Bab 17

14.3K 1.5K 213
                                    

Halo! Apa kabar?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo! Apa kabar?

Kalau biasanya aku cuma minta ombak, boleh gak tiap paragraf kalau bisa minta komen? (Wkwkw maruk 😅

Tapi gara-gara nonton Lovely Runner di tengah padang pasir kehidupan yang hampa gak ada spark-spark romantic, aku ikut baper sampe iri sama Im Sol. Mau yang kayak Sun Jae dengan muka Byeon Woo Seok satu aja gak usah banyak-banyak ya allah. Mukanya tuh tau gak sih, gemesin banget om-om satu ini!

Jadi bikin aku semangat nulis hal-hal romantis supaya hidup kita gak garing lewat cuitan kalian yaa. Ramein mau spam next apa ombak juga gak apa-apa. Love you polll pokoknya 💙💙💙

***

Aku berjalan sedikit di belakang pria itu menuju halte terdekat. Entah apa yang membuat pria itu berjalan di depanku padahal tadi katanya pria itu mengajakku pulang sama-sama. Selama beberapa detik jujur saja jantungku berdesir dengan kata-katanya yang terdengar sangat lembut di telingaku. Ku kira Kama mungkin akan menggandeng tanganku—setelah tadi tangannya memporak-porandakan hatiku dengan usapannya.

Hanya saja tak ada hal apapun yang pria itu lakukan padaku setelahnya. Ya. Benar. Kama seperti membiarkanku jalan sendirian di belakang.

Aku memandangi tangannya yang menggantung di samping pinggangnya. Aku belum pernah bergandengan dengan tangannya. Apa pernah? Oh kayaknya waktu mengejar bus itu ya? tapi Kama hanya memegang pergelangan tanganku, bukan menyelipkan jari-jarinya.

Padahal pria itu tadi mengusap kepalaku, kenapa sekarang gak sekalian menggandeng. Cih. Apa-apaan minta maaf ke aku kalau dia saja mengabaikanku lagi.

Dia itu apa sih sebenarnya? Bunglon? Perasaan semalem manis banget, sekarang aku dianggurin gini. Padahal aku bininya loh. Seharusnya dia menggandeng tanganku kan.

Tanganku perlahan bergerak maju ke depan. Hampir menyentuh jarinya, namun aku urungkan. Apa aku harus berjalan di sisinya ya biar punggung tangan kami gak sengaja kesenggol terus Kama langsung menggandengku?

Ah ide yang bagus.

"Mas. Jangan cepet-cepet," ucapaku memintanya berjalan perlahan.

Kama melirikku. "O..oh. Maaf. Kaki saya terlalu panjang kayaknya Na."

Kami berjalan bersisihan. Mataku sering melirik ke bawah, melihat seberapa dekat jarak tanganku dengannya. Aku gak mau terlalu dekat, nanti di kira sengaja lagi. Padahal emang iya, eh tapi maunya tuh yang natural gitu loh.

Oke mungkin sekitar satu centi cukup ya? Tanganku nanti biar aku goyang-goyangkan sedikit biar menyentuh punggung tangannya.

Oh oh! Berhasil! Punggung tanganku bersentuhan. Tapi Kama belum merasa. Apa terlalu lemah ya?

A Reason to be With You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang