9. Hujan bersama Agil.

533 21 0
                                    

    Jam pulang sekolah berdering, semua siswa berlarian semangat keluar dari sekolah. Melepas semua penat atas semua pelajaran yang sudah mereka tuntun hari ini. Sekiranya cukup banyak ilmu yang didapatkan dalam seharian ini, maka dari itu pendidikan bagi Anne adalah tetap nomor 1.

    Hiruk pikuk ramainya anak pulang sekolah, seperti yang kalian tahu sendiri dan pernah mengalaminya bukan? Perkumpulan dari beberapa kelompok yang selalu jalan bersama seolah mereka yang paling menguasai sepanjang jalan menuju gerbang. Ada pula dari beberapa mereka yang sekedar hanya berjalan berdua dengan sahabatnya atau pacar.

    Yang paling menjengkelkan menurut Anne adalah ketika riuhnya suasana seperti ini, selalu berpapasan dengan para gangster brandal sekolahan. Mereka yang paling berkuasa di sepanjang jalan depan sekolah, dengan gerombolan motor mereka yang seenaknya berhenti sembarangan di tengah jalan, sehingga menghalangi laju kendaraan umum lainnya. Belum lagi ditambah suara bising dari motor mereka yang sangat mengganggu ketertiban umum.

    Menjelang nanti malam adalah malam minggu, maka suasana ramai ini hanya terjadi ketika malamnya adalah malam minggu. Malam dimana para mereka biasa nongkrong bersama teman-temannya. Mata Anne mendongkak melihat awan di atasnya yang mulai menggumpal bergulung-gulung menghadirkan warna abu-abu. Lalu tatapannya kembali melihat jam di handphonenya, ternyata sudah jam 05:00 sore.

    Hanya setiap hari terakhir yang juga dilaksanakan ekskul serempak, kecuali untuk beberapa ekskul yang lainnya. Setiap ekskul pasti selalu pulang lebih sore, sekitaran jam 05:00 menjelang magrib. Langkah Anne terus berjalan cepat untuk bisa mendapatkan angkot yang tersisa di detik-detik terakhir.

    Perlahan langit mulai meneteskan dentingan air hujan, gemerciknya semakin terasa begitu deras. Anne cepat berlari menuju halte mencari tempat berteduh, seketika saat hujan datang suasana pun kembali tenang. Jalan raya mulai menyepi, karena sebagian kendaraan banyak yang menepi. Dan suara saut-menyaut orang lain sudah tidak terdengar lagi kalah oleh suara derasnya guyuran hujan sore ini.

    Hanya dirinya sendiri yang berteduh di halte ini, kebanyakan anak-anak lainnya berteduh di warung pinggir sekolahan. Karena mungkin di sana memang banyak temannya, namun selalu Anne menghindari itu, sebab di warung-warung tersebut biasanya banyak bertebaran anak sekolah yang mulai bebas dari pengawasan gurunya. Mereka bisa seenaknya merokok dengan santai tanpa takut kena ceramahan dari guru BK ataupun guru Agama.

    Untung saja hujan sore ini tidak begitu menyerukan banyak gemuruh, ini hanya sekedar hujan biasa dengan intensitas yang cukup deras. Namun sekiranya masih aman karena tidak ada gemuruh atau petir. Angin menyapu hujan terlihat genangan di jalan beraspal itu bergerak perlahan, menambah sejuknya sore ini. Anne berdiri berlindung di bawah atap halte yang keadaannya sangat sederhana, bangku yang tersedia pun sudah basah karena hembusan angin tadi membawa cipratan air, sehingga membasahi bangku tersebut.

    Tangannya berpegangan pada tiang besi penyangga halte, semburan air hujan yang membasahi tiang itu, menghasilkan gumpalan-gumpalan kecil air hujan yang mengembung. Sesekali jemarinya menusuk-nusuk gelembung itu, sehingga gelembung itu terpecah dan airnya mengalir turun.

    Keseruannya bermain gelembung terpecah saat ia mendengar dekat suara deruman motor yang berhenti di depannya, mata Anne sigap mendongkan untuk melihat siapa yang datang menghampirinya. Dirinya seakan membatu sesaat, ketika melihat Kak Agil yang mulai turun dari motornya masih berbalutkan jas hujan di tubuhnya, langsung berjalan menghampiri Anne di halte.

    Anne masih terdiam seribu bahasa, tidak berani untuk membuka suaranya duluan. Hanya untuk menatap matanya pun butuh keberanian yang banyak terkumpul di dalam lubuk hatinya, bagaimana dengan ini? Disaat hujan seperti ini Kak Agil datang di sampingnya.

Putih & Abu-abu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang