sini. Astaga begitu besar prof usahaku demi topik ini, jangan sampai nilaiku jelek ya.
"Saya sudah membaca proposal kamu. Sebenarnya saya sudah menutup research tentang cardiovascular untuk semester ini, namun karena kamu selalu mengirimkan proposal saya merasa kamu sangat gigih jadi saya sebaiknya tidak menyia-nyiakan kamu."
Aku tersenyum canggung. Aku tak perlu menjelaskan lebih banyak tentang usahaku sampai ke sini kan? Demi dia aku nekat menikahi Kama, ya kali aku gak bisa mendapatkan topik yang jadi incaranku.
Beliau sebenarnya sedang membuka research tentang tobacco control, cancer epidemiology, pharmacoepidemiology, dan Hormone replacement therapy. Bisa saja aku pergi ke profesor lain, namun untuk urusan cardiovascular beliau adalah juaranya.
"Saya sangat berterima kasih prof menerima proposal saya. Saya tahu cardiovascular menjadi topik yang paling banyak peminatnya, namun saya punya alasan kuat kenapa saya sangat ingin masuk ke topik ini. Mengingat bahwa negara saya, Indonesia adalah negara nomor satu dalam penyakit jantung maka saya ingin mengulik lebih dalam tentang itu," balasku dengan mantap.
Emily mengangguk seraya membaca buku catatan yang sudah kususun sangat rapi hingga mataku juling. "Saya lumayan terkejut dengan catatan kamu. Apa kamu mengambil spesialis jantung?"
Aku menggeleng. "Saya bekerja di IGD. Bertahun-tahun saya bekerja di sana, penyakit jantung selalu jadi yang paling banyak. Dan profesor tahu kalau penanganan penyakit jantung harus dilakukan secepat mungkin, sayangnya banyak pasien yang meninggal duluan."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Reason to be With You [TAMAT]
ChickLit"Dokter Kama. Dokter benar dapat fellowship ke Australia?" tanyaku tanpa basa-basi. Ugh aku sebaiknya bertanya ia dari mana bukan? Namun otakku mengatakan 'jelas-jelas dia baru saja jajan!' Pria itu mengangguk. Tentu tak akan mau capek-capek mengelu...