Twelve

38 2 0
                                    

"Yah, bagaimana dengan rencana itu?" Tanya Ibu.

"Saya akan memikirkannya kembali. Alev masih sangat muda, sebetulnya masih membutuhkan umur yang cukup" Jawab Ayahnya.

"Aku sudah 17 tahun, tapi setidaknya aku sedikit dewasa" Alev pergi mengambil air didapur.

"Kau masih sangat muda, bahkan sikap mu saja sudah beda dengan teman mu yang lain. Kau belum bisa tau tentang dewasa",

"Dan aku juga tak mau mengenal hal hal seperti itu" Alev kembali sambil membawa gelas berisi air.

"Saya pernah kekamar mu dan..... menemukan sesuatu" Ayahnya mengintrogasinya.

"Apa yang kau temukan?" Tanya Ibunya.

"Tidak, saya hanya bercanda. Kamarnya sangat bersih, bahkan buku bukunya tersusun rapi" Ayahnya memujinya.

"Kenapa Jef disini?" Tanya Alev pada orang tuanya.

"Ayahnya pergi keluar kota, dia dititipkan disini. Katanya mending sekolah daripada ikut bersama Ayahnya. Dia tinggal disini untuk 2 minggu",

"Ruangan yang lain gak ada ya? Jef, kau tidur dengan Alev dulu ya?" Ucapan Ayahnya membuat Alev tersedak.

"Pelan pelan saat makan. Jangan terburu buru" Ibunya mengelus ngelus punggungnya.

"Ayah! Kau serius?" Teriak Alev.

"Pelankan suara mu saat didepan ku, itu namanya kurang ajar"-

"Iya. Lagipula Jef juga akan-" Ucapan Ayahnya terpotong, Ibunya mengode agar tidak diberi tau dulu.

"Akan apa?" Tanya Alev.

"Tidak ada, selesaikan makanan mu. Saya sudah ingin pergi" Asisten datang untuk membawakan koper mereka berdua.

"Saya pergi bersama Ibumu, ada urusan diluar. 3 minggu kedepan saya pulang, jangan rusakin barang yang ada dikamar saya" Mereka pergi kedepan.

"Jaga rumah ini, Jef, jaga anak saya. Kalau dia tidak mau pulang, seret atau tidak kunciin dari luar saja. Saya pergi dulu" Ayah dan Ibunya pun pergi dari rumahya. Alev menutup pintu

"Iya in aja" Alev menggerutu dan melihat banyak piring yang harus ia cuci.

"Piringnya banyak lagi. Biarin yang penting beres" Alev mengambil semua piring kotor dan menaruh didapu untuk ia cuci.

"Butuh bantuan?" Tanya Jefian.

"Boleh",

Akhirnya mereka mencuci piring itu. Setelah selesai,

"Tas lo, taruh dikamar" Alev pergi meninggalkan Jefian yang sedang terduduk disofa.

Jefian pun mengikuti Alev dari belakang, sesekali melihat foto foto keluarganya. Saat menaiki tangga, ia terhenti ketika melihat foto keluarga Alev, dimana Ibunya Alev sedang mengandung.

"Kau punya adek?" Taya Jefian.

"Keguguran" Jawab Alev singkat.

"Ohh" Jefian mengangguk paham.

Sesampai dikamar, Jefian menaruh tasnya disofa. Ia pergi kebalkon kamar itu dan menikmati angin yang kencang.

"Jef, lo tidur dimana? Kasur? Bawah?" Tanya Alev menyiapkan kasur lipat dilantai.

"Serah" Jawab Jefian singkat.

❗Typo Warning❗

OlympicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang