Bab 15 : GIMANAPUN

8 5 3
                                    

Ia mengelus pipi Amyra.
"..Amyra.." panggil nya dengan hangat.

'Jangan sekarang..' ia pun mengerutkan alisnya dan mengepal tangannya.

Ervin mengintip dari sela kecil pintu lemarinya. 'Paman..! apa yang dia lakukan..' ia membuat ekspresi aneh.

Azraf terus berdiam. 'Masih ada hari besok' ia berbalik dan menutup pintu kamar.

Clik..
Suara tutup pintu.

"Haa.." Ervin menghela nafas. Memegang keningnya dan menyapu rambutnya. 'dia membawa Amyra ke rumahnya..' pikirnya dengan menyeringai seakan sudah membacanya.

Ia pun keluar dari lemari itu.

Amyra yang sudah bangun dari tidur pura-pura nya, terlihat kesel sambil mengelap pipinya.

'Seharusnya aku tampar aja pipinya' ucap batin Amyra.

Ia pun melihat kearah Ervin yang baru keluar dari lemari.

"Lo, Siapanya Azraf..?" tanya Amyra.

'Seharusnya aku bertanya duluan' Ervin mengerutkan alisnya.

"Dia paman ku.." jawab Ervin dengan dingin.

'Ha..!' wajah Amyra terlihat bingung.

"Sekarang gua tanya, kenapa lo bisa kenal sama dia dan disini..?" Tanya Ervin sambil mengelap rambutnya yang sedikit basah dengan handuk kecilnya.

"Entahlah.." jawabnya dengan wajah datar.

"Aku bisa sedikit membacanya.." Ucap Ervin sambil menaikkan alisnya.

Ervin berjalan mendekat ke Amyra dan menundukkan kepalanya ke Amyra. "Sebaiknya lo jaga diri baik-baik.." bisiknya dengan wajah dingin.

Amyra terlihat bingung.
"Kenapa..?!" tanyanya dengan penasaran.

"Bukankah itu bahaya.." Ervin berdiri tegap dari kepala menunduk nya. "Apapun hubungan kalian, entah kamu menyukai paman atau--"

"Tidak mungkin..!" ucapnya dengan mengerutkan alisnya.

"Apa..?" ucap Ervin dengan mata yang melebar bingung.

Amyra terlihat kesal dengan ucapan itu.

"Azraf itu orang yang manipulatif, seperti kakek.." Ervin mendekat dengan sopan ke Amyra. "Gua gak pernah lihat paman menyukai atau dekat dengan wanita, tapi.. Dia pernah bilang akan membawa wanita yang ia kejar selama ini ke rumah--"

"Aku juga sudah membacanya" ucapnya dengan memotong ucapan Ervin. Ia membuat ekspresi dingin.

Ervin tersenyum tipis. "Maaf.. Gua cuman mengingatkan"

"Yah, Gue tau.. Sekarang, apa lo mau membantu gue untuk menjauh darinya sehabis pergi dari sini..?" ucapnya dengan menaikkan alisnya.

"Bisa.. Kalo gua mau" ucap Ervin.

Ekspresi Amyra langsung berubah menjadi datar.
"Pergilah.. Gue mau istirahat"

...

Paginya jam 05.40

Azraf masuk ke kamar Amyra.

"Amyra.." panggilnya dengan memegang tangan Amyra.

Amyra pun langsung terbangun, dan perlahan memposisikan tubuhnya duduk di kasur sambil menyender.

Azraf berjalan ke jendela untuk membuka gorden jendela.

"Aku tau ini terlalu pagi.." Azraf membalikkan badannya melihat kearah Amyra. "Aku ingin mengajak mu keluar jalan jalan ke Taman, menghirup udara pagi.."

Amyra menatap Azraf dengan tajam. "Sebaiknya kau membebaskan ku pagi ini.. Sebelum aku melarikan diri.."

"Wah.. Haha.." Azraf tertawa kecil menyeringai. "Ini handphone mu.." sambil menunjukkan handphone Amyra.

Amyra merespon dengan tatapan sinis nya. "Aku sudah menduganya.." Amyra menyapu rambutnya keatas lalu memasang ekspresi mulut sedikit terbuka, dan kedua mata membelok.
"Terus.. Apakah kau akan memberinya dengan baik hati..?"

Azraf langsung terlihat kesel. Ia menatap Amyra dengan tajam.
"Baiklah.. Sepertinya kau memang membenci ku.." ia memberikan handphone itu kepada Amyra.
"Aku akan mengantarkan mu pulang"

'Akhirnya..' Amyra langsung mengambil handphone miliknya.
"Aku akan pulang sendiri.."

"Tidak.. Aku sudah berbaik hati, jadi biarkan aku mengantar--"

"Please.. Aku engga mau diantar oleh mu.. Ibuku bisa makin mendukung kita terus bersama.." Amyra menatap kebawah. "Seperti apa yang aku dengar di telfon semalam.."

Azraf mengerutkan alisnya serta menyempit bibirnya, lalu mengepal tangannya. "Kenapa kau takut.. Apakah kau sebenci itu dengan ku..?" ia bertanya dengan mata melebar, lalu membuang muka, melihat ke bawah seakan kecewa.

Amyra langsung menatap Azraf dengan serius. "Aku benar-benar tidak ingin ini berlanjut.. Aku baru kenal denganmu dan ini tidak nyaman" ia tersenyum kecut. "Aku membencinya.. Maaf.. Aku sudah banyak masalah" ucapnya dengan serius.

Azraf terlihat kecewa dan terus melihat ke bawah. "Telfon Ayah mu.. Aku akan mengizinkannya kalau Ayah mu yang menjemput mu"

'Baiklah.. Walaupun aku sangat benci dengan Ayah sekarang..' Amyra pun menelfon Ayah nya.

...

30 menit kemudian.

Tingnung..
Suara bel rumah.

Amyra turun ke bawah, kemudian membuka pintu rumah.

Ayah Amyra tersenyum. "Amyra.. Gimana--"

"Sudah, ayo antar aku pulang.."

Amyra langsung masuk mobil Ayah nya.

Amyra pun pergi tanpa berpamitan.

Azraf melihat jendela kamar nya dan melihat mobil Ayah Amyra yang pergi begitu saja. mengepal tangannya dan mengerutkan alisnya. 'Yah..' ia tersenyum kecut. 'Padahal aku sudah sangat menunggu bertahun-tahun untuk bisa menikmati waktu bersamanya, walau hanya satu hari..' ia pun berjalan dan duduk di sofa kamar nya. 'Gimana pun.. Pasti ada waktunya..' mengusap matanya dengan tertawa kecil.

...

"Amyra gimana kamu dengan Azraf..?" tanya Ayah.

"Berhenti lah menanyakan hal itu..!" Ucap Amyra kesal.

"Maafkan Ayah.. Tapi Ayah kenalkan anak itu ke kamu karena Ayah yakin dia bisa membahagiakan kamu, dia anak yang baik"

Amyra menatap Ayah nya dengan kesal. "Ayah ngomong sangat manis ya.." ia melipat tangannya di bawah dada. "Ayah mengharap aku bahagia, sedangkan Ayah tidak mau mengeluarkan uang untuk ku!"

"Maafkan Ayah.. Ayah sudah mengirim 20 juta untuk uang jajan mu.. Tapi Ayah harap kau tetap berhubungan dengan Azraf. Ayah selalu berusaha untuk--"

"Berhentilah Ayah! Aku sangat kesal mendengar alasan itu..! Dan jangan menjodohkan aku dengannya!" ucapnya dengan mata yang melebar.

Liking you is a problem for me (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang