+ Haruko dan Diersa, 19 Tahun +
Di sebuah sore yang mendung, langit berwarna abu-abu menutupi kota kecil yang damai. Di tengah hiruk pikuk kehidupan sehari-hari, terdapat seorang remaja SMA yang bernama Haruko. Haruko adalah seorang gadis yang ceria dan penuh semangat. Dia sedang berbelanja di sebuah toko swalayan untuk membantu ibunya mempersiapkan makan malam.
Saat Haruko sedang mencari-cari barang di rak, matanya tertuju pada seorang laki-laki yang berdiri di depan rak sereal. Laki-laki itu tampak cuek, dengan rambut hitam yang sedikit acak-acakan dan tatapan mata yang tenang namun misterius. Haruko merasa tertarik dengan aura yang dimiliki laki-laki itu.
Tanpa disadari, Haruko tersenyum ke arah laki-laki tersebut. Laki-laki itu membalas senyumnya dengan senyum yang samar. Haruko merasa hatinya berdegup kencang. Dia berusaha menenangkan dirinya sendiri dan melanjutkan berbelanja.
Namun, tak lama kemudian, hujan mulai turun dengan derasnya. Haruko merasa khawatir karena dia tidak membawa payung. Dia melihat laki-laki tadi masih berada di sekitar rak sereal. Dengan langkah ragu, Haruko mendekati laki-laki itu.
"Maaf, aku tahu ini terdengar aneh, tapi apakah kamu punya payung?" tanya Haruko dengan canggung.
Laki-laki itu mengangkat sebelah alisnya, sedikit terkejut dengan pertanyaan Haruko. Namun, kemudian dia tersenyum lembut. "Tidak, maaf. Aku tidak membawa payung," jawabnya.
Haruko merasa sedikit kecewa, namun dia tidak putus asa. "Oh, begitu. Tidak apa-apa. Maaf mengganggu" kata Haruko sambil tersenyum tulus.
Tiba-tiba, laki-laki itu mengulurkan tangannya ke arah Haruko. "Tapi, Kita bisa menunggu hujan reda bersama di bawah atap toko," tawar laki-laki tersebut.
Haruko terkejut namun tersenyum senang. Dia mengangguk setuju, dan mereka berdua pun keluar dari toko swalayan menuju tempat yang lebih teduh.
Di bawah atap toko, mereka duduk di bangku yang tersedia. Haruko malu memulai dialog bersama laki-laki itu.
"Hei . . . apakah kau baru pindah?" tanya Haruko malu dan mengalihkan pandangannya ke hal lain.
"ya, aku Diersa" jawab cuek Diersa
Haruko mengetahui bahwa nama laki-laki itu adalah Diersa, dan dia baru saja pindah ke kota ini.
Saat hujan reda, Haruko merasa sedih karena pertemuan mereka akan berakhir. Ini akan menjadi akhir dari dialog mereka dihari ini.
"Sampai Jumpa" kata Diersa sambil tersenyum.
Dari hari itu, Haruko dan Diersa bertemu untuk yang pertama kalinya. Pertemuan mereka awalnya diwarnai oleh kecanggungan dan ketidakpastian.
*Kriiiiing*
Lonceng berbunyi, secara tak sadar, haruko sudah terlambat untuk datang kesekolah, ia bergegas dan bergegas sampai akhirnya haruko dapat mengejar bis yang mengantarkannya kesekolah.
Sesampainya dibis, ia menghela nafas berat dan menempelkan kartu pelajarnya dan duduk dikursi dekat jendela.
"baru juga masuk, udah terlambat aja elah, gini amat nasib abis ketemu cogan" kesalnya tak terima.
"halte sma negeri 5 !" teriak petugas bis yang berhasil menarik perhatian haruko
"alamak, cepet banget sampe, aduh udah telat lagi, cepet ! cepet duuuuh !!!!" haruko bergumam kesal dan keluar dari bis.
"E-eh, mau kemana, sini dulu di catat," langkahnya diberhentikan oleh petugas osis yang sedang melakukan jadwal piketnya. "sebutkan nama, dan kelas" sambung petugas tersebut
"Haruko Arsaka, dari kelas X-IPA-9 kak" Ucap haruko yang menyebutkan data dirinya.
"masi murid baru udah telat aja" ketus salah satu petugas.
"ya maap kali, banyak omong deh lu dasar ocis" batin kesal haruko.
"hei ini kartu izin mu, nanti berikan ke gurumu ya" petugas itu memberikan secarik kertas izin dari bukunya.
"iya ka-" balasnya sambil melihat kesebelah dirinya, laki-laki yang pernah ia temui ditoko swalayan itu datang dengan santainya dan ditahan oleh petugas osis.
"sudah sana, malah lihat cowo" salah satu petugas osis itu spontan merusak suasana haruko.
haruko datang ke kelas dan duduk dikursinya, matanya melayang ke arah jendela. Khayalan-khayalan indah memenuhi pikirannya, terutama tentang seorang laki-laki yang pernah dia temui ditoko swalayan beberapa hari yang lalu. Laki-laki itu memiliki tatapan mata yang menarik. Meskipun mereka hanya bertemu sekali, namun kehadiran laki-laki itu selalu menghantuinya.
Sampai saat pelajaran berlangsung pun, guru matematika, Ibu Maruka, memperhatikan perilaku Haruko yang terus-terusan tersenyum sendiri dan tidak fokus pada pelajaran. Dengan penuh kebaikan, Ibu Maruka mendekati meja haruko.
"Haruko, apa yang sedang kamu pikirkan? baru masuk kok pikiran sudah kemana-mana" tanya Ibu Maruka dengan lembut.
Haruko tersentak kaget dan memerah. "Oh, maaf, Bu. Saya sedang memikirkan sesuatu."
Ibu Maruka mengangguk memahami namun tetap ingin memastikan Haruko fokus pada pelajaran. "Baiklah, haruko, bagaimana jika kamu menjelaskan materi yang sudah saya jelaskan tadi? bisa kan?," usul Ibu Maruka.
Haruko menelan air liurnya, ia panas dingin karena tak paham apapun dari materi yang sudah dijelaskan tadi.
"emm, itu bu. . . . Saya harus ke kamar mandi dulu bu, hehe" meringis kecil dan berjalan cepat menuju kamar mandi sambil merasa malu akan ulahnya tadi.
TO BE CONTINUE !
Dukung author terus yaaa !!!! walaupun author bukan pertamakalinya bikin cerita, mohon maaf jika ada salah kata/kata yang ga dipahami !
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker'ish ! ▪︎Jumil
Hayran KurguMahasiswa sedingin dan sepopular diersa, menyukai anak aneh yang bernama haruko? Originaly Written By Sarayasagaka