13. Desire

83 11 1
                                    

Claire dan Nate melangkah masuk menuju lorong Club yang sepi. Kamar-kamar kosong berderet rapi di sebelah kanan dan kiri mereka. 

Club yang dimiliki Matt ini memang lumayan besar dan lengkap. Di dalamnya ada Club, Bar, Karaoke dan kamar kosong bagi pengunjung yang mau bermalam atau one night stand. Tentu dengan biaya yang tidak murah.  

Seorang pelayan datang kearah mereka berjalan dan membungkuk hormat. 

Pelayan itu memberikan kotak P3K kepada Nate lalu berlalu pergi. 

"Claire" panggil Nate sambil menahan tangan Claire. 

Claire melirik kotak P3K itu dan mengenyahkan tangan Nate, "Not now, Nate" 

Perempuan itu lanjut berjalan ke arah ruangan Matt dan teman-teman Nate berada. 

Dia merasa sangat lelah dan hanya mau menyelesaikan urusannya secepat mungkin.

"Claire, please" ucap Nate tetap menahan tangan Claire dengan tatapan memohon. 

Claire menghela nafas. Entah kenapa hari ini terasa sangat berat. 

Ketakutan saat menerima pesan aneh. Paranoid saat masuk ke Club. Dibawa terbang oleh sikap romantis Nate. Dan langsung jatuh kecewa saat jalang-yang-entah-darimana itu muncul dan langsung mencium kekasihnya. 

Kini bahu dia berdarah dan dia tetap harus menyelesaikan urusan dengan Matt yang brengsek. 

Today is really fuck as hell.

Nate membuka pintu salah satu kamar dan membawa Claire masuk kedalamnya. 

Setelah mengunci pintu, Nate mendudukan Claire di tempat tidur lalu membuka kotak P3K. Dia mulai mengobati bahu Claire yang berdarah dengan perlahan. 

Claire terdiam membisu dan hanya menatap lurus ke dinding kamar. Dia merasa energinya terkuras habis hari ini. 

"Sshh" ringis Claire saat Nate mengoleskan alkohol murni untuk membersihkan luka Claire. 

"Tahan sebentar" ucap Nate sambil meniup tipis luka Claire. Dia mengambil kapas dan menuangkan Betadine diatasnya. 

Claire melirik Nate yang tengah menutup lukanya dan kemudian menghela nafas. 

Laki-laki ini.. padahal tidak salah apa-apa. Memang si jalang Meidy itu saja yang kurang ajar langsung mencium kekasih orang lain secara tiba-tiba. 

Namun meskipun Nate tidak salah dan langsung menolak Meidy, tetap saja Claire sudah melihat bibir Nate dan Meidy menempel. 

Rasanya sangat sesak dan sakit. 

Claire menunduk dalam diam. Entah apa yang harus dilakukannya pada Nate. Bayangan Meidy mencium Nate masih terpampang dalam ingatannya dengan jelas. 

Dia kemudian merasakan tangan Nate mengambil dagunya, membuat Claire menatap pria itu tepat di manik mata. 

"Hapus aja" ucap Nate. 

Claire menatapnya dengan tatapan bertanya. 

"Hapus aja bekas ciuman perempuan itu dari aku. Pakai sabun, pakai alkohol, pakai dengan apapun asal bekas itu pergi dari ingatan kamu. I want you to be okay." kata Nate. 

Claire menatap Nate dengan ragu, namun pandangannya tetap turun ke bibir kekasihnya itu. 

Claire mengusap lembut bibir Nate dengan jemari nya, berusaha mengenyahkan pikirannya akan Nate dan Meidy. 

Bibir ini.. seharusnya hanya untuk Claire. Saat ini Nate kekasihnya dan memang sudah sepantasnya dia tidak membaginya dengan siapapun. 

Menggunakan instingnya, Claire bergerak mendekat ke wajah Nate. Dia menempelkan bibirnya dengan bibir Nate. Menciumnya dengan perlahan. 

Claire & NateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang