56 :: 최지웅

506 50 9
                                    

56. Our Blues

Hari ini, tepat satu tahun setelah Jiung debut sebagai penyanyi. Untuk memperingatinya, ia mengadakan konser yang berlangsung 2 hari lamanya.

Ia cukup bangga dengan pencapaiannya. Setelah lagu-lagunya dilirik oleh publik, Jiung kini mulai banyak penggemarnya, bahkan tiket konsernya itu ludes terjual hanya dalam waktu 2 menit.

Sayangnya, di hari yang harusnya bahagia ini, kamu tak dapat menyaksikan atau menemani pacarmu itu. Tapi kamu sudah berjanji untuk menemuinya setelah konser selesai.

Semakin hari jadwal kamu lebih padat dari Jiung. Bahkan untuk sehari menyempatkan diri menelponnya atau sekedar bertemu sebentarpun kamu tak bisa.

Kesibukan kamu berdampak pada sikap Jiung akhir-akhir ini. Cowok itu agak murung, ia hanya tersenyum saat menyapa penggemar, dan ketika ia turun panggung, rautnya berubah cemberut lagi.

Bukan hanya sibuk untuk menemani
Jiung setiap ia tampil, bahkan saat Jiung mengajak bertemu, alasan kamu selalu sama. Tak ada waktu.

"Waduh (/n), lama gak keliatan, sehat?"

Kamu tersenyum, "Sejauh ini baik sih kak,"katamu menjawab pertanyaan kakak perempuan Jiung.

Kamu melirik Jiung yang duduk di depanmu dan menatapmu tanpa ekspresi. Kamu menghela nafas, pasti Jiung marah.

Semalam cowok itu sudah ngambek gara-gara tahu kalau kamu tak akan datang, tapi kamu sudah bilang bahwa kamu akan mengusahakan untuk datang. Dan sekarang kamu datang, tapi ya.. melewatkan konsernya, pasti Jiung marah.

Sepertinya Jiung benar-benar marah, ia sama sekali tak mengobrol ataupun sekedar menyahut pertanyaan kecil yang terlontar padanya. Kamu harus memintanya untuk bicara empat mata nanti.

Bahkan sampai acara mereka selesai, Jiung tak berkata apapun.

"(y/n) duluan ya!"

Kamu membalas lambaian tangan Keeho dengan ramah, ia paling akhir pulang daripada yang lain.

Saat Jiung hendak pergi juga, Kamu menahan tangan cowok itu membuatnya menatapmu dengan raut datar.

"Boleh ngobrol sebentar?"

Jiung tak bisa menolak permintaanmu, meski kesal, ia setuju bahwa kalian harus bicara.

"Ma—"

"Udahlah kak, ngapain sih minta maaf?"

Kamu menatap Jiung yang memalingkan wajahnya. "Aku tau aku salah makannya—"

Jiung akhirnya menatapmu, "Udah berapa kali coba kamu minta maaf tapi terus diulangin, cape gak sih kak?"

Netramu bergerak gelisah, "Ya cape makannya aku minta maaf."

"Kak, kakak sayang sama aku gak sih?"tanyanya. Dia menyuguhkan tatapan yang tegas dan berisi amarah.

Kamu menghela nafasmu, "Ya sayang, kalo gak sayang aku gak akan ada di depan kamu sekarang."

Tatapan Jiung berubah sengit, "Terus kenapa kakak gak bisa luangin waktu sedikit aja buat aku kak? Sesibuk itu?"

"Aku punya tanggung jawab, Jiung. Gak bisa aku tinggalin gitu aja. Aku kan udah bilang ini sama kamu, aku minta pengertiannya kalo aku gak bisa luangin waktu buat kamu."

Cowok itu mendenguskan senyum sinis, "Kakak tuh lebih mentingin kerjaan kakak daripada hubungan kita."

"Bukan gitu, aku kan minta kamu tolong ngerti—"

"Ya aku juga ngerti kak! Tapi sampai kapan? Sampai kita putus?"ia menyahut dengan nada yang meninggi.

Suasana di sekitar terasa memanas. Sebenarnya kamu tak berniat untuk bertengkar, kamu ingin menyelesaikan masalah ini dengan kepala dingin. Tapi kalimat Jiung terus menyulut amarah yang kamu tahan. Tentu ini resiko dari punya pacar yang umurnya lebih muda, dia kadang bisa bersikap kekanak-kanakan.

𝖨𝖬𝖠𝖦𝖨𝖭𝖤 - 𝖿𝗍. 𝖪-𝗂𝖽𝗈𝗅𝗌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang