SC. 16

326 41 9
                                    

Happy Reading..

.

.

.

.

"Phi Dunk." Panggil Fourth saat melihat Dunk sedang membereskan barang-barang miliknya bersama Janhae. Sedangkan Phuwin, tengah menerima telepon entah dari siapa.

"Fourth Ada apa?"

"Kau mau pulang sekarang, bagaimana kalau kau dan Phi Phuwin bermain ke dorm kami." Ajak Fourth, yang dibalas dengan senyuman gelengan.

"Maaf setelah ini aku masih ada jadwal." Ujar Dunk tak tega, sambil mengusap pucuk kepala Fourth.

"Yahh.. tidak seru, di dorm sangat menyebalkan." Rajuk Fourth.

"Kau bisa mengajak Phuwin, tapi Phi harus bertemu seseorang dulu setelah ini." Ucap Dunk, membuat sebuah tanda tanya besar untuk Fourth dan orang diam-diam mendengar percakapan mereka.

"Seseorang? Kalian akan berkencan?" Tanya Fourth dengan kedua mata membulat. Lalu, meringis saat sebuah pukulan kecil mendarat dikepalanya.

"Geminaiii..kenapa kau memukulku?" Tanya Fourth marah. Tak mengindahkan perkataan Fourth, Gemini malah memusatkan perhatiannya pada Dunk dan meminta maaf.

"Maaf Phi Dunk, Fourth tidak bermaksud ikut campur dia hanya sering berkata tanpa di rem. Jadi mohon maafkan pertanyaan Fourth yang terkesan ingin tau." Ucap Gemini, yang dibalas senyuman oleh Dunk.
"Tak masalah, aku memang akan berkencan." Ucap Dunk, yang membuat Fourth melengking dan menatap Dunk dengan mata penuh ingin taunya. Tapi, perkataan yang akan dilontarkan oleh Fourth tertahan ditenggorokan saat Gemini membekap mulut dan menyeretnya pergi.

Dunk hanya tersenyum melihat kelakuan mereka, sedangkan sosok lain yang mendengar percakapan mereka tanpa sadar mengepalkan tangannya erat. Entah emosi atau bagaiman, Joong menghampiri managernya dan meminta izin keluar untuk sebuah urusan.

.

Dunk memarkirkan mobilnya disebuah gedung restoran berbasis privat. Hanya para pejabat dan pemilik perusaan besar yang sudah menjadi langganan disana, yang bisa menempati salah satu ruangan mewah disana.

Dunk sering menghabiskan waktu bersama keluarganya disini.

Tenang aman tanpa kamera-kamera yang selalu menyoroti kehidupan mereka.

Dunk memasuki restoran itu tanpa mengetahui ada motor hitam yang mengikutinya. Sosok itu menutup tubuhnya dengan pakaian hitam serta masker dan topi. Ia menatap sosok Dunk dengan riak mata yang dalam dan tajam.

"Kau sepertinya sangat menjaga orang itu, Dunk Natachai. Sampai-sampai kau menghabiskan uang puluhan juta hanya untuk menyewa tempat ini." Gumamnya. Menurunkan topinya dan mengendarai motornya kembali dalam keadaan marah.

.

Dunk membuka pintu ruangan restoran yang ia pesan. Ia melihat sosok ibunya disana, benar Mrs.Boonprasert sudah menunggunya. Hingga, saat pintu terbuka. Dunk langsung memeluk ibunya dan duduk dihadapan sang ibu.

"Mama sudah memesan?" Tanya Dunk, dengan senyuman yang tak pernah luntur dari wajahnya. Saat menatap sosok yang telah melahirkannya.

"Sudah, Mama memesan makanan kesukaanmu. Sayang sekali D.Nie dan ayahmu tak ada disini." Ucap Mrs.Boonprasert sambil meminum segelas kecil teh.

"Aku akan mengajak D.Nie untuk makan nanti. Sedangkan ayah, aku rasa setelah apa yang kukatakan hari ini. Mama akan mempertimbangkannya." Ucap Dunk, menuangan air teh pada gelas ibunya sebagai penghormatan kecil untuk sosok yang telah melahirkannya.

Second Change Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang