Thirty Three

14 0 0
                                    

"Mending lo keluar aja deh, bosen gue liat lo dirumah ini" Ucap Hans menarik tangan Zeya untuk keluar dari sana.

"Lepasin anjing, gue gak mau putus ama Jefian. Gue-"

"Lo, diam aja bisa gak. Gak usah ribut, kenapa gak sekalian mati aja lo. Kan lebih tenang hidup keluarga gue, gak nyusahin. Lo waktu pacaran dengan Jef, udah nyusahin anjing" Ucap Hans dan mendorong Zeya untuk keluar pagar sehingga terjatuh.

"Gak usah ganggu Jef dan Alev, gak ada gunanya juga lo ngangguin mereka. Cuman ngelewatin waktu berharga doang" Ucap Hans dan pergi meninggalkan Zeya yang terduduk dijalan.

"Liat aja, gue bakalan ganggu hidup lo" Ucap Zeya dan pergi dari sana.

"Lo gapapa kan?" Tanya Jefian pada Alev.

"Gak tau" Ucapnya dan pergi kekamar.

"Jef, gue gak tau gimana lagi. Tapi, lo harus minta maaf sama dia, mungkin dia mau maafin lo. Tapi kalau tetep gak mau, ya gimana lagi" Ucap Marvin menepuk nepuk bahunya.

"Lagipula, lo kok bisa pacaran ama dia?" Tanya Marvin lagi.

"Dipaksa, kan?" Balas Hans datang dari luar rumah, Jefian mengangguk.

"Gitu doang" Ucap Marvin.

"Kenapa gak nolak aja?" Tanya Marvin.

"Ya gimana mau nolak? Dia-nya aja paksa gue jadi pacarnya tiap hari. Ya terpaksa dong gue harus nerima, tapi pas gue pacaran ama dia. Banyak banget mau-nya, inilah itulah kek orang hamil aja" Jawab Jefian.

"Hmm.... Udah, bujuk tuh. Gue udah mau pulang" Ucap Marvin.

"Iya iya, hati hati dijalan" Ucap Jefian. Mereka berdua hanya mengangguk.

"Bujuk doang kan? Kan? Gak ada yang lain kan?" Tanya Jefian pada dirinya sendiri.

"Coba aja dulu, oke. Let's go" Ucapnya dan pergi kekamar Alev.

Ia mengetuk pintunya sambil memanggil nama Alev, namun tak ada jawaban dari Alev. Mencoba membuka pintu dan ternyata terbuka, tanpa pikir panjang ia masuk kedalam.

"Alev?" Tanya Jefian.

"Al?" Tanya-nya lagi

"Lo dimana?" Tanya-nya lagi.

"Apa?" Tanya Alev yang berada dibawah selimut.

"Lo disitu ternyata" Ucap Jefian dan menghampiri Alev.

"Al" Panggil Jefian.

"Apa?" Tanya Alev.

"Gue minta maaf" Ucap Jefian.

"Hmm" Gumam Alev.

"Ha?" Tanya Jefian

"Iya, udah keluar sono. Gue mau istirahat" Ucap Alev.

Jefian keluar dari kamara Alev dan masuk kedalam kamarnya.

"Sekarang apa yang harus gue lakukan?" Tanya Jefian.

"Tidur aja deh" Ucapnya, menuju kasur dan tertidur.

~~~~~~
1 minggu setelah itu mereka UAS, Alev sibuk belajar begitupun dengan Jefian. Suatu hari disekolah, saat dijam belajar, ada seorang guru yang mengetuk pintu kelasnya.

"Permisi, Jefian, kamu dipanggil keruang kepala sekolah, sekarang" Ucap guru itu dan pergi.

Tanpa pikir panjang mereka pamit dengan gurunya dan menuju ruang kepala sekolah. Disana sudah ada Alev yang sedang duduk dikursi yang berada didepan kepala sekolah.

"Ada perlu apa, ayah memanggil ku?" Tanya Jefian.

"Kemarilah nak, ini tentang pernikahanmu" Balas ayahnya dan Jefian menghampirinya.

"Saya sudah berbicara pada orang tua Alev, jika bulan depan ia tak bisa menghadiri acara pernikahan kalian. Jadi setelah diperbincang lagi, minggu depan kalian akan menikah. Untuk persiapannya sudah lengkap, jadi kalian tinggal menikmatinya saja" Ucap ayahnya.

Mereka berdua tercengang dengan penjelasan ayahnya. Alev rasanya pengen pingsan saja, sedangkan Jefian ia rasanya ingin memecahkan kepalanya sendiri.

"Tapi, kenapa ayah dan ibu gak bisa datang?" Tanya Alev.

"Kau tak perlu tau. Untuk 1 bulan ini, kalian diliburkan terlebih dahulu, mengurus pernikahan itu tidak segampang yang kalian kira" Ucap Ayahnya.

"Baiklah, apakah ini sudah selesai? Aku ingin kembali ke kelas ku" Ucap Jefian ingin membuka pintu ruangan itu, tapi,

"Kembali? Kembali ke kelas? Kalian sudah mulai libur hari ini, jadi kalian pulang saja. Sebentar malam, pergilah kerumah Aron. Kita akan membahasnya lebih lanjut disana"-

"Dan kalian boleh keluar sekarang" Ucap ayahnya.

Mereka berdua keluar dari ruangan kepala sekolah.

❗Typo Warning❗

OlympicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang