Alev sedang berada dirumahnya, tepat dikamar.
"Alev, kau baik baik saja?" Ayahnya memasuki kamar itu. Alev mengangguk pelan.
"Kau semakin demam, saya akan memanggil dokter untuk memeriksa mu. Kau istirahat saja" Ayahnya membuka pintu dan melihat Jefian yang sedang mengelilingi rumah ini.
"Jef, masuklah, temani dia dikamar" Ucap Ayahnya lalu pergi dari sana.
Jefian masuk kedalam kamar, melihat Alev yang tengah tertidur. Jadi, dia hanya terduduk disofa sampai ketiduran.
~~~~~~
Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore. Jefian terbangun, mencari keberadaan pemuda itu,
"Napa?" Tanya pemuda yang duduk dikursi belajarnya, Alev.
"Gak. Gak papa" Jefian melanjutkan tidurnya.
"Hhhh.... Bangun" Alev mengguncangkan badan Jefian.
"Ntar",
"Kenapa lo disini?" Tanya Alev sambil berjalan ke balkon kamar itu.
"Ayah lo",
"Hhh....." Alev menghela nafas panjang dan duduk dikursi.
"Kenapa?" Tanya Jefian, menuju pintu kamar itu, ia ingin keluar dari sana karena dia rasa Alev sudah cukup sehat.
"Terkunci" Ucap Alev.
"Sejak kapan?",
"Udah dari 3 jam yang lalu",
"Ohh",
Jefian terdiam sejenak, dan seketika ia berteriak sekeras mungkin. Alev yang mendengar itu, saking kerasnya gendang telinganya seperti ingin pecah.
"Hei! Kau kenapa?" Alev berlari menuju ke Jefian. Saat bahu Jefian ditepuk, ia terdiam dan membalikkan badannya.
Jefian, berlumuran darah yang sangat banyak. Darah itu keluar dari hidung, mata, mulut.
Alev mundur berapa langkah, tapi kakinya tergelincir dan membuat kepala Alev terbentur di ujung kasur.
"AAAKHH, sial" Alev memegang kepalanya dan betapa terkejutnya iya. Kepala Alev berdarah sangat banyak, ia pikir dirinya sudah diambil alih oleh seseorang.
Dari tadi Jefian hanya menatap sambil tertawa melihat kelakuan Alev. Jefian, ternyata dia yang mengendalikan tubuh Alev saat ini.
Alev terbaring lemah, Jefian menghampirinya dan seketika ia menginjak wajah Alev.
"AAAAA...Hhh....Hhhh.....Sial. Cuma mimpi" Alev ngos ngosan.
"Alev, Kau kenapa?" Ibunya masuk dan memeriksa anaknya.
"Aku baik baik saja, hanya saja aku mimpi",
"Tenangkanlah dirimu, setelah ini turunlah kebawah" Ibunya mengelus bahu Alev.
"Iya" Jawabnya singkat, Ibunya pergi dari sana.
"Mimpi, mimpi itu. Kenapa mimpi itu sangat jelas?"Alev teringat jika wajahnya diinjak oleh Jefian, tapi dia tidak terlalu memperdulikannya, jadi ia keluar dari kamarnya saja.
Baru saja ia turun beberapa langkah, ia sudah mendapati Jefian yang tertidur disofa favoritnya. Ia sedikit berlari dan menghampiri pemuda yang tertidur itu.
"Bangun",
Jefian membangunkan dirinya dan pindah kesofa sebelah. Ia tau kalau ini sofa favorit Alev.
"Lo.... Lo tadi kekamar gue gak?" Alev sedikit canggung dengan pertanyaan itu.
"Iya, Ayah mu yang menyruhnya untuk menjagamu saat dokter memeriksa dirimu"-
"Yasudah. Ayo kita makan. Jef, kau ikut juga ya" Semuanya menuju kemeja makan.
❗Typo Warning❗
KAMU SEDANG MEMBACA
Olympic
RomanceIa mengikuti sebuah Olimpiade matematika disekolahnya. Tapi setelah Olimpiade, ia dikabarkan bahwa akan menikah dengan seseorang. ⚠️Homophobic⚠️ ❗B×B❗