13. Pertemuan kembali.

478 28 3
                                    

    Pemandangan pada hari Senin di sekolah, sama seperti biasanya terlihat begitu sibuk. Beberapa siswa masih terlihat berlalu-lalang di lapangan sekolah, tepatnya mereka sedang menunggu waktunya berbaris untuk melaksanakan upacara sekolah.

    Bel telah berbunyi menandakan seluruh siswa untuk cepat memenuhi area lapangan upacara seperti hari Senin biasanya. Anne dan teman-teman sekelasnya telah bersiap dengan barisannya. Dipimpin oleh Iky sebagai ketua kelasnya. Tidak seperti hari-hari Senin biasanya yang selalu Anne lewati dengan semangat, Anne berpindah ke barisan yang paling belakang, kali ini rasanya berbeda. Sebab sejak pagi tadi Anne masih terus mencari-cari Kak Agil, seperti benar dugaannya bahwa hari ini Kak Agil tidak akan datang, pasti karena Bianca.

    Benar memang sepertinya Kak Agil masih mencintai Bianca. Kisah mereka belum selesai, tetapi mengapa Anne harus datang diantaranya. Mungkin Anne juga tidak sepatutnya untuk selalu menyalahkan dirinya sendiri dan takdir apa yang telah Tuhan berikan untuknya. Memang Tuhan tidak akan pernah salah menggariskan takdir pada setiap hambanya.

    Tetapi rasa bersalah itu masih terus menghantui pikiran Anne, yang Anne takuti adalah bahwa perbuatannya ini yang sudah jelas melibatkan hati di dalamnya pada seseorang yang bukan miliknya. Pada akhirnya suatu hari nanti, akan dibalas lewat sebuah karma yang pedih.

    Upacara hari Senin pun akan segera dimulai, seluruh guru piket telah berpatroli dari barisan depan hingga ke belakang untuk mengecek kesiapan setiap barisannya. Setelah beberapa guru sudah berpatroli, mereka sendiri yang bersiap untuk baris pada barisannya. Kemudian anggota PMR pun dikerahkan untuk berjaga di belakang setiap barisan, untuk menolong siswa yang lelah akibat mengikuti upacara.

    Dan upacara pun dimulai dengan disiapkannya seluruh barisan oleh pemimpin upacara. Anne mengikuti aba-aba setiap gerakan yang harus menuruti perintah sang pemimpin. Beberapa susunan upacara pun sudah terlewati sebagian. Saat pemberian nasehat oleh pembina upacara, seluruh siswa dipersilahkan untuk istirahat di tempat.

"Setan! Gue telat jauh banget!" gumam seseorang bersuara bass tepat di belakangnya.

    Refleks leher Anne menoleh melihat ke belakang, siapa yang tengah berbicara ngedumel sendiri. Mata Anne terbelalak melotot lebar melihat tepat di depannya Kak Agil yang tengah bimbang takut ketahuan oleh guru yang bisa saja melihatnya. 

    Kak Agil melihat balik ke arah Anne juga, namun tak ada ucap dari mulut mereka berdua. Bahkan tatapannya itu pun mirip saat pertama kali mereka bertemu, kecut dingin dan penuh teka-teki. Melihat ada guru yang datang, Anne cepat-cepat mengalihkan pandangannya kembali lurus ke depan.

"Oh berani telat kapten basket?! Nanti lapangannya saya jadiin kelas, mau??" tegur Pak Gatot.

    Mendengar teguran Pak Gatot kepada Kak Agil, membuat Anne tak tahan untuk melepas tawanya. Kasihan juga melihat Kak Agil ketahuan telat sampai hampir dipenghujung upacara, memangnya hari ini dia tidak akan menemui Bianca? Mungkin bisa saja nanti sehabis pulang sekolah.

"Hehe, jangan Pak jangan." kekehnya malu karena ketahuan telat.

    Setelah upacara selesai, seluruh siswa dipersilahkan untuk kembali ke kelas, mengikuti jam pelajaran berikutnya. Sesampainya di kelas, Anne langsung terduduk lemas di bangkunya, sedangkan Leni terus memperhatikan tingkah sahabatnya itu yang sejak pagi tadi terlihat aneh.

"Anne lo baik-baik aja kan?" tanya Leni pelan.

"Baik, emangnya?" jawab Anne berbohong.

Putih & Abu-abu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang