HBL: penjelasan

287 32 1
                                    

Happy reading!

°°°°°

Mereka berdua masih terdiam tak ada yang mau membuka suara, sampai mama nya pun kehabisan kesabaran.

"Kalau gk mau jelasin, biar mama sendiri yang datangin dia" reflek Fendi menggeleng.

"Jangan ma! Dizzy gak salah apa-apa, yang salah Fendi ma"

Luna hanya diam, ia tak tau apa-apa tentang mereka berdua karena dirinya lah pendatang baru yang mengambil start duluan mendapatkan Fendi.

Di satu sisi Luna merasa senang menurutnya mama akan berpihak ke diri nya, di satu sisi lain ia tak tega dengan Dizzy apa lagi Dizzy sudah baik dengan diri nya.

"Sebelum Fendi sama Luna, Fendi memang sudah punya hubungan dengan Dizzy ma" to the point Fendi.

"Kenapa kamu gak kasih tau mama? Kenapa kamu terima perjodohan nya? Mama gak habis pikir sama kamu Fendi, sejak kapan dia main ke rumah ini?"

"Luna yang iyain dia kesini ma, sudah tiga hari dia datang" jelas Luna.

"Putuskan dia." Final mama dan pergi dari sana begitu saja.

Mereka berdua terdiam, Luna juga pergi dari situ namun saat ingin jalan tangan nya di cekal oleh Fendi.

Tanpa aba-aba Fendi menampar pipi Luna, ia sudah tersulut amarah bagaimana bisa Luna ceroboh tidak mengetahui mama nya akan datang.

"Ceroboh kamu!"

Luna memegang pipi nya yang panas akibat tamparan Fendi, gila.

"Kamu senang ha? Senang! Mama sudah tau kalau aku punya hubungan lain? Rencana mu kan? Jawab!" Fendi menggoyang kan tubuh Luna.

Luna hanya terdiam, ia berani sumpah jika dia lupa dengan janji mama nya kemaren, ia sama sekali tak ada rencana untuk mengganggu hubungan Fendi.

Walaupun ia harus merasakan sakit seorang diri, setetes cairan bening berhasil jatuh dari sudut mata Luna.

Ia menggeleng pelan, Luna tak menyangka bahwa Fendi akan menampar nya lagi.

"Jawab! Senang kan? Haha senang dong, bahagia! Aku bersumpah sampai kapan pun aku gak akan cinta sama perempuan kaya kamu!"

Fendi meninggalkan Luna sendiria yang masih mematung, "haha...." Lirih nya.

Ia terjatuh dengan posisi duduk di samping sofa, dan langsung menangis sejadi-jadinnya, siapa sangka Luna yang terlihat biasa saja, nyata nya sangat rapuh.

Menangis hebat sampai menyebabkan dada nya merasa sakit, Luna memukul dada nya mungkin akan mengurangi rasa sakit nya.

°°°°°
Di sini Dizzy berada di sebuah cafe, sendirian ia merenungi kejadian kemaren, sedikit menangis.

Setelah Fendi meninggalkan Luna ia mencoba mencari Dizzy, siapa sangka ia berada di cafe yang biasa mereka gunakan untuk nge date.

Dengan buru-buru Fendi nyamperin Dizzy, Dizzy pun kaget mengapa orang ini berada di depan nya.

"Sayang? Maafin, plis maafin" dengan cepat Dizzy menarik tangan nya.

"Ngapain kesini? Kenapa ninggalin Luna?" Fendi menggeleng, tanda tak udah pikirkan perempuan itu.

"Gk aku gak cinta sama dia, aku cuma cinta sama kamu. Aku sama sekali gak suka sama dia, plis maafin?" Ucap Fendi memelas.

Dizzy sekarang merasa jijik dengan orang di hadapan nya, tak ada tatapan sayang ataupun kagum setiap kali mereka berduaan.

Di satu sisi Dizzy marah terhadap Luna tapi tak bisa membenci nya, aneh tapi nyata.

Luna sudah ia anggap sebagai saudara, bukan teman lagi. Walaupun tak di utarakan, biar saja Dizzy yang tau.

Dengan cepat ia mengambil tas dan pergi dari situ, mereka menjadi pusat perhatian.

"Dizzy! Dizzy!" Panggil Fendi.

"Ck! Sial!"

Betul kata orang tua Dizzy, Fendi bukan untuk nya. Rasa nya ia ingin menangis di pangkuan mama nya, ia merasa bersalah karena tak mengikuti perintah mama nya.

Kini ia ingin pulang dan meminta maaf, ia menyesal.

Sesampainya di rumah Dizzy langsung berteriak dan mencari mama nya, "ma! Mama!"

"Kenapa? Kenapa teriak-teriak? Mama di dapur" tanpa ba bi bu Dizzy langsung memeluk sang mama.

"Maafin Dizzy ma, maafin" yang di peluk bingung.

"Kenapa?"

"Kata mama betul Fendi bukan untuk Dizzy, Fendi sudah punya istri ma..." Mama nya tak kaget.

Ternyata Firasat nya betul, "ya sudah, kamu sudah putus sama dia?" Dizzy menggeleng.

°°°°°°

Keesokan nya Dizzy masuk kuliah seperti biasa, ia tersenyum seperti biasa.

Begitupun dengan Luna, ia sama sekali tak melihat Fendi sedari pagi, walaupun begitu ia tetap masak.

Entah itu akan di makan atau tidak.

Seperti biasa Luna pergi menggunakan transportasi umum, karena ia tak bisa naik motor.

Hari ini Luna berencana untuk meminta maaf kepada Dizzy, ia rasa diri nya salah karena tak memberitahu dari awal.

Sesampainya di kelas Luna langsung berjalan menuju Dizzy yang sedang duduk sambil memainkan pulpen.

"Hai" sapa Luna.

Dizzy tak menjawab atau melihat ke arah Luna, "aku...minta maaf karena nyembunyiin semua nya, aku harap kamu gak benci dan kita bisa tetap berteman" lalu ia langsung duduk di bangku depan tak di samping Dizzy.

Dizzy memperhatikan Luna yang menunduk ia melihat sekilas pipi nya yang merah, ia duga pasti gara-gara Fendi.

"Ayok ke UKS"

TBC

Maap telat :v

Janlup Votment, dadahhh

HATE BECOMES LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang