Bab 19

13.9K 1.4K 49
                                    

Hola hola! Apa kabar?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hola hola! Apa kabar?

Terima kasih ya udah sabar menunggu Kamaruna. Sebagai gantinya aku kasih yang manis-manis aja lagi kali yaa. 

Happy Reading!

***


Aku tak mau ambil pusing. Kejadian kemarin aku anggap memang seperti itulah sifat Angel. Lagian kalaupun perempuan itu menyukai Kama, gak mungkin kan dia merusak rumah tanggaku seperti yang ada di film-film? Hey, Kama itu orang cerdas, masa iya melakukan hal yang gak senonoh kayak gitu.

Gak gak. Astaga. Udah gila kali gue mikir skenario sinetron kayak gitu.

"Kamu nanti pulang jam berapa Na?" tanya Kama. Aku buru-buru memasang sepatu sebelum berangkat kelas pagi hari ini. Profesorku yang biasanya kelas online, tiba-tiba mengganti kelas menjadi offline.

"Kayaknya sampai malam. Saya sekalian ngerjain paper."

"Sama siapa?" Kama berdiri di depanku. Ia baru akan berangkat ke rumah sakit siang nanti.

"Anthony?" Ya. Meskipun menyebalkan, tapi Anthony partner yang baik. Dia seolah menjadi tutor tetapku dalam menghadapi matkul-matkul yang berhubungan dengan teknologi.

Kama menghela napas panjang, seperti tak suka ketika aku mengucapkan kata itu. "Kamu gak punya teman lain selain dia?"

"Gak ada—maksud saya, ada tapi..." Aku ingin menjelaskan lebih, namun waktuku tak sempat. Bisa-bisa aku ketinggalan bus. Dan tahu kan kalau ketinggalan kendaraan umum nunggunya cukup lama. "Intinya dia jago kalau ngajarin, jadi saya butuh dia," ucapku selesai dengan sepatuku.

"Kenapa? Mas cemburu?" usilku seraya mendongak. Kama berada tepat di depanku, sempat membuat aku terkejut.

Kama tersenyum. "Mumpung di sini perbanyak teman dan jaringan Na. Kalau kamu terlalu sering sama si Toni itu nanti kamu gak dapat apa-apa."

Aku mencibir. Cih, bilang cemburu aja muternya jauh banget. "Iya iya. Aku perbanyak teman deh. Berarti sekalian ikut party kali ya—aduh." Aku meringis kesakitan saat Kama baru saja menjitak kepalaku.

"Gak gitu juga. Saya gak akan izinin party-party gak jelas kayak gitu ya Na."

"Oh, harus izin suami nih."

Kama bergeming, hanya menatapku kesal. Bibirnya mengerucut, meski begitu ekspresi marahnya sangat menggemaskan.

Aku terkekeh. "Iya paksu. Saya gak akan ikut party-party kok."

"Izin juga sama saya. Pulang juga jangan lupa kabari saya."

Aku mengulum bibirku menahan tawa. Sumpah Kama makin lama kok makin gemesin sih?

A Reason to be With You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang