"Abang! Akhirnya abang sadar." Ujar Maka sambil menghapus liquid bening di sudut matanya.
"Jangan cengeng!" Hiro menggeplak kepala Maka.
Maka mengutuk abang biadab nya yang satu ini dalam hati.
"Panggilin dokter sono!" Usir Hiro pada adiknya.
Maka pergi dengan masih memonyong-monyongkan bibirnya, masih kesal karena habis dipukul abang sendiri.
"H-haus." Ujar Haris dengan suara seraknya.
Hiro langsung mengambil gelas yang sudah berisi air itu dan membantu Haris meminumnya.
Yah, Haris sudah kembali ke tubuh aslinya, ia kembali di saat kelima adek Line sudah mendapatkan kebahagiaan mereka, yaitu dekat dengan abang mereka.
Dekat dengan abang? Hah! Jangan bercanda! Mereka masih belum terlalu dekat.
Haris bukan memikirkan tentang bagaimana ia menjelaskan kepada adek-adeknya bahwa ia memasuki tubuh antagonis dalam novel yang ia baca, ia memikirkan tentang keadaan Line.
Terakhir kali ia mendapat ingatan masa lalu Line itu hanya penyiksaan yang dilakukan oleh kedua orang tua Line, ia masih perlu mengetahui sesuatu.
Ia ingin tau, mengapa pada saat itu, di saat kelima adek Line tidur di kamar Line, badannya bergetar hebat? Padahal tidak ada apapun yang membuatnya takut.
Dan mengapa ia merasa takut saat dikelilingi oleh kelima adek Line? Mengapa ia merasa ada perasaan takut saat melihat wajah Malik? Mengapa ia merasa takut saat melihat wajah Fabian?
Ia masih penasaran dengan latar belakang sosok antagonis dalam novel yang ia baca itu.
Dan lagi, mengapa hanya tubuh itu yang merasakan semua ketakutan itu sedangkan jiwa Haris tidak apa-apa?
Masih banyak lagi pertanyaan dalam otak Haris, ia ingin bertanya pada Line, tapi itu sudah tidak bisa lagi. Saat ini, ia tidak bisa lagi bertemu sosok hangat seperti Line.
Tanpa Haris sadari, air matanya tumpah begitu saja. Hiro yang melihat itu khawatir pada abangnya.
"Kenapa nangis bang? Ada yang sakit?" Tanya Hiro dengan menatap khawatir abangnya.
Haris langsung dengan cepat menghapus air matanya lalu menggeleng pelan, "Gak, gak ada apa-apa," ujarnya sambil memalingkan wajah.
Ceklek
Maka dan seorang dokter masuk ke ruang rawat Haris.
"Biar saya periksa dulu tuan Haris."
Dokter itu lalu mendekati Haris dan melakukan tugasnya memeriksa Haris.
....
Line terbangun di sebuah ruangan dengan nuansa laut, ini adalah kamarnya. Ia melihat ke sekeliling dan menghela nafas lega.
"Syukur mereka gak tidur di kamar gue, kalau gak, ya gitulah."
Ia lalu turun dari ranjangnya dan masuk ke dalam kamar mandi.
Ia keluar dari kamar mandi dengan stelan jas kantor.
"Bang Line! Yok makan! Semuanya udah nunggu!" Panggil Bastian di depan pintu.
Line lalu membuka pintu dan melihat senyum bahagia Bastian, ia sangat berterima kasih pada Haris, karena berkat dia Line jadi bisa dekat lagi dengan adek-adeknya.
Iya, lagi, dulu ia memang sudah dekat dengan adek-adeknya, tapi semenjak ayahnya tau kalau ia terlalu memanjakan kelima adeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eldest
Teen FictionProtagonis, protagonis, protagonis, hanya mereka saja yang diingat oleh pembaca. Karena apa? Karena baik lah, karena lembut lah, karena cakep lah. Tapi, pembaca melupakan salah satu tokoh, antagonis. Antagonis memang tokoh jahat, ya mereka memang to...