Twenty Three

17 2 0
                                    

Karena hanya sendiri, jadi ia hanya membaca bukunya tanpa mengatakan sepatah kata apapun, sambil meminum kopinya. Tapi dia merasa ada seseorang yang akan menghampirinya.

Ia berhenti membaca dan menutup bukunya. Meminum santai kopinya sambil melirik sekelilingnya. Bahu kirinya ditepuk dan dengan pelan ia menoleh kearah kiri., ternyata itu adalah Marvin.

"Kau, Alev kan?" Tanya Marvin. Alev mengangguk pelan.

"Bisa kah kau berikan ini pada Hans?" Tanya Marvin sambil memberikan sebuah kotak.

"Ya" Singkat Alev.

"Baiklah, terima kasih" Marvin pergi meninggalkan Alev.

"Al, lu udah mau pulang gak?" Hans datang dan duduk dikursinya.

"Ya. Nih, dari waketos" Alev memberikan kado itu.

"O-ohh, ok. Yaudah ayo", mereka berdua ingin pergi dari kafe itu. Tapi,

"Hans!" Hans menoleh kebelakang dan tidak menemukan orang yang memanggil namanya.

Bahu kanannya ditepuk dan menoleh kearah kanan. Yang menepuk adalah Alev, tapi dia menunjuk seseorang samping kirinya.

Menoleh kesampingnya dan mendapati Marvin yang sedang meminum kopi dan sedang menatap tajam. Hans tersenyum kikuk dan menatap Alev.

"Hans, tepatin janji lo" Ucap Marvin dan menarik baju Hans.

"Al, tolong gue" Mohon Hans.

"Gak ada, sini lo" Marvin menarik paksa lengan Hans.

"Aall, tolongin. Aaaaa!" Hans memberontak, menarik lengannya. Marvin menutup mulutnya dan berbisik ditelinga Hans.

Seketika Hans terdiam dan tersenyum bahagia. Alev hanya menaikkan alisnya dan menggelengkan kepalanya. Saat Alev berjalan keluar, tangannya digenggam oleh seseorang. Dan,

"Hai, kita bertemu lagi" Ucap seorang perempuan dibelakangnya.

Alev mengenali suara itu, dia adalah Zevy. Karena tak mau ambil pusing, jadi ia melepas genggaman itu dengan paksa.

"Al, kau jangan-",

"Jangan ganggu gue lagi sialan! Ini peringatan terakhir buat lo" Alev meninggikan suaranya sehingga semua orang tertuju padanya.

Ia keluar dengan emosi yang tak terkendali, sedangkan Zevy terduduk dan menangis.

"Sialan" Umpat Alev yang sedang menuju kemotornya.

~~~~~~

2 hari kemudian, semua siswa yang mengikuti lomba Olimpiade berkumpul diAula.

"Baiklah, sekarang kalian pergi kebus, dan jangan sampai ada keributan. Kursi sudah ada nama masing masing" Guru itu mengarahkan para siswa untuk kebus.

Dibus, Alev duduk bersama Hans, Jefian dan Marvin, Hans dan Alev duduk bersampingan dan Marvin dan Jefian duduk bersampingan, mereka duduk berempat berhadapan.

Bus itu belum berangkat, jadi mereka masih bisa keluar-masuk bus.

"Al, lo gugup gak?" Tanya Hans.

"Dikit, lo?" Tanya Alev juga.

"Sama" Jawab Hans.

"Marvin, lo udah belajar?" Tanya Jefian.

"Udah, lo?" Tanya Marvin.

"Udah" Jawab Jefian.

Alev, memikirkan hal tentang 2 hari yang lalu. Pikirannya terus berputar, ia sangat tidak mau bertemu dengan perempuan itu.

"Akh! Sialan" Umpat Alev reflek. Mereka bertiga menatap Alev bingung.

"Al, lo napa?" Tanya Hans menyentuh bahunya.

Alev menoleh dan membisikkan hal itu. Dia juga menceritakan saat pertama kali bertemu. Wajah Hans tiba tiba berubah.

"Lah, gak lo doang yang gitu bjir, gue juga!" Hans sedikit meninggikan nadanya. Membuat Alev, Jefian dan Marvin menutup telinganya, begitu pun dengan siswa lainnya.

"Kurang tinggi suara lo, sekalian pakai mic noh" Ucap Alev sindir.

"Woy, lo kalau ngomong pelan pelan bego. Lo kira ni bus punya bapak lo?" Teriak seorang siswa.

"Emang" Ucap Marvin, berdiri dengan santai dan tenang.

Siswa itu menunduk dan kembali duduk ditempatnya, Marvin pun juga begitu.

"Tidak ada yang ketinggalankan?", Semua siswa mengangguk.

"Kalau begitu, kita berangkat", Dan bus itu pun berangkat.

❗Typo Warning❗

OlympicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang