Thirty Two

14 1 0
                                    

Gak usah banyak bacot" Ucapnya, masuk kedalam rumahnya dan menuju ke kamarnya. Saat mau membuka pintu kamarnya,

"Keknya ada yang kurang deh....." Pikirnya.

"Belanjaan gue mana?" Ia mencari cari disekitarnya dan tidak dapat menemukannya.

"Ketinggalan pasti, yaudah deh biarin" Ucapnya, masuk kedalam kamar.

Setelah membersihkan dirinya, ia memberi tau Hans untuk mengambil belanjaan yang berada dirumahnya dan beristirahat.

~~~~~~

1 minggu setelah itu,

Alev masuk kedalam rumahnya. Ia melihat diruang santai ada Jefian sedang bersama seorang perempuan yang tengah berbincang.

Tersadar bahwa perempuan itu adalah orang teman kelasnya sendiri, Zeya. Ia berhenti sejenak dan menatap tajam pada Zeya.

Saat Alev ingin mengucapkan kata, tiba tiba saja ada seseorang dibelakangnya yang mendahului ucapan Alev.

"Jef, Jef, ngapain masih harapin ni cewek? Gak guna doang. Lagi pula lo juga udah punya tunangan, seharusnya lo harus dahuluin Alev dari pada tu CEWEK" Ucap Marvin yang datang bersama Hans

"Heh, lo gak usah banyak omong ya!" Ucap Zeya dan berdiri, ingin menghampiri Marvin namun ditahan oleh Jefian.

"Lo duduk aja. Gak usah ngomong" Ucap Jefian.

"Al, sini" Ucap Hans.

Saat Alev berbalik kebelakang, Hans menarik lengannya untuk keluar dari perbincangan itu. Tapi, Jefian sudah lebih dahulu mencengkram lengan Alev.

"Lo gak ada hak buat sentuh badan gue sedikit pun" Ucap Alev.

"Gak usah berisik, anjing" Ucap Jefian.

"CUKUUUP!" Teriak Zeya dengan suara melengking. Seketika mereka semua menutup telinga, kecuali Alev.

"Bisa gak sih, kalau mau berkelahi tuh diluar aja?! Gak usah ribut disini!" Ucap Zeya.

"Lo punya hak apa disini?", Alev menghempaskan tangan Jefian secara kasar.

"Ngomong seenaknya, emang ini rumah lo?" Tanya Hans.

"Lo-",

"Gue gak bicara ama lo" Ucapan jefian terpotong dan disambung oleh Hans.

"Gue pacaran ama Jefian udah 1 bulan dan kemarin? Gue putus ama dia gara gara lo. Ga cukup lagi kah? HAH?" Ucap Zeya menghampiri Alev dan memukul wajahnya.

"Brengsek lo" Ucap Hans dan menghampiri Zeya, tapi ditahan oleh Marvin.

"Udah, jangan kebawa emosi" Ucap Marvin.

Alev, hanya menunduk dan memegang wajahnya. Zeya, ia tertawa terbahak bahak melihat kondisi Alev.

"Gue mau ngomong ama lo" Ucap Jefian, menarik tangan Zeya dan pergi keluar rumah.

"Alev, lo gapapa?" Tanya Hans.

"Gak, gue baik" Balas Alev.

"Lo bisa gak sih, tenang? Gak usah banyak tindakan. Gue tau lo cemburu kalau gue dekat ama Alev, tapi dia tunangan gue dan lo cuma pacar gue" Ucap Jefian.

"Ya tapikan, kita pacaran udah 1 bulan. Dan masa kamu ngedahuluin dia, padahalkan kamu bertunangan dengan dia baru beberapa hari doang" Balas Zeya.

"Dengar, gue terpaksa jadi pacar lo. Dan gue juga gak mau kenal lo lagi, let's break up" Ucap Jefian, yang ingin masuk kembali kerumahnya. Tapi,

"Kamu, kenapa berbeda? Dimana Jefian yang dulu? Apa karena Alev? Karena Alev? DIA ITU CUMA PENGGANGGU JEF, CUMA KARENA DIA KITA PUTUS 2 KALI. BAHKAN DIA UDAH HAMPIR NGEBUNUH-"

"Gue udah bilang berkali kali, Alev gak datang sekolah waktu itu. Lagipula dia juga bilang sendiri kan ama lo? Dia kek gitu karena kemau-annya sendiri. Jadi lo gak bisa nuduh yang tidak-tidak ke Alev"-

"1 lagi, gue sayang dia. Gue minta, lo gak usah ganggu gue dan Alev, gu harap lo pahamin itu"  Ucap Jefian dan pergi masuk kedalam rumahnya.

"Gue benci, benci, BENCI, GUE BENCI INI. LIAT AJA, HARI INI GUE BIKIN HIDUP LO MENDERITA" Ucap Zeya dan berlari  kedalam rumahnya.

Zeya berlari kearah Alev dan ingin memukul perutnya, tapi ditahan oleh Jefian.

"Gue gak mau dia kesakitan gegara lo doang. Gak cukup kah? Gak kedengaran? Apa perlu gue pake toa dikuping lo?" Tanya Jefian.

"Dengerin ini bangsat, gue mau HIDUP LO HANCUR DITANGAN GUE. Gue gak mau kalau lo nikahin Jefian, dia punya gue, DIA TETAP PUNYA GUE DAN LO GAK BISA NGAMBIL. HAHAHAHAHA" Ucap Zeya dengan berbagai ekspresi.

"Dan? Apa gue peduli? Gak, sama sekali gak" Ucap Alev.

❗Typo Warning❗

OlympicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang