"Mbak susi cepetan dikit packingnya napa, ntar keburu telat" Devano sedikit meneriaki perempuan berkuncir kuda yang masih fukos dengan pekerjaannya.
"Ya allah sabar loh, orang juuga masih panas" Mbak Susi dari sebelum subuh sudah berperang dengan peralatan dapur karena ulah Devano. yang benar saja dia Sowan ke ndalem kasepuhan dengan tangan kosong, setidaknya dia membawa apa yang sudah menjadi kebiasaan Abah dahar setiap pagi atau daharan kesukannya.
"Ini dijamin enak kan mbak? Nggak keasinan kan? Nggak pakek MSG kan?" tanya Devano berturut-turut membuat Mbak Susi gedek. Sudah diburu-buru banyak tanya pula batinnya.
"Diemo ta Van, Mbak ki bingung loh!"
"Huuu, dasar emak-emak bingungan" Devano melempar sisa lumpia ke arah Susi. Sungguh kurang ajar, untung saja tidak mengenai tepat diwajahnya.
"sorry ya! sini tu masih muda gemoy, dibilang emak-emak!" Jawabnya
"Noh, udah selesai!" Mbak susi menata rapi setiap pack dipaper bag siap berangkat. Devano meneliti satu persatu pack.
"tadi kakek udah di sisain kan?"
"udahlah. Ada singkong kejunya, lumpia sama seafood"
"kopi yang kemaren tak beli udah?"
"Eh iya belum, hampir lupa" Susi menepok jidatnya, lalu secepat mungkin meraih beberapa bungkus kopi dari bufet. Setelah semua siap. Devano langsung melenggang keluar. Tak sepatah katapun.
"Makasih kek. Dasar mandra!" Gerutu Susi
******************************************
Kali ini Devano mengendari mobil tidak membawa si kuda merahnya lantaran dia membawa beberapa bingkisan makanan. Sengaja dia memilih jalan alternatif supaya lebih cepat sampai. Tak disangka disela-sela perjalanan melihat salah satu sahabtanya terkapar
"Bara! Lo ngapain disini?" Devano berjongkok mencoba menggoyangkan bahunya.
Bug,
Tiba-tiba ada sesorang menyambarnya dari belakang, pukulan maut mendarat dirahangnya, Devano tak bisa menghindarinya. Rasa ngilu menjalar di pipinya
"Asu!" Umpatnya penuh amarah
"Minggir lu nggak usah ikut campur!" Ucap lelaki bertubuh gempal. Sudah tak asing lagi, mereka mrupakan anak buah Vero. terpaksa Devano membalas pukulan mereka. Alhasil mereka saling beradu pukul dan terjadi keributan. memang berada digang yang sepi tidak ada seorangpun yang mnegetahuinya.
"Mana si tua bangka? Mana majikan kalian ha?! Suruh keluar sekarang?!" tantang Devano, keringatnya bercucuran dan sedikit berantakan penampilannya
"Dasar anak bau kencur!" Mereka kembali mengkroyok Devano. tak lama kemudian terdapat beberapa warga lewat yang sepertinya hendak pergi keladang. Mereka langsung membubarkan diri masing-masing. Dan Devano berusaha membangunkan sahabatnya yang masih terkapar
"Kenapa dek?" Tanya lelaki paruh baya mengenakan caping
"Iya, teman saya sepertinya habis dikeroyok"
"Memang disini akhir-akhir ini terdapat keributan, sejak ada sekelompok pendatang baru" Jelas salah satu lelaki paruh baya tersebut
"Kalau boleh tahu ciri-ciri orangnya bagaimana ya pak? Dan dari mana saja mereka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Back street
RomanceDevano Zayyan El Fawwaz mempnuyai trauma kehilangan terhadap dua wanita terpenting dalam hidupnya. Pasca kejadian itu menimpanya terpaksa dia harus dikirim oleh papanya kesebuah pondok pesantren, untuk menghindari ancaman dari pesaing bisnis orangt...