HBL: keputusan

276 28 1
                                    

Happy reading!

°°°°°°
Fendi tak mendengar teriakan itu, ia fokus pada handphone nya sedari tadi dia terus melihat foto-foto nya bersama Dizzy.

"Fendi!" Teriakan itu menggema di ruang keluarga, karena ya seperti yang kalian tau, Fendi hanya seorang diri di rumah.

Fendi tau itu teriakan nya siapa, ya papa nya yang baru pulang dari malaysia.

"Baru datang sudah marah-marah" gumam nya.

Fendi berdiri berniat untuk menyambut kedua orang tua nya, tak mungkin jika mama nya tak ikut.

Ingin berniat baik malah mendapat sial, Farel menampar pipi Fendi tak main-main, yang di tampar pun bertanya-tanya.

Kenape nih datang-datang mukul.

"Papa kenapa sih!" Fendi mengusap pipi nya yang memerah.

"Tenang pa, tenang" Fora mengelus punggung Farel yang sedang marah besar.

"Papa gak pernah ajarin kamu buat kasar sama perempuan Fendi!" Bentak Farel.

"Fendi gak pernah kasar sama siapapun pa, papa ngarang" Fora menggeleng tak habis fikir.

Ia sudah tau tujuan suami nya menampar anak tunggal nya itu, ya karena Dizzy memberi tahu kelakuan Fendi terhadap Luna. Dizzy membongkar nya semua.

Dizzy datang ke kantor Farel, ia tau bahwa Farel sudah pulang dari malaysia.

"Kamu bilang gak pernah kasar sama siapapun? Amnesia kamu?! Luna!" Fendi melotot.

Buset.

"Itu yang kamu bilang gak pernah kasar sama perempuan, papa gak habis pikir kamu nampar Luna cuma demi Dizzy"

'bangsat' ucap nya dalam hati.

"Papa kasih peringatan kamu, sekali lagi papa dapat laporan kamu ngulangin kelakuan kamu, papa sita semua aset-aset mu!"

"Loh gak bisa gitu dong pa!" Fora menenangkan Fendi.

"Sudah-sudah" Fora menuntut suami nya untuk duduk dan menyuruh Fendi ke kamar, bahaya kalo di satukan.

Fora pergi menuju dapur untuk membuat teh, biar agak tenang sedikit lah.

°°°°°°°°
Luna baru saja pulang dari acara joging, ia melihat mobil yang di kenal nya, 'pasti ada papa'

Dengan berjalan santai ia masuk ke rumah, tak lupa permisi ke mertua nya, Luna pun langsung pergi menuju kamar nya.

Saat berjalan ia iseng mengintip kamar Fendi ya g terbuka sedikit, kepala nya menyembul di pinggir pintu.

"Anjir" Luna kaget tiba-tiba di tatap gitu, terlaku peka.

Tanpa ngucap kalimat Luna pergi begitu saja, ia berinisiatif untuk mengompres pipi Fendi.

Ia peka kalo seseorang yang deket terluka, mengganti pakaian dengan pakaian santai lalu berjalan menuju kamar Fendi.

"Misi" ia masuk takut-takut sambil membawa air kompres.

"Kenapa pipi nya?" Tanya Luna.

Fendi berdecak, "di tampar papa" jawab nya cuek.

Luna cuma ngangguk, lalu ia permisi dan duduk di samping Fendi, tangan nya saat mengompres pipi Fendi bergetar.

Takut-takut kalo Fendi ngamuk.

"Emang kenapa, kok bisa di tampar?" Hening tak ada jawaban.

"Luna!" Teriakan Fora terdengar sampai lantai atas.

Luna yang lagi sibuk mengompres pun buru-buru menyelesaikan nya.

"Bentar!"

"Nitip dulu ya, nanti di ambil" Luna meninggalkan mangkok kecil berisi air itu di atas kasur Fendi.

Untung kagak ngamuk dia.

"Kenapa ma?" Luna duduk di samping Fora dan samping Fora ada suami nya.

"Ayok konsultasi ke dokter, biar tau gimana tindakan yang harus di ambil" Luna mengangguk.

°°°°°°
Kini mereka sudah berada di rumah sakit, untuk konsultasi lebih lanjut tentang jantung Luna.

"Untuk saat ini masih baik-baik saja tak memberi dampak yang serius tapi sebaik nya di ambil tindakan yang cepat" himbau dokter tersebut.

"Jika semakin parah kami terpaksa melakukan tranfusi jantung, jika ingin melakukan operasi secepat nya hanya melakukan operasi" Luna dan kedua mertua nya terlihat berpikir.

Bagimana ini, "belum parah kan dok? Jadi bisa nanti aja?" Fora terkejut dengan penuturan dari Luna.

"Heh!" Luna meyakinkan bahwa diri nya akan bertahan.

"Iya sih, tapi ini ada kesempatan kamu gak mau ambil? Kalo nunggu harus mencari jantung baru"

Entah pikiran dari mana Luna mengiyakan untuk menunda operasi nya, memang aneh.

Luna berpikir ia masih ingin kuliah, jika op name Luna akan ketinggalan kuliah nya. Aneh dah aneh.

"Kamu gpp? Tapi bakal lama cari jantung baru" Tanya Fora.

Sekali lagi Luna meyakinkan dua orang di hadapan nya dan satu dokter di depan nya ini, bahwa ia bisa menahan.

TBC

Bagian akhir gak nyambung guys maapin T^T

Janlup votment, dadahhh

HATE BECOMES LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang