Anne berjalan memasuki gerbang sekolah SMA Pertiwi namanya dimana ini adalah tahun ajaran baru. Sekolah Swasta dengan kelas terbanyak ada 8 kelas masing-masing angkatannya tetapi dalam satu kelasnya hanya ada 15 orang. Ia terus berjalan sambil melihat arlojinya waktu masih menunjukan pukul 06:45, berjalan menyusuri koridor sembari melihat ke segala penjuru ruangan.
Ada yang sedang duduk-duduk di taman bersama kelompoknya, ada yang sedang bercanda ria di depan kelasnya, ada yang sedang sibuk dengan buku-bukunya.
Mata Anne melihat ke sebuah lapangan basket yang berada tak jauh dari koperasi sekolahnya, dia melihat ada beberapa orang yang sedang berlari mengelilingi lapangan, dan beberapa laginya ada yang sedang bermain basket.
Masih pagi kayaknya deh, tapi semangatnya udah kayak semangat mau perang ngelawan sekutu. Batin Anne sembari tertawa kecil.
Anne berjalan menaiki tangga menuju lantai 2.
"Anne sini...." panggil temannya.
Telinga Anne bergetar mendengar panggilan dari temannya, ia menoleh dan langsung menghampiri temannya itu.
"Eh lo udah hafal lagu kebangsaan SMA Pertiwi?" tanya Leni sembari mengeluarkan handphone dari sakunya.
"Belum," kekeh Anne menggaruk kepalanya.
"Lha kan kemarin kan gue kasih liriknya lewat Line??" tanya Leni sontak.
"Iya tau, tapi ga hafal-hafal, liriknya banyak. Itu lirik apa cerpen sih Le?" cibir Anne meledek.
"Bukan ege, itu mah skripsi haha," sautnya bercanda, nampaknya Leni sedang menghafalkan lagu kebangsaan Pertiwi.
"Haha bisa aja lo, emang lo sendiri udah hafal?" gurau Anne menyenggol pundak Leni.
"Belum muehehe." kekeh Leni tersenyum kuda.
"Gaya lo nanyain gue, sendirinya aja belum hafal!" celetuk Anne seraya mengambil atribut upacara di dalam tasnya.
"Hahaha, udah yuk ah!" ajak Leni menarik lengan Anne.
"Kemana?" Anne menahan lengan Leni yang menariknya.
"Nyari orang hajatan." canda Leni.
"Ah elo!"
Bel pun berbunyi pertanda semua siswa harus menuju lapangan upacara, untuk melaksanakan kegiatan rutin setiap hari Senin yaitu upacara. Sebelum dimulainya kegiatan belajar mengajar.
Seluruh siswa telah berbaris dengan rapih di barisan kelasnya masing-masing tapi masih saja ada beberapa anak yang terlihat tengah santai berkeluyuran belum menempati barisannya.
Bugh!
"Akh!" desis Anne ketika pundaknya tak sengaja ditabrak oleh seorang Kakak kelas yang berlari gesit menyelip diantara barisan untuk menangkap basah temannya.
"Setan! Temen biadab!" tegas Kakak kelas laki-laki itu yang langsung menghadap kepada anak cowok yang berdiri tepat di samping barisan Anne. Dengan rampasan tangannya menarik kerah seragam temannya itu. Sehingga membuat semua siswa yang berada di sekitaran barisan sini merasa terkejut melihat bercandaan mereka yang kelewatan, tak melihat waktu akan dimulainya upacara.
"Wakakakak ampun Bib, ampuni hayati!! Dosa lo eh nyiksa orang!" seru anak laki-laki yang sebarisan dengan Anne, tampangnya culas berlaga seperti orang yang sudah mati kutu, dan menyerah meminta belas kasihan untuk diampuni. Anne tahu kalau anak cowok yang di sampingnya itu adalah Dandy, anak yang terkenal paling modus dan selengean.
"Eh rusuh banget sih lo berdua!" geram Leni menegur.
"Ono noh! Si onta kayak kambing!" saut Dandy nyeleneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putih & Abu-abu
Teen FictionSatu hal yang Anne tidak sukai dari kehidupan SMA, tentang sombongnya anak borju, belagunya the most wanted, ngesoknya senior, dan menyeramkannya geng kapak. Perjalanan kisah SMA-nya dimulai ketika ia bertemu dengan Dandy yang mempertemukannya denga...