SC. 4

290 34 8
                                    

Happy Reading..

.

.

.

.

Dunk menikmati angin malam yang menerpa wajahnya. Saat ini dia berada di balkon apartementnya, dia sedang menikmati segelas wine merah pekat. Lalu, meminumnya perlahan seperti sebuah candu.

Banyak hal yang ia pikirkan, syuting seriesnya yang akan dimulai 1 Minggu dari sekarang.

Masalah kembalinya ia ke-3 tahun sebelum hal naas itu terjadi.

Kalau boleh di ingat ingat, dia jarang pulang kerumah. Bagaimana kabar adik dan ibunya?

Dunk ingin pulang menemui mereka, tapi apakah ia sanggup bertemu dengan keluarganya. Keluarga yang ia hancurkan, keluarga yang ia buat menderita.

.

Keesokan paginya ia memutuskan untuk bertemu dengan keluarganya.

Menemui ayah, ibu dan adiknya Dnie.

Saat ia melihat keluarganya yang terlihat sangat bahagia, disitulah Dunk sadar. Betapa berdosanya ia dulu merenggut semua ini. Karena ekonomi terlilit, ayah Dunk sampai rela menjadi simpanan orang yang mengambil alih harta mereka, hanya demi keselamatan Dunk serta adik dan ibunya. Lalu, ibunya menjadi tulang punggung keluarga disaat ia cacat. Adiknya terpaksa berhenti kuliah dan yang terakhir. Dunk meninggalkan mereka begitu saja dengan situasi yang sangat buruk (bunuh diri), Dunk membayangkan betapa terpukulnya keluarga mereka.

Pada saat itu seperti kesialan terletak padanya, setelah ia didepak dari dunia entertainment. Perusahaan keluarga mereka mengalami failed. Banyak investor yang keluar dan menjual saham mereka pada orang lain.

Bukan hanya sampai disitu saja, setelah perusahaan jatuh bangkrut. Akhirnya, ayahnya pergi besama mantan kekasihnya yang ternyata mengambil alih saham besar di perusahaan. Memberikan ancaman pada ayahnya. Ayahnya harus menjadi simpanan orang itu, karena kalau tidak mantan kekasih ayahnya itu akan terus berusaha melukai ia dan Dnie.

Ayahnya yang menyayangi keluargapun akhirnya pergi demi keselamatan putra putrinya. Meninggalkan ibunya yang kemudia menjadi tulang punggung keluarga, karena saat itu Dunk tak bisa berbuat apa-apa selain hanya menjadi beban. Wajahnya rusak, menjadi bahan gunjingan dan kebencian dari berbagai pihak. Benar-benar menyedihkan.

"Maa..paa..Dnie~" panggil Dunk, pada keluarganya yang kini tengah bersantai diruang tengah.

Hari libur biasanya ayahnya akan menyempatkan diri berkumpul bersama keluarganya. Lalu, Dnie adiknya itu masih sekolah tingkat dua menengah atas.

Saat ini keluarganya masih utuh dan Dunk berjanji, dia akan menjaganya.

Dunk menyambut pelukan hangat keluarganya.

"Dunk/Phi." Mereka berpelukan layaknya keluarga bahagia.

"Dunk, kenapa kau baru datang. Selama ini kau sangat sibuk dengan urusan pekerjaan, sampai kau jarang pulang." Ucap ibu Dunk, sambil mengusap pipi Dunk penuh kasih sayang.

"Maa.. anak kita ini pria sejati, biarkan dia mencari uang untuk masa depannya. Siapa tau dia akan membawa seorang gadis pada kami nanti." Ucap ayah Dunk semangat.

"Kurasa bukan gadis, Phi Dunk sangat cantik. Gadis yang berkencan dengannya akan insecure, melihat kulit mulus Phi Dunk." Ucap Dnie, sambil mengelus salah satu telapak tangan Dunk. Bertindak seperti seorang peramal yang berpengalaman.

Tuk

Dunk menyentil pelan kening adiknya yang sok tau itu.

"Jangan membicarakanku, banyak gadis yang tergila-gila padaku. Itu sudah jelas, aku hanya perlu memilih satu yang menjadi kriteriaku. Lalu, selesai kami menikah dan punya anak." Jawab Dunk, yang terdengar seperti dongeng yang mustahil menurut Dnie.

Second Change Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang