20

13.1K 33 0
                                    

BAPAK TIRI
(Bagian 3)

Beberapa hari setelah kejadian itu membuat diriku sering mengurungkan diri dikamar bila pergi dan hanya aku dan ayah tiriku yang dirumah. Aku takut. Namun terbayang selalu yang aku lakukan itu. Bagaimana aku menyentuhnya, menggenggamnya,mempermainkan jariku,dan bulu2nya itu, terlebih saat cairan itu keluar melumuri telapak tanganku. Bukan itu saja,setiap ada kesempatan,aku selalu mengintip kegiatan mama dan ayah tiriku dikamar bila malam hari. Dalam kamar aku sering berkaca dengan keadaan telanjang bulat. Meremas payudaraku sendiri, meliuk-liukan tubuhku, menyentuh vaginaku,dan berakhir dengan memainkan jari pada vaginaku dibalik selimut. Aku merasakan kenikmatan,aku seakan melayang. Khayalanku menerawang jauh.
***
Seperti hari yang sudah2. Seakan terulang,mama yang sedang berada dipasar,ayah tiriku tenggelam dalam kopi dan rokoknya. Aku sendiri bergulat dengan ponselku diatas tempat tidur.
"Olaa...". Ayah memanggilku.
"Iyaaa..".
"Beliin ayah bubur ayam disamping mini market itu ya. Kamu udah sarapan?".
"Udah tadi bareng mama dipasar".
"O ya udah. Beliin buat ayah ya".
Tidak terlalu jauh untuk mencapai mini market. Aku cukup berjalan beberapa menit dan kembali dengan tentengan kantung plastik berisikan bubur ayam pesanan ayah.
Kusiapkan segalanya dan kuhidangkan dihadapannya.
"Hhhmmmm...kamu cobain deh. Enak koq".
"Aku udah makan ayah...".
"Dikit aja cobain. Makanya ayah suka bubur yang disitu".
Aku membuka mulutku dan disuapinya beberapa sendok.
"Enak kan?".
"Iya...".
"Mau lagi nih".
"Udah...". Aku memalingkan wajahku yang berakibat pipiku tersenggol sendok,dan sebagian tumpah diatas pahaku.
"Tuh kan jadi berantakan". Ia segera mengambil tissue dan membersihkan pada pipi dan pahaku.
Jarinya menyentuh bibirku dan diusapnya beberapa kali.
"Kamu cantik Ola... secantik mamamu...".
"Ayaaah...".
Direngkuhnya pundakku dan saat itu pula diciumnya bibirku. Aku hanya diam. Tak juga membalas ciumannya. Lama ia lakukan itu seraya mengatupkan kedua telapak tangannya pada pipiku.
"Hhhmmmm...kamu pernah dicium cowok..?".
Aku tak bereaksi atas pertanyaannya. Kurasa iapun tak peduli dengan jawabanku.
Aku didorongnya hingga tubuhku berbaring pada sofa. Ia terus menciumku.
"Buka sedikit bibirmu".
Kubuka sedikit bibirku dan selanjutnya bibirku digigitnya lembut. Memainkan lidahnya pada bibirku. Sentuhan bibir dan lidahnya membuat bulu kudukku merinding. Tangannya mulai menggerayangi dadaku. Diremasnya.
"Lembut sekali bibirmu. Kamu masih ingat yang kemarin?".
Dibimbingnya tanganku menuju selangkangannya. Batang itu telah mengeras. Dituntun tanganku untuk menggenggam dan meremas batang kemaluannya.
"Nah seperti itu... hhhmmmm...".
Aku mulai tergoda. Geloraku mulai terpancing. Tak sadar aku mulai membalas ciumannya. Tanganku mulai bergerak liar. Nafasku mulai memburu dengan desahan panjang. Terlebih saat bibirnya menjalari leher dan tengkukku.
"Hhhmmmm... ssshhh...aaahhh.".
"Kau menikmatinya Ola sayang?".
"Hhhmmmm...iyaaa...ayaaah...".
Tiba2 saja tangannya menuju selangkanganku. Aku tangkap dan kuhentikan.
"Jangan ayah... jangan yang itu...
Ola mohon..".
Ia hentikan aksinya dan selanjutnya ia merubah posisi dengan duduk menyandar pada sofa. Aku dibimbingnya untuk berlutut dihadapannya. Aku belum tahu apa maksudnya.
Tiba2 saja ia menurunkan celananya dan nampaklah dihadapanku sebuah batang kecoklatan dengan kepala yang mirip helm yang mengkilap kemerahan. Tanganku dituntunnya untuk menggenggamnya. Diriku yang memang telah terbakar gairah sejak tadi, akhirnya menggenggamnya dan mengocoknya berulang kali. Secara naluri kumainkan jariku pada ujung helmnya yang sedikit mengeluarkan cairan bening dan licin, sedikit lengket.
"Ooouuuwwhhh...ya begitu olaaa..
aaahhh...nikmat sekalliiii...ya terus begitu...".
Gerakanku semakin lancar. Kugenggam dengan kedua telapak tanganku yang memang telapak tanganku ini kecil. Bulu2 lebatnya aku usap2. Kulihat wajahnya ayah tiriku mengerang merasakan kenikmatan. Matanya terpejam.
"Olaaaa....teruuusss...dikit lagiii...
aaaahhhh...dikit lagiii.. aaaaaawww...
Detik itu dari ujung kepala helm itu menyembur cairan kental dan putih layaknya air mancur. Aku sempat terkejut dan menghentikan gerakanku. Sebagian jatuh diatas perutnya, sebagian lagi jatuh kelantai, sisanya meleleh membasahi tanganku. Entah mengapa aku terus mengusapnya hingga batang kemaluannya menciut dan terkulai. Aku mengambil beberapa helai tissue dan membersihkan tumpahan cairan itu.
Kulihat ayah tiriku masih bersandar pada sofa dengan wajah tertengadah keatas. Nafasnya naik turun.
"Ayah...".
Ia terbangun dan berikutnya adalah kembali mencium bibirku.
"Terimakasih Ola sayang...kau anak yang pintar. Kau cepat sekali belajar".
***
Setelah makan siang aku menurut saja saat ia menyuruhku untuk berbaring diatas pangkuannya sambil menonton TV. Diusap2nya rambut panjangku. Ia banyak cerita tentang pekerjaannya sebagai seorang pengawas proyek. Pertemuan pertamanya dengan mama,dan masa lalunya.
Aku hanya menyimak semua ceritanya. Rambutku masih terus dibelainya. Sesekali pada pipi dan leherku.
Tiba2 saja aku merasakan sesuatu dibalik celananya. Sesuatu yang berdenyut semakin lama semakin keras. Rupanya batang kemaluan ayah tiriku kembali mengeras. Menyentuh pipiku. Ia menggeliat untuk mengatur posisi duduknya.
Selanjutnya tangannya menurunkan celananya. Tentu saja membuat batang kemaluannya tepat berada didepan bibirku. Digoyangkan,diusapkan dan ditepuk-tepuknya pada bibirku,dan berikutnya mencoba memasukkan dalam mulutku. Entah apa yang membuat bibirku membuka jalan untuknya...dan selanjutnya batang kemaluan itu telah berada dalam mulutku. Digoyangkan keluar masuk oleh ayah tiriku.
"Emut olaa...mainkan dengan lidahmu...anggap aja kamu makan es krim..".
Aku mencoba menuruti apa yang ayah tiriku maksud. Mulutku dan bibirku yang kecil tentu saja tak cukup untuk ukuran batang kemaluannya yang besar itu.
Kujilati kepalanya. Aku menikmatinya...terlebih saat ia mendorong lebih dalam hingga kerongkonganku. Aku sempat batuk tersedak. Namum keteruskan kembali.
"Oooowwwhhh...olaaa...enak sekaliii... hhhmmmm... ssshhh... aaahhh...kamu pintar sekali... seperti mamamu... hhhmmmm..
dikit lagi sayang...".
Mendengar desahannya aku semakin cepat mengulumnya. Buah dadaku diremasnya. Akupun merasakan kenikmatan itu.
Tiba2 saja ia mencabut dari mulutku dan...kembali batang kemaluannya menyemburkan cairan kental itu. Hampir seluruhnya mengenai wajahku,kupejamkan mata karena mataku sempat kena semburannya. Hingga tembakan terakhir,kembali ditepuk-tepuknya batang kemaluannya pada bibir dan pipiku. Kubersihkan dengan tissue.
Beberapa menit kemudian kembali normal. Sebentar lagi mama pulang.
***
Malam hari itu aku menangis. Bersembunyi dibalik selimut. Aku bersalah pada mama. Aku merasakan telah mengkhianati mama. Aku merasa ayah tiriku seorang yang jahat. Teringat semua peristiwa bersama ayah tiriku. Ingin aku adukan,namun takut mama terluka.
Malam itu kudengar lagi samar2 desahan nafas mama dari kamar.
Mama sangat mencintai ayah tiriku.
(Bersambung)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Obsessed with sex 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang