HBL: ringan tangan

350 31 1
                                    

Happy reading!

°°°
Luna masih setia duduk di hadapan makam sang bunda, tak ada niatan untuk pulang ke rumah.

Luna terus saja menceritakan semua yang terjadi dari Fendi yang tak suka diri nya sampai ia berhasil berkuliah mengejar impian nya.

Ia menunduk sambil bercerita, "kata nya bunda ini yang terbaik? Gak bun, gak sama sekali"

"Luna gak tau harus ngapain lagi sama Fendi, orang nya gak bisa di tebak"

Rintik hujan pun mulai turun namun tak membuat Luna bergerak, tak menghiraukan resiko yang ia dapat.

Duduk termenung Luna merasakan sakit di bagian dada nya, sakit yang teramat sangat.

Penglihatan nya mulai menggelap dan berakhir pingsan.

°°°°
Luna terbangun menyesuaikan cahaya dan penglihatan nya, pusing menyerang ia berusaha duduk.

"Kenapa kau keras kepala sekali?" Itu Fendi, Luna sangat kenal suara nya.

Ia menengok ke sampin di sofa kamar, Fendi duduk sambil memperhatikan Luna.

"Kau selalu saja merepotkan" sambung nya.

"Jika kau ingin pergi, pergi saja." Ucap Luna.

Tanpa sadar itu membuat Fendi merasa di usir, padahal diri nya sendiri tak ingin di repotin. Aneh.

"Apa kau mengusir ku?"

Luna menghela nafas kasar, "Aku tak mengusir mu, kau berkata tak ingin di repotkan. Silahkan pergi biar kau tak kerepotan" ucap nya panjang lebar.

Fendi berdiri dan menghampiri Luna, menarik paksa Luna untuk berdiri.

Luna hanya bisa pasrah atas perlakuan Fendi kepada diri nya, Fendi memperhatikan wajah Luna.

Luna pun melepas paksa tangan nya yang di pegang, "pergi lah kalau kau ingin pergi, tak ada yang melarang"

Satu tamparan keras mendarat di pipi Luna, wajah nya sampai tertengok ke samping dan sudut bibir nya mengeluarkan darah.

Luna tertawa remeh, belum selesai dengan rasa pusing nya malah di tambah dengan tamparan tiba-tiba.

"Itu agar kau sadar, kalau kau itu selalu menyusahkan orang" Ucap Fendi dengan enteng.

Luna menatap Fendi dengan tajam, "aku tak meminta untuk kau bantu, mengapa tangan mu masih terulur untuk membantu ku?"

"Dan.....tak perlu repot-repot untuk mengotori tangan mu yang bersih itu menyentuh pipi ku" sambung nya, setelah itu pergi menuju kamar nya.

Satu hal yang membuat Luna sadar, ia terbangun di kamar Fendi.

°°°°
Luna berjalan dengan lemas tamparan semalam masih membekas, dan membuat Luna kerepotan untuk menutupi nya.

Dan berhasil ia tutupi dengan make up , "Ya tuhan, kesalahan apa yang aku buat sehingga membuat mu marah dan mengirimkan orang seperti Fendi??"

Luna pun sampai di kelas nya, di sana sudah ada Dizzy yang siap menyambut Luna.

"Owh luna! Eh...kau kenapa?? Apa ada yang menjahati mu? Bilang pada ku!"

Luna menggeleng yang ia ingin hanya menidurkan diri sebentar saja sebelum kelas di mulai.

"Owh kau ingin beristirahat sebentar? Baiklah nanti ku bangunkan jika ada dosen!"

"Makasih" Dizzy mengangguk dan kembali memainkan handphone nya.

Room chat

Fendiii<3

|Apa hari mu menyenangkan?

Ya, sangat menyenangkan|

|Bagus lah.



TBC

Halowww up lgi nih

Jengkel tidak sih dengan Fendi??

Janlup votment, dadahhh




HATE BECOMES LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang