12. Kenyataan yang tak bersalah.

556 29 0
                                    

Anne berjalan cepat memasuki kantor Ayahnya, pintu mesin itu terbuka otomatis. Jalannya tetap lurus ke depan, tanpa memperhatikan ke sekitarnya.

"Non Anne, ada titipan di ruangan Bapak." ujar Pak Satpam menyampaikan pesan Ayah.

Jemarinya menekan tombol lift, pintu lift tertutup. Di dalam lift, Anne sendirian karena memang kantor sudah mulai sepi sejak magrib tadi. Tatapannya kosong melamun, tubuhnya bersandar di pojok, melipat tangannya di dada.

Bahkan pikirannya masih terus terbayang dengan wajah Kak Agil. Pikiran konyolnya kadang berpikir, apakah Kak Agil akan mengejarnya? Dan detik ini hati Anne masih belum rela jika ia harus berhadapan dengan rasa patah hati untuk yang kesekian kalinya. Dengan penuh pengharapan andai saja Kak Agil benar datang mengejarnya sampai sini, tetapi mustahil nyatanya. Kak Agil mungkin tidak merasakannya, merasakan perasaan yang sama terhadap Anne.

Dan sampailah lift itu berhenti di lantai atas, tepat beberapa langkah kecil menuju ke ruangan Ayahnya. Tangan Anne memegang mantap pintu ruangan bergangang besar itu, dan ia membukanya langsung berjalan masuk.

Ruangan pribadi Ayah Anne terlihat sangat gelap, Anne berjalan menuju meja kerja Ayahnya, tanpa ia nyalakan terlebih dahulu lampu ruangan. Karena cahaya rembulan malam ini cukup menyinari sampai menembus kaca ruangan pribadi Ayah. Kini Anne merasa begitu damai dengan kegelapan dan keheningan di sini, dinginnya AC sentral yang terus menyala hingga membuat Anne sedikit menggigil. Pandangannya menyapu ke depan melihat landscape kota dari atas sini, dengan cahaya lampunya yang berkerlap-kerlip dan warna-warni.

Anne terduduk santai di depan meja kerja Ayahnya, yang sudah tersedia kue tart blackforest berbentuk lingkaran, dengan tulisan "HS 17 My Daughter", akhirnya senyuman manis Anne terlukiskan kembali. Walaupun tidak ada Ayah dan Ibunya di sini, tetapi Anne cukup bersyukur karena Ayah setidaknya telah mempersiapkan semua untuk Anne dengan cara yang paling sederhana, namun berkesan bagi Anne.

Di meja juga terdapat figura foto Ibunya Anne yang terlihat gemuk karena sedang mengandung Anne di dalamnya. Hatinya kembali merasakan perih yang mengiris, karena menyadari akan selamanya Anne selalu merayakan ulang tahun tanpa Ibunya.

Anne mengambil figura itu untuk dilihatnya lebih dekat lagi, jemarinya mengusap lembut foto Ibunya yang terlihat tengah tersenyum bahagia. Lekukan di sudut bibir Anne menggambarkan senyuman haru, ketika melihat foto tersebut. Dia mendekap figuran itu ke dalam pelukannya, dengan eratnya seakan turut merasakan bahwa kini ia terbuai dalam pelukan Ibunya yang semu.

Lalu ia menaruh kembali figuran tersebut tepat di samping kue ulang tahun pemberian Ayahnya. Di samping kue tart itu terdapat lilin berangka 17 yang belum ditancapkan ke kue tersebut. Tetapi mata Anne berhenti sejenak, ketika melihat selembaran kartu ucapan di bawah tumpukan lilin tersebut.

Sebelumnya Anne menancapkan lilin tersebut terlebih dahulu, sebelum ia membaca isi dari kartu ucapan itu. Setelah selesai menancapkan lilin dengan rapih, ia langsung membuka kartu ucapan yang Anne yakinkan itu pasti pemberian Ayahnya

To: Anne kesayangan Ayah❤️

Waktu itu telah berlalu, masa-masa tersulit kita telah lewati. Kehadiranmu mengubah kesedihan itu menjadi sebuah harapan. Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, kini putri kecil Ayah sudah beranjak dewasa. Doa Ayah selalu menyertaimu, intinya Ayah akan selalu memainkan peran ganda Ayah sebagai seorang Ayah sekaligus Ibu untukmu. Kesetiaan Ayah padamu tak akan tergantikan oleh apapun.

Putih & Abu-abu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang