BAB 11

7 4 0
                                    



Pagi-pagi sekali Devano sudah sibuk digarasi. Tangan kekarnya sibuk mengotak atik mesin. Dan tak lama kemudian kakinya melangkah memasuki mbil, mestater lalu mengeluarkan mobil sportnya kehalaman.

"Masih petang, sibuk sekali kamu?" Tanya kakeknya berjalan dari arah musholla.

"Eh, iya kek. Nanti mau ke akad nikahnya Aldo". Jawabnya sambil sibuk mengangkat ember berisi air dan kanebo.

"kenapa ndak minta bantuan Rizky to? malah kepenak, kamu bisa persiapan liyane" Jalal menyarankan, tangannya sambil sedikit menyentuh permukaan mobil.

"Kayak mau kemana aja, lagian juga abis ini mandi pakai baju udah selesai" Jawabnya sambil terkekeh. "Kecuali Devano udah punya anak istri, baru sibuknya kayak mau pindahan ibukota" sambungnya lagi. Sang kakek hanya mencebikkan mulut, mendengar candaan cucunya.

"Huh, modelmu iku, koyok yok yok o!" Kakinya melangkah pergi sebelum ia menonyor kepala Devano. sambil tersenyum sendiri, tak menyangka jika cucunya dulu yang masih sangat belia ditinggal sang ibu. Lalu ikut tinggal bersamanya setelah lulus sekolah dasar. Sekarang sudah dewasa, tidak sedikit hal-hal yang dijajaki setelah ia beranjak dewasa. Meskipun sedikit menguras pikirannya tak lain demi kebaikan Devano.

Ting

Bunyi notifikasi dari kantong saku Devano yang sedari tadi terus membunyikan ayat Al-qur'an. Tumben sekali? apa karena masih pagi? dan juga tak ingin mengganggu sang kakek jika memasang musik Dj dan sebagainya

"Sialan" Mulutnya mengumpat lirih. Membaca pesan grup para sahabatnya

Riko:

Selamat pagi salam malam pertama buat kedua mempelai, jangan lupa persiapakan mental hati pikiran dan kekuatan

Bara:

Kekuatan apa guys?

Aldo:

Brandal sok polos!

Bara:

Barang kali perlu mentor, teman kita

Riko:

Devano jagonya hahhaaa

Bara:

Perasaan baru sunat kemaren udah jadi mentor aja

Riko:

karena dia baru sunat masih fresh, masih menggebu-nggebu

Aldo :

Belum kering lukanya, masih bengkak hahaha

Me:

Setan lu pada, diem nggak!

Riko:

Baru bangun dia hahaha

Bara:

Apanya yang bangun woy!?

Me:

Jempol gue. Puas kalian?!

Merasa cukup melihat beberapa chat dalam grup, Devano melenggang pergi setelah membereskan kanebo dan ember yang berisi air. Langkah kakinya menuju kamar mandi belakang kembali meletakkan peralatan yang baru saja dipakai. Devano tak sengaja mendengar pembicaraan kakeknya membuat langkah kakinya terhenti. Yang entah kenapa mengundang rasa penasarannya. Karena ada kata-kata putu dalam bahasa jawa yang berarti cucu. Berarti ada hubungannya dengan dia.

Back streetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang