BAB 15

4 1 0
                                    


Tiga hari kedepan Devano akan pindah ke Jakarta bersama orang tuanya. Namun kali ini papanya sudah berada di Jakarta terlebih dahulu karena urusan perusahaan yang tidak bisa ditinggalkan. Entah Devano masih saja belum tenang jika belum tahu dimana keberadaan Jihan. Buntu, Soniapun juga bungkam tidak bisa mengatakan Jihan berada dimana. Itupun juga atas kemauan Jihan sendiri.

Malam ini Devano memutuskan di pergi kerumah Bara. Meskipun itu bukan perkara sepele.

Tok, tok, tok!

Beberapa kali ia mengetok pintu rumahnya tak ada jawaban sama sekali, rumah yang berukuran cukup besar dengan nuansa putih tersebut terlihat sangat sepi. Devano termenung duduk disamping motornya. Tak lama kemudian sedan mewah hitam metalic memasuki halaman rumah tersebut. Devano menyipitkan mata karena pancaran cahaya lampu mobil tersebut.

"Devano! lo ngapain disini" Sapa Bara dengan raut wajah sangat terkejut

"Gue mau nggomong sama lo" Jawabnya santai sambil memasukkan tangannya kedalam saku.

"Bego lo! Lo bisa telpon gue!" balas Bara dengan menekan suaranya

Om Verro, van!" Bara nampak gugup melihat mobil yang memasuki halaman rumahnya, dia adalah Vero dan kedua anak buahnya

"Kenapa? Gue nggak takut!" sambil membungsuungkan dadanya. Benar kali ini dia akan bertemu Vero lagi. orang yang sangat licik, keji dan serakah.

Vero menuruni mobil denan menggandeng seorang waniita bergaun merah menyala. Tak asing lagi dia adah wanita malam itu yang menjebak dirinya dihotel. Karena kejadian malam itu hampir saja Devano mendekam dipenjara.

"hiks, hiks hiks" Wanita itu menangis sesenggukan sambil memegang sellimuut yang menutupi tubuhnya. Devano yang baru tersadarkan pagi itu bingung apa yang telah terjadi, dia sangat terkejut ketika kesadarannya mulia bertambah. Dia tidur tanpa sehelai kain, hanya selimuut yang menutupi tubuhnya dan ada wanita asing disebelahnnya. Tidak asing! Dia adalah seorang wanita yang kataya tahu peris bagaiamana kakanya dulu diculik Vero.

"Pergi! Dasar wanita murahan, jalang!" Teriak Devano. Tahu dia dijebak, dia mabuk berat dan entah apa yang terjadi Devano tak sadarkan diri usai ia meneguk beberapa botol dikelab bersama teman-temannya.

"Kamu laki-laki bangsat! Kamu mengambil keuntungan dari semua ini, kamu sengaja melakukan ini karena kamu ingin bukti rekaman dari Vero!"

"Apa maksud lo?! Bahkan gue belum nerima rekaman itu!"

"Saya akan laporkan kamu kepolisi, karena tindakan pelecehan seksual!"

"Jalang sialan! Itu nggak akan terjadi" Umpat Devano. Devano tak menghiraukan perkatan wanita tersebut. Dia memakai pakaiannya kembali. Belum ada sepuluh menit pintu terbuka lebar, dan siapa yang datang? Iya dia adalah Bara dan sekelompok polisi.

"Atas Nama Devano Zayyan El Fawwas"

"Gue nggak nyangka lo sebejat dan serendah ini Van!"

"Pak, saya mohon ini bukan sperti yang dia katakan! Dia jalang wanita murahan. Mereka menjebak saya" Matnya pindah ke objek lain "Anjing lo Bara! Lo jebak gue!"

"Anda ikut dulu ke kantor polisi" ketiga polisi trsebut memborgol tangan Devano. apalah daya Devano hanya menurut dan terus menatap Bara dengan tatapan bagai pedang yang terhunus. Saat itulah dia mulai benci dan rasanya ingin merobek mulut Bara.

Back streetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang