Tepat tengah malam ini pesawatnya mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Bianca Jeremy gadis manis yang ceria itu kembali menapakkan kakinya untuk yang pertama kali lagi di Indonesia, setelah ia lama menetap di Jerman. Rasa rindunya dengan semua yang ada di Indonesia telah terbayarkan sudah, cukup dari menghirup udaranya pun begitu lepas membuka ikatan rindu dengan tanah kelahirannya ini.
Dia melepaskan syal rajutan tebal yang mengikat indah di lehernya. I Sedingin-dinginnya malam di Jakarta tidak sedingin di sana, kembali ia merasakan 2 musim di negara tropis ini, yang tak perlu berganti-ganti pakaian musim dingin yang super ribet. Hanya di Indonesia, kau bisa sesuka hati ingin memakai baju yang model apapun.
Dengan segenggam cup kopi di tangannya, dia berjalan di tengah kerumunan orang yang berlalu-lalang. Di Bandara ini tempatnya berpijak, sering terjadi pertumpahan air mata. Mengapa? Karena di sini tempat perpisahan sekaligus pertemuan yang mengharukan. Dan hal yang paling menyakitkan dari Bandara adalah perpisahannya yang akan menghadirkan sejuta rindu pada saat penantiannya.
Bianca kembali untuk sesuatu yang penting. Banyak sekali kenangan berharga yang ia lewati di negeri ini, terlebih moment-moment indah yang pernah ia lalui bersama dengan Agil. Hatinya sudah memberontak sejak kemarin, ia ingin secepatnya untuk menemui Agil, melepas rindu yang kerap kali menyekatnya sesak untuk bisa bernafas lagi.
Perjalanan dari Bandara menuju rumahnya yang dahulu memakan waktu 2 jam lebih, namun perjalanannya sangat ia nikmati. Karena Bianca begitu rindu dengan kemacetan Ibukota yang paling identik, mendengar kembali suara saut-sautan klakson kendaraan, apalagi suara bising dari knalpot bajaj.
***
Di tempat pemakaman ini Anne dan Ayahnya bertekuk lutut, di bawah batu nisan bertuliskan Atiqah Sjamsoedin binti Gunawan Sjamsoedin. Redup-redup sayu mata Anne memandang lirih tempat peristirahatan terakhir Ibunya.
Tak pernah seumur hidup pun Anne melihat secara jelas wajah indah Ibunya. Merasakan lembut sentuhannya, nyata kasih sayangnya, hangat pelukannya, dan manis senyumannya. Karena waktu itu, setelah Anne kecil keluar dari rahim Ibunya, pada tangisan pertama dari Anne pun, saat itu pula Ibunya menghembuskan nafas untuk yang terakhir kalinya.
Tepat di hari ini mengenang ke 17 tahun kematian Ibunya, dan hari ini pula tepat usia Anne yang ke 17 tahun. Tetapi Anne tidak pernah menantikan hari ulang tahunnya, dia selalu mengingat hari kematian Ibunya saja.
Pernah terbesit hancur dalam pikiran Anne, merasakan perihnya keadaan yang menyakitkan sesakit-sakitnya. Sebenarnya, apa gunanya hidup? Jika orang yang telah melahirkanmu ke dunia ini, tak ada di sini untukmu. Sesuatu yang baru akan hadir, dengan direnggutnya terlebih dahulu sesuatu yang lama. Begitukah sekiranya?
Pernah Anne meminta dalam hati, jika bisa saja waktu ini berputar kembali. Lebih baik dirinya tidak dilahirkan ke dunia ini, jikalau harus Ibunya yang menanggung semua akibat ini.
"Mamaaaaaa.... Anne kangen sama Mama.... Mama kenapa tinggalin Anne?? Anne pengin ngeliat wajah Mama, Anne pengin merasakan pelukan Mama, Anne mau Mama ada di sini, hiksss..." lirih Anne tersedu-sedu, tangannya mengusap lembut batu nisan Ibunya.
Ayah yang berada di samping Anne, berusaha untuk menenangkan anak semata wayangnya. Tangan Ayah merangkul pundak Anne, dan sesekali menepuk-nepuk pelan di pundak Anne.
Tidak tega melihat anaknya menangis seharu ini. Karena setiap kali Anne diajak ke sini, dia akan menangis tanpa henti. Rasa sayang kepada Ibunya sangat dalam, bahkan membutuhkan waktu yang cukup lama bagi Ayah untuk dapat menenangkan hati Anne kembali.
Ayah mengajak Anne untuk mendoakan almarhumah Ibunya, dengan ringan kedua telapak tangan Anne mengangkat pasti untuk selalu mengirimkan doa kepada Ibunya. Berharap kematian Ibunya saat melahirkan seorang anak, mendapatkan tempat yang indah untuknya di surga sana. Sesuatu yang indah sedang ia bangun di atas sana sebuah istana yang megah untuk keluarga kecilnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putih & Abu-abu
Teen FictionSatu hal yang Anne tidak sukai dari kehidupan SMA, tentang sombongnya anak borju, belagunya the most wanted, ngesoknya senior, dan menyeramkannya geng kapak. Perjalanan kisah SMA-nya dimulai ketika ia bertemu dengan Dandy yang mempertemukannya denga...