16

139 16 2
                                    

Saat ini James dan Net sudah berada di rumah Mae, keduanya sampai tepat pada pukul 10.38 pagi. Setelah selesai makan James dengan segera menarik tangan kekasihnya ke dalam mobil, padahal pria itu baru selesai sarapan.

"Mae, Ayah nggak ada?" tanya James saat melihat tidak ada sang Ayah di rumah.

Kemana pria tua itu pergi?

Mae terdiam sejenak lalu melihat anaknya dan tersenyum. "Ayah dari dua hari yang lalu belum pulang. Mungkin Ayah sibuk diperusahaan." jawab Mae membuat James bingung.

Kening itu mengkerut dengan pandangan bingung. "Loh tumben? Biasanya Ayah selalu di rumah setiap hari minggu kan?" tanya James lagi tidak percaya dengan jawaban sang Mae.

Pasti ada yang tidak beres.

Mae mengalihkan pandangan nya tidak berani menatap bola mata anaknya yang meminta penjelasan. Ia sendiri juga bingung ingin menjelaskan seperti apa.

Karena ditatap terus menerus dan diberi pertanyaan tanpa henti akhirnya Mae menyerah dan memilih untuk memberitahukan pada anaknya.

"Perusahaan Ayah sedang dalam masalah besar. Rekan kerja Ayah yang ingin menjodohkan putrinya dengan kamu memilih untuk menarik semua saham." jelas Mae membuat James merasa bersalah.

Karena dirinya, kedua orang tuanya harus menanggung semua ini.

"Maaf," James berucap lirih dengan pandangan sendu.

Net menepuk punggung kekasihnya berusaha memberitahu jika ini bukan sepenuhnya kesalahan nya.

"Tidak perlu bersedih, ini bukan kesalahan kamu. Tapi kesalahan aku karena sudah membuat kamu seperti ini." ucap Net dengan raut wajah bersalah.

Andai dulu ia tidak jatuh cinta dengan adik kelasnya ini, mungkin saja kekasihnya ini tidak akan mengalami masalah seperti ini. Tapi, cinta tidak bisa dipaksakan bukan?

Kita tidak tau dimana hati kita akan mendarat, dan kapan waktu itu tiba.

Mae menggeleng pelan saat mendengar perkataan dari kekasih anaknya. "Ini bukan kesalahan kamu dan juga James. Kalian juga tidak tau jika akhirnya akan seperti ini. Jadi jangan saling menyalahkan diri masing masing." ucap Mae dengan nada lembut, tidak ada kemarahan sedikit pun di nada wanita itu.

"Kalian tau, kalian itu disatukan karena takdir. Tidak ada seorang pun yang bisa menentang takdir, dan yang bisa memisahkan kalian hanya lah takdir juga. Jika takdir berkata kalian belum boleh untuk berpisah, maka kalian juga tidak akan bisa berpisah, paham?"

James dan Net mengangguk paham dengan nasehat sang Mae. Benar, mereka ini bersatu karena takdir. Andai semua orang berpikiran sama seperti Mae, pasti dunia ini akan tentram.

"Mae sangat yakin kalian akan bersatu walaupun..." Mae menggantung ucapan nya, ia menarik nafas lalu menghembuskan dengan pelan.

"Walaupun?" tanya James penasaran.

"Kalian tiada. Kamu dan Net akan tetap bersama sampai kapan pun itu." lanjut Mae yakin.

Kali ini Net yang memasang wajah bingung, apakah Mae nya James bisa memprediksi masa depan? Kenapa Mae sangat yakin mereka akan bersatu?

"Kenapa..."

"Mae sangat yakin?" ucap Mae memotong ucapan yang akan Net sampaikan.

Net mengangguk ragu ragu. "Entahlah, tetapi walaupun salah satu dari kalian pergi. Pastinya kalian akan tetap setia." jelas Mae enteng.

Net yang mendengar sudah ketar ketir karena takut kekasihnya yang pergi duluan. Lebih baik ia yang pergi dari pada melihat dunianya berakhir untuk selamanya.

Seribu Tangkai Bunga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang