TANTE
(Bagian 3)Siang itu baru saja aku kembali setelah makan siang kembali ke kantor. Tante Silvi mengirim pesan WhatsApp.
"Hai Leo sayang. Lagi dimana?".
"Baru nyampe kantor abis makan siang Tan. Tante Silvi dimna? Kangen yaaa...?"
"Hhhmmmm...kasih tau gak yaaa?"
"Iiiihhh Tante yaaa... justru aku yang kangen...".
"Nanti ketemuan yuk".
"Dimana?".
"Tempat dulu pertama kita bertemu".
"Ok Tante Silvi cantik sayang...".
"Bye Leo sayang".
***
Sepulang kantor aku sudah berada di kedai kopi dalam sebuah mall. Aku tunggu Tante Silvi sambil menikmati kopiku.
Belum juga habis rokokku ia telah menyapaku dari kejauhan bersama seorang wanita sebaya dengannya.
"Haii...lama ya nunggu?".
"Gak juga,belum ngabisin satu bungkus koq". Jawabku dengan nada becanda.
"Iiih kamu nih. Kenalin dulu teman tante nih".
"Leo". Aku menjulurkan tanganku.
"Win". Dijabat erat tanganku. Cantik juga orangnya.
"Udah jangan kelamaan salamannya,ntar ga bisa lepas loh".
"Jepitnya jangan keras-keras dong". Selorohku.
"Kamu yang keenakan".
"Tante juga lah".
Kami bertiga tertawa bersama dan asik ngobrol ngalor ngidul.
"Leo Tante tinggal dulu ya. Tante ada perlu. Temenin mbak Win aja dulu ya".
"Lho koq pergi gitu aja".
"Iya sorry ya. Tante ada janji dengan orang. Yuk Win,gue pergi dulu ya".
"Ok Vi,next time ya".
Tinggallah aku dan mbak Win berdua. Awalnya aku sedikit canggung namun ia pandai mencairkan suasana dengan candaannya.
"Kamu pulang kemana ?".
"Aku Bekasi mbak".
"Jauhnya. Jam segini lagi macet2nya".
"Ya gitulah mbak. Mbak Win dimana?".
"Saya di Bintaro".
"Gak jauh2 amat sih. Cuma sama aja macetnya".
"Jalan yuk ah,bosen juga disini".
"Ayuk lah. Kita kemana mbak?".
"Ya keliling aja..".
Kuiringi dari belakang dan membiarkan dirinya berjalan didepanku. Dengan postur yang tinggi,dan betis yang kecil ramping. Bisa kubayangkan dalemannya. Pikiranku kotor lagi.
Tiba2 pesan WhatsApp dari Tante Silvi
"Leo,ajak mbak Win kesini. Apartemen tante".
"Mbak win,diajak Tante Silvi ke apartemennya".
"Iya,saya juga dapet chat dari dia. Kamu kesini pake apa?".
"Motor".
"Punya helm cadangan?".
"Ada".
"Kita naik motormu aja ya,biar cepat".
Dalam perjalanan tak kusangka dipeluknya erat tubuhku dari belakang hingga kurasakan buah dadanya dipunggungku.
***
Tiba di lobby apartemen tante Silvi menyambut aku dan mbak Win. Selanjutnya kami bertiga menuju unitnya.
"Ada apa sih koq tau2 disuruh datang mbak?". Tanya mbak Win sesampainya dalam kamar.
"Aku mau merayakan sesuatu tapi dengan siapa kalau tidak dengan kalian".
"Waah.. surprise nih Tan...mau merayakan apa ya?".
"Ini lho...aku dapet bonus dari boss aku. Ya dikit2 lah kita merayakan bersama".
Dibukanya sebuah kotak yang berisikan kue2 dan jajanan lain. Dari kulkas ia keluarkan beberapa botol minuman. Entah berapa lama kami bertiga menikmati itu semua. Karena kelelahan akhirnya kami tertidur dalam satu ranjang bertiga.
Antara setengah sadar atau tidak,kurasakan sesuatu melingkar pada leherku. Kubuka mataku sedikit. Ternyata tangan tante Silvi memelukku. Kulihat sebelah kiri mbak win juga tertidur dengan kaos tanpa lengan memperlihatkan sedikit dalemannya yang putih.
"Leoo...". Tante Silvi membisikkan di telingaku.
Aku menoleh kepadanya.
"Ada apa?".
Belum sempat kusadari selanjutnya, tangannya menelusup kedalam celanaku dan meremas penisku. Ak hanya diam tak bereaksi. Khawatir jika mbak win terjaga. Ditariknya tanganku dan dibimbingnya menuju vaginanya. Tentu saja akupun mengelus elus bibir vaginanya serta bulu bulu tipisnya.
Ia mulai mendesah.
"Tan...ntar mbak Win bangun". Ucapku sambil berbisik.
"Gak koq,dia gak bakalan bangun".
Selanjutnya diambilnya selimut dan ditutupinya tubuhku. Entah apa maksudnya dengan semua itu terlebih ia masuk dalam selimut. Yang kurasakan selanjutnya adalah celanaku ditariknya dan...penisku dikulumnya. Aku terkejut namun tak bisa berbuat apa. Sedikit was was khawatir jika mbak Win bangun. Sesekali aku menoleh kearahnya. Ia nampaknya masih tertidur. Gairahku memuncak saat kepala penisku dikenyotnya
"Oooowwwhhh...tanteeee ... aaaawww....". Kututup mulutku dengan selimut guna meredam jeritan ku.
Tiba2 saja ia merangkak keatasku dan meraih penisku, selanjutnya adalah... penisku telah terjepit diantara bibir vaginanya.
"Sssshhh... aaahhhh... Leo...aku kangeeen...cumbu aku sayang".
Aku tak dapet menolaknya. Akhirnya kulakukan seperti biasanya. Menjilati buah dadanya yang menggelantung diatas wajahku. Ia terus menggoyangkan pinggulnya maju mundur, sesekali diputarnya.
"Kalian asik berdua tapi tidak ngajak2 aku ya".
Aku tersentak kaget dan tak bisa berkata apa. Lidahku terasa kaku. Jantungku seakan berhenti berdetak.
"Udah bangun Win. Ayo gabung sini".
"Emang siapa yang tidur?".
"Jadi mbak win...dari tadi gak tidur... dengerin semua..?". Tanganku terbata bata.
"Aku mendengar semuanya Leo, meskipun kau berbisik-bisik juga.
Tante Silvim membuang selimut,dan terbukalah didepan mbak win,aku dan tante Silvi sedang bercinta. Ia tak hanya diam disitu. Ditanggalkan semua busananya. Aku hanya bisa terdiam,tante Silvi masih terus menggoyangkan pinggulnya.
"Nah sekarang giliran mu win. Kau pasti akan menggelepar ditangan Leo..".
"Ayo Leo...tujukkan kejantananmu".
Mbak Win menghampiri dan saat berikutnya telah menindihku.
"Hhhmmmm...siapa takut...". Udah kepalang basah batinku.
Saat berikutnya adalah bibirku sudah beradu dengan bibirnya. Dikarenakan tubuhnya lebih ramping dibandingkan dengan Tante Silvi,aku sempat berguling dengannya saling tindih bergantian.
"Ssssshhh...aaahhh... gigit yang ini leoooo...".
Ia menyodorkan dadanya. Tentu saja kulakukan dengan menggigit dan kukenyot2 beberapa tempat hingga meninggalkan bekas kemerahan.
"Yaaa ..itu jugaaa... aaaawww...".
"Mbaaaak wiiin...aku gigit semuanya yaaa...".
Aku terus merangkak kebawah menuju selangkangannya. Kudapati vagina dengan bentuk menyembul. Nyaris tak berbulu. Sudah terlihat basah.
Baru saja aku hendak menjilati vaginanya, Tante Silvi datang dan rebahan disisi mbak Win. Sementara ludahku menjalari vagina mbak Win,tangan kiriku merambah vagina Tante Silvi.
Jadilah mereka saling jerit bersahutan. Aku bingung dibuatnya, terkadang bergantian, kujilati vagina Tante Silvi,dan jariku bermain pada vagina mbak Silvi.
"Leeeooooo...berikan kami kepuasan sayaaang...". Tante seakan mengigau dalam desahannya. Saat itu pulalah mbak win bangkit dan membimbingku untuk rebahan. Aku menuruti saja. Sejurus kemudian ia duduk diatas selangkanganku dan dilesakkannya penisku. Ia sempat menjerit panjang sebelum akhirnya mulai menggoyangkan pinggulnya. Melihat adegan ini tante Silvi tak tinggal diam. Ia pun merubah posisinya dengan mengangkangi wajahku....dan vaginanya yang sudah basah membungkam mulutku.
Permainan yang sangat menggiurkanku. Dibawah sana mbak win asik dengan goyangannya, sedangkan disini aku menikmati dengan menjilati vagina Tante Silvi.
"Ssshhh... aaakkkhhh...leoo... hhhmmmm...kau benar-benar perkasaaaa... oooowwwhhh....".
"Aaaaakkkhh sayaaaaaang...gigit memekku leooo.... aaaaawww..".
Aku kenyot2 klentitnya sembari aku masukkan dua jariku.
Sementara mbak lebih tenang menikmati penisku. Sesekali pinggulnya berputar.
Namun detik2 berikutnya aku merasakan penisku seakan dijepitnya lebih keras. Diiringi dengan jeritan mbak win.
"Aaaaakkkhh... nnnggghhk...aku keluuuaaarrrr... aaaahhhh ".
Akupun tak mampu menahan puncak kenikmatan... creeet... creeet.. creeet...penisku menyemburkan beberapa kali tembakan dalam liang vaginanya.
Tante Silvi masih diatasku.
"Kau sudah keluar Leo..?".
"Iya tan...gak bisa nahan jepitan memek mbak win..".
"Masih bisa gak..?"
"Coba aja Tante..".
Mbak win turun dari atasku dan berganti dengan tante Silvi. Sebelum dimasukkan, dibersihkan terlebih dahulu menggunakan kaosnya. Selanjutnya...
"Hhhmmmm... kontolmu masih keras leeooo...kau pejantan tulen... ssshhh... aaahhh...yesss.".
Pinggulnya bergerak maju mundur... berputar...naik turun.
Serasa bosan dengan gaya ini. Tante Silvi melepaskan penisku berganti dengan posisi nungging. Inilah sebenarnya favoritku. Sebelum kumasukkan kujilati lagi vaginanya dari belakang.
"Udaaah...leooo...cepetaaan...".
Dari belakang kuarahkan penisku.
"Sssshhh... aaaahhhh...tanteeee...
enaaaak bangeeeet...".
Aku tepuk2 pantatnya bersamaan dengan gerakan pinggulku yang maju mundur. Terdengar suara-suara... plaaaak... plaaaak... plaaaak...kuremas dadanya dari belakang.
"Oooowwwhhh...yesss... leoooo...
tantee...maaauuu.... aaakkhhh...".
"Iyaaa...taaann...aku jugaaa...kita
barengan yaaa....".
Beberapa saat kemudian tubuhnya bergetar hebat dan roboh diikuti dengan tubuhku yang menindihnya.
Nafasnya tersengal-sengal...
"Gila kamu Leo.. kuat banget sih..".
"Tante juga sih yang bikin aku kuat begini. Eh mbak win mana?".
"Dikamar mandi".
Ia membalikkan tubuhnya dan memelukku.
"Ingat ya janjimu...".
"Iya...kan sekarang ada mbak win".
"Kalo dengan dia gak apa-apa. Dia sahabatku".
***
Malam itu kami bertiga menikmati malam panjang penuh kepuasan. Tengah malam kami keluar apartemen untuk sekedar mencari udara segar. Kembali ke apartemen dan bercinta lagi
(Tamat)
