Saat ditengah jalan, tak ada yang ingin bersuara. Alev sedang fokus menyetir, Jefian sedang melihat bangunan yang berada dijendela. Sampai,
"Al, kenapa kau yang menyetir?" Tanya Jefian.
"Gak tau, reflek aja. Daripada ribut lagi ya kan, mending gue yang ambil ahli" Jawab Alev.
"Ohh" Ucap Jefian sambil mengangguk.
Mereka berhenti disuatu gedung yang sangat tinggi. Alev berbicara dengan security disana dan gerbangnya terbuka. Ia memarkirkan mobilnya dibasement. Mereka turun dari mobil, dan sedikit merapikan pakaiannya
Jefian jalan terlebih dahulu, karena hanya dia yang tau dilantai mana acara itu. Saat disana, mereka berdua ditatap oleh semua orang yang berada disana. Sampai,
"Jefian!" Teriak seorang wanita dari belakangnya. Jefian menoleh kebelakang dan,
"Hey! Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana kabarmu?" Tanya perempuan itu.
"Baik" Jawab Jefian singkat.
"Aa~... aku juga baik. Hai, nama kamu siapa?" Tanya wanita itu pada Alev.
"Alev, bagaimana denganmu" Tanya Alev.
"Aku Shelin, salam kenal" Ucapnya dan Alev hanya membalas dengan senyuman.
"Kalau begitu masuklah, ada beberapa tamu lagi yang harus aku temui, dahh.." Shelin pergi meninggalkan mereka berdua.
"Dia kenapa?" Tanya Alev.
"Gak usah dipeduliin, dia emang gitu" Jawab Jefian.
"Kau kenal dia?",
"Dia..... hampir menjadi tunangan ku",
"Ohh",
"Tuh orang sok asik bet" Batin Jefian.
"Hmm.... Jef, kurasa orang orang ngeliatin kita deh" Ucap Alev, ia baru menyadarinya
"Ya, aku tau itu" Jefian juga sadar.
"Jef, kita ngapain disini? Kurasa, kita tidak aman disini",
Alev melihat sekelilingnya dan mendapati seseorang yang menurutnya tak asing. Pria berjas navy dan kemeja hitam,
berjalan menuju kearah perkabelan.Pria itu memutuskan semua arus listrik, lampu disana semua mati. Kecuali lampu gantung kaca yang berada ditengah, tepat diatas Alev dan Jefian.
Karena Jefian sudah merasa tidak aman, ia menggenggam tangan Alev. Agar lebih gampang jika mereka ingin berlari.
Tek....
Tek....
Ting....Suara yang berasal dari lampu diatas mereka, Alev semakin menguatkan genggamannya. Tiba tiba lampu itu terjatuh dan dengan cepat, Alev menarik Jefian untuk pindah dari tempat itu.
Lampu itu terjatuh, begitu pun dengan mereka namun genggamannya tidak terlepas. Dengan sisa tenaga, Jefian menarik Alev untuk berdiri. Bukannya orang orang membantu, malah menertawakan mereka berdua.
"Jef, kita harus keluar, sekarang" Alev menarik Jefian keluar dari sana.
Mereka sampai dibasement. Jefian mengambil ahli kemudi, sementara Alev berada disampingnya. Keadaan mereka berdua tidak buruk, hanya saja lengan Alev tergores akibat pecahan kaca dari lampu itu.
Ditengah jalan....
"Sebetulnya, apa yang mereka rencanakan. AKH!" Ucap Jefian, memukul setir mobil itu.
"Aku tidak tau, tapi aku menemukan dia lagi, pria berjas navy dan kemeja hitam" Jawab Alev.
"Apa yang dia lakukan?",
"Pergi keperkabelan, memutuskan semua arus listrik",
"Dan?",
"Itu saja yang aku tau, kau?",
"Aku lihat, ada seseorang yang sengaja memutuskan lampu ditengah dan sepertinya aku pernah melihatnya"-
"Seperti.....Zevy. Ya, Zevy",
"Zevy? ",
"Ya, ciri cirinya mungkin seperti itu",
"Ohh....",
"Kau terluka?",
"Hanya dilengan ku",
"Sampai dirumah, beristirahatlah. Besok kau tidak sekolah saja dulu, aku akan mengizinkanmu", Alev hanya mengangguk.
❗Typo Warning❗
KAMU SEDANG MEMBACA
Olympic
RomanceIa mengikuti sebuah Olimpiade matematika disekolahnya. Tapi setelah Olimpiade, ia dikabarkan bahwa akan menikah dengan seseorang. ⚠️Homophobic⚠️ ❗B×B❗