Eighteen

18 2 0
                                    

"Gak, gak mau gue" Ucap Alev.

"Ohh, ayolah" Mohon Jefian.

"Gak, kenapa gak suruh temen lo aja? Dan kenapa gue yang disuruh?",

"Ini acara khusus keluarga besar lo dan gue, dan gue juga gak punya keluarga yang gue anggap teman, kecuali abang gue",

"Gak",

"Tapi ayah lo nyuruh juga sih buat datang", Alev sedang mencerna isi pikirannya.

"Yaudah, gue ikut" Alev dengan terpaksa harus menyetujui, ayahnya juga sih yang suruh. Tapi seingat Alev, ayahnya tidak pernah membicarakan hal itu padanya.

"Bentar aja bahasnya, masih ada pak Rano dibawah gak enak kalau begini terus menerus" Alev pergi meninggalkan Jefian seorang diri.

"Oy, ngapain masih disitu?" Alev kembali. Dan tanpa disadari,

"Al, kamu cantik" Ucap Jefian reflek. Alev merasa suasananya berubah menjadi canggung.

"Hah? Apa yang kau katakan?" Tanya Alev.

"Tak, lupakan saja, mungkin aku hanya berhalusinasi" Jefian pergi dari sana.

Jefian tidak terlihat lagi dimatanya, Alev pergi menuju cermin dikamarnya dan menatap wajahnya.

"Apa yang dia katakan tadi? Aku? Cantik? Aku laki laki! Bisa bisanya dia bilang gitu. Tapi kalau diliat liat, cantik juga sih. Haha"-

"Astaga, apa yang kau katakan, sadarkan dirimu, sangat mengerikan. Sepertinya dia sudah tidak waras, atau aku yang tidak waras? Atau kami berdua sudah tidak waras? Bisa jadi"-

"Aku? Cantik? Haha, terimakasih atas pujian mu. Tapi kau tampan. Hahahaha" Batin Alev, kini pikirannya sudah tercampur. Alev menarik panjang nafasnya dan menghembus pelan.

"Baiklah, tenangkan dirimu" Alev keluar dari kamarnya.

"Tapi, saat berada didekatnya, seperti ada kehangatan" Batin Alev.

Walaupun mereka berdua sering berkelahi, tapi disisi lain Alev sering merasakan kehangatan saat berdekatan. Karena mereka lumayan dekat, jadi semakin berubah juga sikapnya.

~~~~~

Malam pun tiba, Jefian sedang memainkan hpnya dikasur, tepatnya dikamar. Alev berada diruang tamu, jadi dia sendiri dikamar. Karena berkeringat, dia membuka saja bajunya dan tidak menutupi badannya dengan selimut.

Tiba tiba,pintu kamar terbuka.

"Jef, kau-"  Alev datang dari arah pintu, ia terkejut karena Jefian yang tidak memakai baju.

"Apa?" Tanya Jefian.

"Kau?" Alev menunjuk nujuk Jefian. Jefian menyadarinya dan langsung melihat badannya.

"Emangnya kenapa kalau gue gak pake baju?" Tanya Jefian.

"Yakk! Seenaknya kau bilang begitu! Kalau kau numpang dirumah orang lain, utamakan kesopanan!" Teriak Alev.

"Iya iya, gue salah. Btw kenapa lo panggil gue?",

"Aku tak mau menceritakannya jika kau tak memakai baju",

"Ohh, begitu...." Jefian mengangguk paham dan tersenyum.

"Apa maksudmu?" Tanya Alev.

"Tidak, kau tidak perlu mengetahuinya, haha" Ucap Jefian sambil tertawa kecil.

"Apa yang kau maksud?" Tanya Alev sekali lagi.

"Sudahku bilang, kau tidak perlu mengetahuinya",

"Beri tau aku sekarang",

"Sudahlah.... lupakan saja",

"Yasudah, jangan harap aku bisa datang keacara bodoh itu,  aku ingin pergi bersama temanku" Ucap Alev berbohong.

"Apa yang kau katakan?" Tanya Jefian.

"Tidak, aku hanya berhalusinasi. Aku pergi" Baru saja ia ingin membalikkan badannya, lengannya sudah ditarikik

"Katakan" Ucap Jefian.

"Tidak",

"Katakan!",

"Aku tidak mau",

❗Typo Warning❗

OlympicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang