HBL: itu menyakitkan

379 33 1
                                    

Happy reading!

°°°°
Suara pintu tertutup menggema di ruangan sepi itu, Dizzy memasuki rumah nya dengan mengendap - endap.

Namun kedua orang tua nya sudah menunggu di ruang keluarga.

"Dizzy pulang, ma, pa" ucap Dizzy.

"Dari mana saja kau?" Tanya sang papa.

Dizzy menundukkan kepala nya ia tak berani menatap kedua orang tua nya, "kau masih bersama lelaki itu? Lelaki tak berguna itu?"

"Pa!" Bentak Dizzy.

"Kenapa kau susah sekali di kasih tau ha? Lelaki itu tak cocok dengan mu bahkan mama mu sudah memberitahu mu untuk meninggalkan lelaki itu!"

Sudah berulang kali mereka memberitahu Dizzy untuk putus dari Fendi, tapi Dizzy saja yang keras kepala.

Sang mama mempunyai firasat bahwa Fendi bukan untuk Dizzy, ia lakukan agar anak semata wayang nya tak merasa sakit.

"Terserah mama papa, Dizzy cape" ucap nya lalu pergi begitu saja.

"Sok tau banget jadi orang tua" kesal Dizzy.

°°°°
Di sini, Luna dan kedua orang tua Fendi namun tak ada Fendi situ.

Mereka menunggu hasil dari dokter, Luna terlihat pucat dan tremor. Bayang - bayang sang bunda tertidur dengan wajah pucat menghantui Luna.

Ia pernah bermimpi, ia melihat seseorang dari kejauhan menggunakan pakaian serba putih dan pergi meninggal kan nya begitu saja.

Luna sudah tak menangis seperti sebelum nya, "Ya tuhan, selamatkan bunda saya" Doa nya.

Pintu terbuka semua nya tertuju kepada dokter tersebut, "Bagaimana keadaan bunda saya dok?" Tanya Luna.

"Luna sayang, sabar dulu" peringat mama nya.

"Maaf untuk sebelum nya kami telah berusaha semaksimal mungkin, namun tuhan berkehendak lain."

"Maksud dokter? Bunda saya meninggal? Dokter pasti bohong, ya kan?" Serbu Luna.

"Apa anda pernah tau bahwa bunda anda mempunyai kanker otak?" Tanya dokter.

Luna menggeleng, ia baru tau sekarang dan mengapa bunda nya tak memberitahukan nya?

Apa mungkin itu jawaban dari perkataan sang bunda? Huhu ini aneh.

Luna sudah tak punya tenaga lagi untuk berdiri dan dada nya juga terasa nyeri, pandangan nya mulai menggelap.

°°°°
Pemakaman pun berjalan dengan kancar tanpa hambatan, bagi Luna ini seperti mimpi.

Tak percaya bahwa sisa dia yang ada di dunia ini, bunda nya sudah bahagia bersama ayah nya.

Luna terduduk di antara dua makam orang tua nya, di belakang nya sedikit jauh ada Fendi yang sedang menunggu.

Ia malas sekali menunggu seperti ini jika bukan permintaan mama nya mana mau ia menunggu.

"Bunda....bunda kenapa gak bilang sama Luna kalau bunda punya kanker otak?"

"Bunda, andai bunda tau Luna sendirian di sini"

Luna asik bergumal sendirian tak memperhatikan bahwa Fendi sudah lelah menunggu, lalu ia mengahampiri Luna.

"Apa kau gak lelah duduk di sini? Udah lama loh" Luna menggeleng.

"Ayok pulang" lagi-lagi menggeleng.

"Apa kau tak dengar, ku bilang pulang ya pulang!"

"Silahkan saja! Aku bisa pulang sendiri!" Balas Luna tak kalah nyaring.

Lalu ia terduduk dan kembali menangis, Fendi yang melihat itu ada sedikit rasa bersalah tapi ia tak menghiraukan itu.

'cewe gila' ucap nya dalam hati.

TBC

Maap panggilan nya masih campur aduk.

Maap juga lama up, hehehe

Janlup votment, bye..

HATE BECOMES LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang