00

4.2K 281 7
                                    

.

.

.

.

.

.

.

Seorang pemuda tengah menghukum salah satu adiknya, hukumannya tidak berat, ia menyuruh adiknya untuk lari keliling halaman belakang mansion 3 kali.

Satu pemuda lagi yang tengah bersamanya tertawa terbahak-bahak melihat kesengsaraan yang tergambar di wajah saudaranya.

"Semangat Hiro! Lo kan Hero!" Teriak pemuda itu di akhiri tawanya.

"Bangst lo Maka! Ini semua gara-gara lo sialan!" Teriak pemuda yang berlari tadi, sebut saja Hiro.

"Ngapain gara-gara gue anying! Lo yang salah sendiri! Gue cuman ikut lo bolos!" Balas Maka, seorang pemuda yang tertawa tadi.

"Ohhhh, ternyata kamu juga bolos Maka? Eh, apa tadi? Kenapa kalian berkata kasar di depan ku?" Ujar seorang pemuda yang berdiri di sebelah Maka, dengan suara yang begitu lembut, tapi bagaikan suara setan di telinga Maka dan Hiro.

"Maka, kau lari keliling halaman 10 kali karena kau sudah berkata kasar dan ikut bolos bersama kakakmu." Titah Harisandra atau biasa dipanggil Haris.

Maka mendengus kesal, ia lalu berlari ke halaman, mengelilinginya sebanyak yang disuruh oleh abangnya.

"Hiro, kau tambah lari 7 kali, karena kau yang mengajak adikmu bolos dan kau berkata kasar." Perintahnya kepada Hiro yang masih berada di halaman itu.

Hiro cemberut, seharusnya adiknya diam saja tadi, dia malas ditambah hukumannya.

....

Saat ini Haris, Hiro dan Maka tengah bersantai di ruang keluarga, dengan Hiro dan Maka yang tidur di paha Haris.

Haris sedang membaca sebuah novel, Hiro bermaib handphone sambil tiduran di paha abangnya dan Maka yang tengah menonton film kartun 2 botak kembar.

Haris berdecak kesal, hal itu membuat kedua adiknya melihat ke arahnya, apalagi raut wajah Haris yang nampak sedang menahan amarah.

Mereka berdua tidak ada yang ingin bertanya kepada abangnya, dikarenakan takut dengan raut wajah abangnya. Haris jarang seperti ini, kecuali jika memang ada yang membuatnya begitu kesal.

Setelah Haris selesai membaca novelnya, ia lalu meletakkan buku novel itu ke atas meja.

Ia mengusap wajahnya kasar, benar-benar tidak terduga ending dari novel yang ia baca, awalnya memang sangat membuatnya kesal, tapi saat sudah berada di akhir, ia merasa sedih dengan endingnya.

"Bang Haris? Kenapa bang?" Hiro memulai pembicaraan, ia masih tidur di paha abangnya sama halnya dengan Maka.

"Abang kesal dek, masa dalam novel itu si sulung bisa-bisanya berbuat kasar kepada adeknya? Mana kesalahan adeknya cuman kecil lagi, abang gak bisa bayangin kalau abang lakuin itu ke kalian." Haris mengusap kepala kedua adeknya, cara dia menghilangkan kekesalannya, ya itu, mengusap atau mengelus kepala kedua adeknya.

"Udahlah bang, itukan cuman karangan authornya, berarti authornya dong yang jahat, sedangkan itu tokoh cuman imajinasi authorkan." Ujar Maka berusaha menenangkan abangnya.

EldestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang