Jihan Syeril Aghistna,
Setelah kejadian beberapa tahun yang lalau, tepatnya lima tahun yang lalu ingatanku masih setajam paku yang tergores pada batu. Waktu itu aku terlalu kecil untuk mengalami hal sehebat itu, itu hal paling buruk paling mengerikan dalam hidupku.
Hari itu aku nekat keluar karena kebutuhan mendesak, aku hendak membeli pasta gigi karena stok dirumah habis. Tiba-tiba mobil pajero hitam menghadangku lalu membawaku kedalam mobil
"Hmmppp, lepasin! Tolong! Tolong!!" aku berteriak, jantungku sudah tak karuan. Sangat takut, tidak ada seorangpun yang aku kenal didalamnya. Apa mungkin dia salah orang?
Plaak!
"Diam" mereka menamparku hingga aq lemas, pipiku yakin pasti memerah, rasanya sungguh panas. Mereka justru tertawa tebahak-bahak.
"hiks, hiks kalian siapa? Mau kalian apa?" Kataku sambil tersedu. Sungguh aku sangat takut, kedua kakak ku sedang Ujian Nasional tak mungkin ia pulang lebih awal
"Tenang anak cantik, kali ini kita akan bersenang-senang" tawanya menggelegar. Pikiranku tambah tak karauan, aku kehilangan akal. Aku bahkan hanya menangis tersedu-sedu dan beberapa kali menejrit meminta tolong. dan berkali-kali bagian tubuh pribadiku disentuh aku semakin meronta dan menjerit sejadi-jadinya
"Ssst, jangan terlalu berisik ,minum cah ayu"
"nggak mau, hmmppp" aku merapatkan mulutku serapat-rapatnya. Dia tetap memaksaku, hingga aku berhasil meminumnya karena terpaksa. Rasanya tak jauh beda dengan munuman rasa anggur, tapi entah mengapa kepala ku tersa pusing, pusing berputar-putar hingga aku tak sadarkan diri
Setelah aku terbangun aku merasa nyeri dibawah sana, dan rasa pegal menjalar keseluruh tubuh. Aku sangat kaget karena aku tertidur tanpa apapun, hanya selimut yang menutupi tubuhku. Aku menjerit histeris, seseorang dengan pawakan tinggi gagah keluar dari kamar mandi dan tertawa, hatiku bagai disayat belati, sunggh apa yang terjadi padaku? aku memunguti baju
Braaak
Pintu terbuka, siapakah yang datang? Aku harap itu Devano, entah mengapa dia yang aku harapkan hadir membawaku pulang meskipun terlambat. Tapi dia Bara, dia melayangkan pukulan kepada lelaki itu, usai dia tersungkur dia menggendong ku yang masih berbalut seliimut tebal kekamar mandi untuk mengenakan pakaianku kembali, aku terisak lalu memeluknya. entah keberanian dari mana aku berbuat seperti itu, waktu itu aku sangat takut, takut sekali, tidak ada cara selain memeluknya ketika aku dalam keadaan seperti ini
"Kak Bara, hiks, hiks, hiks aku takut, dia jihat kak!" kataku masih memegang lengannya lalau melepaskannya perlahan
"Gue janji, dia bakal mati ditangan gue, gue janji dia pasti dapat penghargaan setimpal atas lo" . Dia langsung pergi dan entah apa yang terjaadi dilaur sana, bunyi pecah botol bunyi pukulan yang sangat nyaring. Aku mengenakan pakaian ku kembali dengan hati-hati
"Jihan!" Kak Farel datang langgsung memelukku dan mencium pipiku dalam-dalam. Yang aku lihat kakakku hampir meneteskan air matanya penuh penyesalan. Dan aku juga menyesal telah ceroboh, keluar sendirian tanpanya. Aku sangat merepotkan, aku beban baginya. Kembali aku keluar kamar mandi bersama kak farel dan barulah Devano datang, dia terlihat sangat marah, wajahnya sangat garang matanya tidak seperti Devano. kekuatannya memukulpun seperti diluar nalar, akupun baru tahu jika seperti ini dia berkelahi.
Melihat Devano terpekik ditembak kaki ku lemas aku menekuk lututku tetap bersandar di tepi ranjang, sakit sekali melihat dia terluka seperti itu bukan hanya dia semua terluka karena aku, karena ulahku yang tak bisa menjaga diriku sendiri. aku benci diriku sendiri, sunggh aku sangat membenci apa-apa yang ada pada diriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back street
RomanceDevano Zayyan El Fawwaz mempnuyai trauma kehilangan terhadap dua wanita terpenting dalam hidupnya. Pasca kejadian itu menimpanya terpaksa dia harus dikirim oleh papanya kesebuah pondok pesantren, untuk menghindari ancaman dari pesaing bisnis orangt...